Keenan duduk di kursi kebesarannya sambil melonggarkan dasi yang melingkar di lehernya. Tatapan Keenan mulai teralih pada dokumen yang baru saja di berikan oleh sang asisten. Dan Keenan membaca terlebih dahulu dokumen yang baru saja di berikan oleh sang asisten. Ya, sebenarnya Keenan merasa jengah melihat isi laporan dokumen tentang perusahaan keluarganya. Tapi Keenan tidak memilki pilihan yang lain, karena dia memiliki tanggung jawab di perusahaan milik keluarganya.
Keenan mengambil pena dan membubuhkan tanda tangannya di dokumen tersebut saat dirinya sudah yakin akan isi dari dokumen yang sudah dia periksa tadi. Selanjutnya, Keenan mengembalikan dokumen kepada sang asisten yang ada di hadapannya.
"Billy, nanti kau periksa lagi projects yang akan di lakukan pada bulan ini. Karena aku tidak mau ada yang sampai terlambat." ucap Keenan dingin dengan raut wajah yang tanpa ekspresi pada asistennya itu.
"Baik, Tuan. Saya akan memastikan kalau semua aman terkendali." jawab Billy, meyakinkan Bosnya itu. "Tuan, ada hal penting yang ingin saya sampaikan kepada anda." lanjutnya sambil memasang ekspresi wajah yang serius.
Keenan mengambil wine yang ada di hadapannya dan menegaknya kasar. "Ada apalagi, Billy?" tanya Keenan dengan nada yang dingin dan tersirat meminta Billy agar menjawab pertanyaannya dengan cepat.
"Begini Tuan. Tuan besar Tristan tadi berpesan agar anda bisa datang di Restoran Stay C untuk bertemu dengan anak dari salah satu rekan bisnisnya. Beliau ingin, agar anda datang ke tempat yang sudah di siapkan olehnya. Sebelum Tuan Keenan datang restoran itu, Tuan Keenan di suruh untuk bertemu dengan Tuan besar Tristan dulu di ruangannya."
Keenan menghembuskan napas kasar seraya memejamkan matanya singkat "CK! Papaku ternyata masih belum menyerah juga mencarikan jodoh untukku."
Billy menggaruk tengkuk lehernya yang tidak gatal. "Tuan, sebelumnya Tuan besar Tristan juga sudah berpesan agar anda wajib datang ke ruangannya."
"Aku tau. Dan kau boleh pergi, selesaikan pekerjaanmu yang lain."
"Kalau begitu saya permisi," Billy menundukkan kepalanya, lalu pamit undur diri dari hadapan Keenan.
Keenan menyandarkan punggungnya di kursi kerjanya, seraya mengetuk pelan mejanya dengan jemarinya. Pikirannya menerawang kedepan, dengan banyaknya hal yang muncul di dalam benaknya. Ya, sejak dulu Keenan tidak mau di jodohkan. Dan semua gadis yang di pilihkan oleh Ayahnya tidak ada satupun yang di inginkan Keenan. Pasalnya, dia sudah jatuh cinta dengan adik tirinya sendiri.
Kini Keenan mengambil wine yang ada di hadapannya lagi, dan menegaknya hingga tandas. Dia bangkit berdiri dan berjalan meninggalkan ruang kerjanya. Untuk bertemu dengan Ayahnya.
"Ada perlu apalagi Papa memanggilku?" tanya Keenan dingin
"Duduklah dulu, Keenan." pinta Tristan, Ayahnya. "Ini tidak akan lama jika kamu menuruti perintahku. Kamu tentunya sudah tau kan dari asisten mu itu."
"Maaf, sepertinya aku tidak bisa untuk bertemu dengan seseorang yang akan di jodohkan denganku itu, Pa." jawab Keenan to the point.
"Ah, ternyata memang benar tebakan Papa selama ini." ucap Tristan kembali membuka suara kepada Keenan yang kini sudah duduk di hadapannya.
"Jika Papa berpikiran aku menyukai adik tiriku sendiri jawabanku benar. Ya, aku memang mencintai Thalia." ucap Keenan memperjelas maksud ucapan dari Ayahnya.
Mendengar ucapan dari putranya, Tristan sebenarnya sedang berusaha untuk memendam amarahnya yang ingin meledak setelah mengetahuinya.
"Sejak kapan kau mulai mencintai adikmu sendiri?" tanya Tristan menyelidik.
"Entahlah. Aku juga sebenarnya tidak tahu sejak kapan perasaan itu tumbuh. Aku hanya menerimanya, karena yang aku tahu perasaan itu tumbuh dengan sendirinya. Dan Thalia sangat istimewa di bandingkan dengan wanita lainnya." jelas Keenan
"Sadarlah, Keenan. Masih ingatkan posisi kamu dan Thalia sebagai apa?"
"Aku itu sudah sadar seratus persen, Pa. Jadi, tidak perlu untuk di ingatkan lagi."
"Lalu?"
"Ya, salahkan saja Thalia. Kenapa sebagai adik dia itu sangat menggoda." jawab Keenan dengan begitu santai. Sampai - sampai membuat Tristan geram, ingin sekali rasanya Tristan melayangkan tinjunya kepada putranya itu.
"Eh, Papa kenapa? Kok kelihatan senang begitu?"
"Matamu sudah katarak ya! Darimana aku merasa senang setelah mendengar penjelasanmu tadi. Papa sarankan agar secepatnya kau menghapus perasaanmu itu pada adikmu sendiri."
"Telat Papa. Aku bahkan sudah tergila - gila padanya."
"Jika di paksa kan bisa. Kamu tinggal menerima perjodohan yang seperti Papa sarankan itu, atau kau kan bisa pergi ke club malam dan dari cari wanita sepuasnya untuk meluapkan perasaan gila mu itu."
"Ah, sayang sekali, Pa. Karena aku hanya menyukai Thalia seorang dan selalu bergairah hanya dengan bersamanya saja."
"Brengsek kamu, Keenan. Thalia itu adik kamu sendiri!" Seru Tristan yang sudah tidak bisa menahan amarahnya lagi.
"Kalau tidak ada yang ingin Papa katakan lagi. Aku pamit. Karena masih banyak pekerjaan yang harus aku selesaikan." ucap Keenan yang kini beranjak berdiri dan hendak berjalan meninggalkan ruangan Ayahnya.
"Tetap di situ! Papa itu belum selesai bicara, Keenan?!" Teriak Tristan agar Keenan tidak langsung keluar dari ruangannya. "Papa mohon, Ken. Hapus perasaan cintamu itu pada Thalia. Itu adalah permintaan terakhir, Papa untuk kamu."
Keenan mengerutkan keningnya. "Apa? Permintaan terakhir Papa bilang? Memangnya Papa mau mati ya?"
"Jaga ucapanmu itu, Keenan." ucap Tristan sambil menggebrak meja kerjanya. Ya, Keenan sudah berhasil membuat Ayahnya itu kesal dan sangat marah.
"Papa, aku itu sudah menjaga ucapanku dengan baik. Tapi karena ucapan Papa itu sudah sangat menyebalkan, makanya bibir ku itu otomatis berkata seperti tadi." ucap Keenan dan langsung berjalan meninggalkan ruangan Ayahnya.
***
Waktu menunjukkan pukul delapan malam. Thalia kini sedang berdiri di balkon kamarnya dengan raut wajah yang tampak muram. Tatapan Thalia menatap langit yang cerah. Bintang dan bulan sebagai penghias langit malam. Dan sesaat Thalia memejamkan matanya, ketika hembusan angin menyentuh kulitnya. Gadis itu benar-benar dalam masalah yang besar, hidupnya kini selalu di rundung ketakutan dan keresahan pada sosok Kakak tirinya, Keenan. Ya, Keenan adalah sosok laki - laki yang begitu mengerikan bagi Thalia.
Thalia tidak tahu lagi harus berbuat apa. Agar Kakaknya itu berhenti menganggu kehidupannya. Karena Thalia ingin hidup dengan tenang dan bebas bukannya seperti ini, yang selalu di rundung dengan ketakutan. Bahkan, hidupnya pun sampai di atur dan di awasi oleh Kakak tirinya. Sungguh, rasanya Thalia ingin pergi sejauh mungkin agar Kakak tirinya itu berhenti untuk menganggunya dan mengatur hidupnya.
"Ini sudah malam, kenapa kau masih berada di situ?" suara bariton terdengar begitu dingin dan menusuk di indera pendengaran Thalia. Dan Thalia langsung berbalik dan mengalihkan pandangannya ke sumber suara itu.
"K-Kak Keenan. Kakak di sini? Bagaimana Kak Keenan bisa masuk kedalam kamarku?"
Keenan mendekat ke arah Thalia. Sesaat dia terdiam menatap iris mata coklat Thalia yang sedang memancarkan ketakutan. Dia pun mengulas senyuman yang misterius. Entah kenapa, setelah melihat adik tirinya yang sedang ketakutan itu membuat kesenangan tersendiri di dalam hatinya.
"Kayaknya Kakak udah bosen deh buat peringatin kamu terus," ujarnya serius memandang Thalia datar.
"Bagaimana kalau sekarang kita melakukannya." katanya lengkap dengan seringainya sudah siap menerkam Thalia yang sangat manis berdiri di hadapannya
"Bagaimana? Kamu sudah siap juga, sayang." ucap Keenan langsung menarik tangan Thalia dan memeluknya.
"Kak Keenan!!" Teriak Thalia. "Kak Keenan lagi gak mikirin yang macam - macam kan?" ucap Thalia saat Keenan memeluknya erat.
"Bagaimana kalau dengan sebuah ciuman?" ucap Keenan langsung mendapatkan gelengan kepala dari Thalia.
"Kalau begitu, biarkan seperti ini." ucap Keenan menyeringai.
"Kak Keenan. Lepasin Thalia, Kak. Tahlia gak bisa nafas, karena Kak Keenan meluknya erat banget."
"Ah, maafkan Kakak." ucap Keenan lalu melepaskan pelukannya.
******
Hay... hay! Kalian yang sudah baca Bab ini jangan lupa kasih likenya dong untuk author.D
Kalau ada yang mau ngasih 🌷atau ☕ juga boleh kok hehehe. Seperti biasa author juga mau mengingatkan pada para reader ku. Yuk, kasih sajen votenya untuk author. Komentarnya juga jangan sampai lupa yah~
Author selalu menunggu komenan dari kalian loh😁
Makasih...
Bersambung....
Terima kasih sudah membaca. Maaf jika masih banyak typho.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 278 Episodes
Comments