"Thalia, kamu kenapa?" tanya Keenan pada Thalia untuk pertama kalinya. Ya, Keenan masih merasa bingung melihat sikap dari sang adik yang terus-menerus menundukkan kepalanya dan sepertinya enggan untuk menatap dirinya. "Lia, liat Kakak sekarang. Kakak, minta maaf ya, kalau Kakak sudah membuatmu lama menunggu di sini." lanjutnya dan Keenan langsung mencium punggung tangan Thalia. Sontak saja, hal yang di lakukan Kakaknya itu membuat Thalia semakin terkejut. Pasalnya, dia masih tidak percaya dengan apa yang sedang di lakukan oleh Keenan Alexander itu kepadanya.
"Kak Keenan apa - apaan sih?!" Seru Thalia. Saat Keenan langsung memeluk dirinya dengan begitu erat. Sedangkan Keenan, sama sekali tidak memperdulikan gerutuan dari sang adik tirinya.
"Ssst. Biarkan seperti ini dulu, Thalia. Apakah kamu tahu, kalau Kakak itu begitu merindukanmu."
Tubuh Thalia, langsung menegang saat merasakan usapan lembut pada punggungnya. "Ta - Tapi Kak Keenan..."
Ya, sebenarnya Keenan itu tahu, maksud dari panggilan Thalia kepadanya. Dan dia pun langsung melepaskan pelukannya. Akan tetapi tidak dengan mata Keenan yang masih begitu lekat menatap wajah dari sang adik tirinya yang kini sudah tumbuh menjadi gadis dewasa yang sangat cantik.
Setelah Keenan sudah melepaskan pelukannya, Thalia pun langsung berdehem untuk menormalkan detak jantung yang sedikit terkejut tadi. Dan masih memalingkan wajahnya tidak berani menatap ke arah Kakaknya.
Melihat sikap dari Thalia yang terlihat masih canggung itu, Keenan kemudian langsung menarik sang adik untuk duduk di bangku yang letaknya tidak jauh dari mereka berdiri.
"Mau kemana, Kak?" tanya Thalia saat Keenan menarik tangannya secara tiba - tiba.
"Duduklah." pinta Keenan pada Thalia.
"Kaki kamu pasti sakit kan, dari tadi kamu kan berdiri lama sambil menunggu kedatangan Kakak. Apa mau Kakak pijat?"
"Gak usah, Kak. Lagi pula Kaki aku gak lagi sakit atau pun pegel, kok." tolak Thalia dengan halus saat Keenan menawarkan dirinya untuk memijat kakinya.
Kemudian, Keenan kembali memeluk dengan erat tubuh adik perempuannya itu. "Thalia, tahukah kamu? Saat berada di negara E Kakak itu selalu merindukanmu? Ya, Kakak itu sungguh sangat merindukanmu, Thalia."
Setelah berucap seperti tadi, Keenan pun langsung melepaskan pelukannya kemudian dia langsung mengecup bibir sang adik yang selama ini sudah sangat membuatnya tergoda untuk segera menciumnya.
Cup.
Keenan dengan beraninya langsung mengecup bibir Thalia saat mereka berdua masih berada di depan umum.
"Kak Keenan! Apa yang sudah Kakak lakukan tadi?" Seru Thalia. Saat Kakak tirinya itu langsung mencium bibirnya secara tiba-tiba. Hingga membuat Thalia sangat terkejut di tambah lagi saat melihat banyaknya perubahan sikap yang terjadi pada Kakak tirinya itu.
"Kenapa Thalia? Memangnya seorang Kakak tidak boleh mencium bibir adiknya sendiri?" tanya Keenan sambil tersenyum penuh arti.
Mendengar ucapan dari Keenan lagi dan lagi Thalia hanya terdiam dan tidak membalas ucapan dari sang Kakak tirinya itu.
"Bagaimana? Tidak ada yang melarang kan? Jadi, Kakak bebas dong mencium bibir kamu?"
"Tapi aku yang keberatan, Kak." ucap Thalia dengan berani mendongakkan wajahnya menatap manik mata coklat sang Kakak tirinya itu.
"Kenapa, Tahlia?" tanya Keenan bingung.
"Ah, pokoknya aku sebal sama Kak Kenan?!" Ucap Thalia, sambil beranjak dari tempat duduknya.
"Tunggu. Kok kamu malah sebal, sih? Lagi pulaKakak hanya mencium adik Kakak sendiri?" tanya Keenan sambil memegang tangan Thalia.
"Tapi Kakak itu sudah mencuri ciuman pertamaku!" Seru Thalia kesal, sambil menghentakkan kakinya dan mulai pergi dari hadapan Keenan.
Melihat kekesalan sang adik tirinya, Keenan hanya tersenyum penuh arti. Kemudian dia langsung menyeret kopernya untuk menyusul sang adik yang sudah pergi lebih dulu.
Saat sudah sampai di parkiran mobil bandara. Keenan pun langsung memasukkan koper - kopernya kedalam mobil. Kemudian dia langsung masuk kedalam mobil dan duduk di samping Thalia yang sudah lebih dulu masuk kedalam mobil.
"Kamu kenapa sih, Lia? Kenapa wajah kamu cemberut begitu?" tanya Keenan.
Namun tak ada jawaban dari sang adik. Dan selama perjalanan pulang menuju kerumah mereka. Thalia hanya diam saja sambil memandang keluar ke arah jendela.
"Thalia, selama Kakak tidak ada di negara L? Apakah kamu juga merasakan kerinduan sama yang seperti yang Kakak rasakan padamu?" Tanya Keenan tiba - tiba. Ya, Keenan juga ingin mengetahui apakah sang adik tirinya juga merasakan hal yang sama seperti dirinya.
Namun, Thalia hanya memberikan jawaban lewat anggukan kepalanya saja. Seolah mengiyakan bahwa dirinya juga memiliki kerinduan yang sama.
"Kak Keenan, bagaimana rasanya tinggal jauh dari keluarga? Apakah Kakak merasa senang saat tinggal di negara E?" Kali ini Thalia yang gantian bertanya. Ya, meskipun masih sangat kesal dengan sikap Kakak tirinya itu. Tahlia pun mulai memberanikan diri untuk mengawali percakapan dengan Kakaknya itu.
Keenan tidak menjawab pertanyaan dari Thalia. Tatapannya matanya kini fokus menatap ke arah paha Thalia. Ya, saat itulah Thalia baru menyadari bahwa sekarang dirinya masih mengenakan baju seragam dan rok pendek yang sedikit terbuka dan memperlihatkan kemulusan pahanya. Tanpa pikir panjang lagi, Thalia langsung mengambil jaket milik Kakaknya yang tergeletak di samping tempat duduknya.Lalu, langsung menaruh jaket tersebut untuk menutupi pahanya. Setelah itu, Thalia mulai menggeser tubuhnya agar sedikit berjauhan dengan Keenan. Karena jika Kakaknya itu terlalu dekat dengan dirinya itu tidak akan baik untuk kesehatan jantungnya. Namun, bukan Keenan namanya jika tidak bisa membuat Thalia panik dan ketakutan.
"Kak Keenan, mau apa?" tanya Thalia, saat Kakak tirinya semakin menggeser posisi duduknya agar bisa lebih dekat dengan dirinya.
Mendengar ucapan dari sang adik yang terlihat ketakutan, Keenan hanya menyeringai dan telapak tangannya mulai bergerak untuk mengelus dengan lembut rambut Thalia dengan sayang.
"Kakak, enggak bakalan ngapa - ngapain kamu, kok? Kakak itu hanya pengin duduk dekat aja sama kamu? Lagian, kamu sih kenapa coba harus duduk berjauhan dari Kakak? Ah, Kakak tahu. Kamu pasti pengin menghindari Kakak, kan?" bisik Keenan.
Mendengar rentetan pertanyaan dari Keenan. Semakin membuat Thalia ingin segera menjauh dari sang Kak tirinya itu. Namun sayang, belum sempat Thalia menjalankan rencananya, tangan Keenan sudah lebih dulu merayap ke pinggangnya dan mencoba mendekatkan tubuhnya agar lebih dekat lagi dengan Kakak tirinya itu.
"Kak Keenan! Lepasin aku, Kak! Aku tidak ingin ya, kalau pak supir akan salah paham mengenai hubungan kita ini?!" Ucap Thalia dengan nada suara yang kening dan hampir terdengar seperti sedang berbisik.
********
Hay... hay! Kalian yang sudah baca Bab ini jangan lupa kasih likenya dong untuk author.D
Kalau ada yang mau ngasih 🌷atau ☕ juga boleh kok hehehe. Seperti biasa author juga mau mengingatkan pada para reader ku. Yuk, kasih sajen votenya untuk author. Komentarnya juga jangan sampai lupa yah~
Author selalu menunggu komenan dari kalian loh😁
Makasih...
Bersambung....
Terima kasih sudah membaca. Maaf jika masih banyak typho.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 286 Episodes
Comments