Thalia berdecak kesal. "Dasar tukang gombal!'
"Biarin. Lagi pula, gue itu gombalnya ke lo aja." jawab Axel sambil tersenyum senang. "Udah ya, jangan ngambek lagi. Nanti keliatan jeleknya loh." lanjut Axel, sambil mengelus dengan lembut kepala Thalia. Saat melihat Thalia masih mengerutkan bibirnya.
"Ihhhhh... Axel. Kamu kok nyebelin banget sih? Ya udah. Aku masuk kerumah ya." ucap Thalia dan melangkah pergi meninggalkan Axel.
Sedangkan Axel yang melihat Thalia yang kini hendak berjalan masuk kedalam rumahnya, dia pun langsung buru - buru turun dari motornya dan melangkah mendekat ke arah Thalia dan langsung memeluk Thalia dari belakang. "Asal kamu tahu Thalia, aku itu sayang banget sama kamu." bisiknya di telinga Thalia.
Tentu saja Thalia sangat terkejut saat Axel memeluknya dari belakang di tambah lagi saat Axel membisik sebuah kata sayang kepadanya.
"Tha-"
Thalia pun langsung membalikkan badannya dan dengan cepat, dia langsung memotong ucapan dari Axel. "Iya, Axel. Kamu itu udah aku maafin." jawab Thalia dengan tersenyum, dia berusaha untuk menutupi rasa gugupnya.
"Makasih Thalia. Aku sayang kamu." ucapnya dengan senyuman bahagianya.
"Aku juga sayang kamu. Karena kamu adalah sahabat terbaikku."
Deg!
Mendengar ucapan dari Thalia kali ini. Entah kenapa, membuat dada Axel terasa sangat sakit. Namun, Axel berusaha untuk selalu tetap tersenyum walaupun jawaban yang di berikan oleh Thalia itu sangat menyakitkan untuk dirinya.
"Thalia..." suara seorang wanita memanggil Thalia dari arah rumahnya.
"Iya, Bunda..." jawab Thalia saat mendengar Ibunya memanggil namanya.
"El, aku masuk kedalam dulu ya. Bundaku udah manggil aku tuh." ucapannya pada Axel.
"Itu ibu kamu?" tanya Axel, yang baru pertama kali melihat Ibunya Thalia. Karena baru pertama kali juga Axel mengantarkan Thalia pulang kerumah.
"Iya, itu Bunda gue." jawab Thalia sambil mengangguk.
"Kalau gitu gue mau mampir bentar.Gue mau sekalian pamit sama ibu kamu ya." pinta Axel agar Thalia mau mengizinkan dirinya untuk menyapa ibunya.
"Kenapa?" tanya Thalia lagi.
"Karena gue udah membawa anak gadisnya." jawab Axel sambil terkekeh.
Kini Ibunya Thalia sudah berada di depan Thalia dan juga Axel.
"Selamat siang, Tan. Saya Axel temannya Thalia." sapa Axel pada Ibunya Thalia.
"Siang nak Axel..." balas Vina, ibunya Thalia.
Dan Axel kemudian mengulurkan tangannya menjabat tangan Ibunya Thalia yang terlihat masih terkejut saat melihat dirinya.
"Silahkan duduk dulu nak Axel.." ucap Vina, mempersilahkan Axel untuk duduk di kursi yang ada di depan teras rumahnya. Kemudian, Axel pun langsung duduk memenuhi permintaan dari ibunya Thalia.
"Begini, Tan.Tadi itu saya yang nganterin Thalia pulang kerumah. Jadi, saya sekalian menyapa Tante tadi."
"Terima kasih ya nak Axel, udah mau nganterin Thalia pulang kerumah." jawabnya dengan senyuman hangat.
"Sama - sama, Tan."
Kemudian, Thalia datang dari dalam rumahnya sambil membawa minuman dan makanan kecil untuk sahabatnya itu.
"Silahkan diminum," tawar Thalia dengan menaruh minuman dan makanan kecil itu di meja dekat dengan Axel.
Axel pun mengangguk dan tersenyum ke arah Thalia.
"Terima kasih, Thalia. Maaf ya, udah ngerepotin." ucap Axel.
"Ah, nggak apa. Ini cuma minuman doang kok. Seharusnya gue yang harusnya bilang terima kasih ke lo, karena lo udah mau anterin gue sampai ke rumah." jawab Thalia.
"Tante, kalau begitu Axel pamit pulang dulu ya."
"Eh, kenapa pulangnya cepat sekali nak Axel. Memangnya gak mau ngobrol - ngobrol dulu sama Thalia."
"Karena Axel masih ada acara, Tan."
"Ya sudah kalau begitu. Dan Thalia, sekalian antar nak Axel kedepan ya." pinta Vina pada putrinya itu.
"Iya, Bun."
Kemudian, Thalia dan Axel pun langsung melangkah pergi meninggalkan Vina.
"Thalia, aku pulang dulu ya." ucap Axel sambil mengelus dengan lembut kepala Thalia. Saat sudah sampai di depan motornya.
"Iya. Eh, sekali lagi terima kasih banyak ya. Dan juga hati - hati di jalan. Jangan ngebut kaya tadi!"
"Siap Tuan putri." jawabnya sambil tersenyum. Kemudian, Axel segera menjalankan sepeda motornya dan meninggalkan rumah Thalia.
Thalia menghela nafasnya kemudahan dia langsung masuk kedalam rumahnya, dan Thalia pun langsung kedalam kamarnya, menyandarkan tubuhnya yang terasa lelah hingga kemudian memejamkan matanya.
***
"Thalia, bangun sayang..."
Dahi Thalia mengerut. Karena dia mendengar suara seseorang memanggil namanya sambil mengguncang tubuh Thalia.
"Iya. Ada apa, Bun?" jawab Thalia masih memejamkan matanya, saat melihat bundanya itu yang sedang memanggil namanya.
"Bangun dulu, sayang." pinta Vina pada putrinya itu.
"Iya, Bun." ucap Thalia, meski dirinya itu sebenarnya masih mengantuk. Dengan terpaksa dia pun akhirnya bangun.
"Bukankah kamu mau jemput Keenan di Bandara ya?"
"Ya ampun. Thalia lupa, Bun." ucapnya, kini matanya sudah terbuka sepenuhnya dan tidak lagi mengantuk.
"Ya sudah, kamu cepetan siap - siap sana."
"Bagaimana kalau Bunda aja yang jemput Kak Keenan di bandara?"
"Bunda gak bisa, sayang. Bunda sebentar lagi ada acara sama teman - teman arisan.Udah, kamu aja ya.."
Mendengar ucapan dari sang Bunda, lagi - lagi Thalia menghela nafasnya dan mau tidak mau dia yang harus menjemput Kakaknya itu.
Ya, sebenarnya Thalia itu tidak masalah jika harus menjemput Kakaknya di Bandara. Tetapi dia masih belum siap jika harus bertemu dengan Kakaknya langsung. Entah kenapa, Thalia masih merasa canggung di tambah lagi Thalia merasa takut apabila dia bertemu langsung dengan Kakaknya mungkinkah sikap Kakaknya itu masih sama seperti dulu ataukah sudah berubah.
Entahlah. Namun, Thalia berharap, semoga sifat Kakak tirinya itu sudah berubah dan tidak lagi dingin lagi kepadanya atau pun Bundanya.
Dan kini, Thalia sudah sampai di Bandara. Menunggu kedatangan sang Kakaknya tirinya yang sebentar lagi akan berjumpa dengannya.
Selama beberapa menit menunggu, terlihat jelas di pandangan mata Thalia bahwa dari arah depan sana terlihat seorang laki - laki yang sangat dia kenali wajahnya meskipun sudah berpisah dengan waktu yang cukup lama. Ya, dia adalah Keenan Alexander, Kakak tirinya yang terlihat sedang melambaikan tangannya beberapa kali ke atas dan mulai berhenti saat Thalia sudah mengetahui keberadaannya.
Sambil membawa kopernya, Keenan berjalan dengan cepat dan angkuh membelah keramaian yang menghalangi jalannya menuju ke arah sosok seorang gadis cantik yang selama ini sangat dia rindukan itu.
Sedangkan Thalia, rasanya ingin sekali segera melarikan diri saja dari tempatnya menunggu Kakaknya itu. Entah kenapa, kedua kakinya terasa sangat kaku walaupun hanya untuk sekedar memundurkan langkahnya saja tidak bisa ia gerakkan.
"Thalia, kamu kenapa?"
********
Hay... hay! Kalian yang sudah baca Bab ini jangan lupa kasih likenya dong untuk author.D
Kalau ada yang mau ngasih 🌷atau ☕ juga boleh kok hehehe. Seperti biasa author juga mau mengingatkan pada para reader ku. Yuk, kasih sajen votenya untuk author. Komentarnya juga jangan sampai lupa yah~
Author selalu menunggu komenan dari kalian loh😁
Makasih...
Bersambung....
Terima kasih sudah membaca. Maaf jika masih banyak typho.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 286 Episodes
Comments