Tentang Waktu

Tentang Waktu

Kisah keithen kecil

Cerita seorang bocah kecil berlari kencang di bawah hujan deras di malam hari sambil menenteng sebuah plastik berukuran besar dengan berisi beberapa potong koran untuk iya jual di depan lampu merah.

Bercucuran peluh membasahi keningnya, meski di guyur air hujan, berlarian menuju sebuah halte bus untuk berlindung agar tidak terkena hujan. Namun langkah nya yang kecil membuatnya iya kesulitan untuk sampai di halte tersebut, bahkan bajunya juga sudah banyak yang basah akibat air hujan.

Sesampainya iya di depan halte bus, bocah kecil itu merapikan beberapa barang yang iya bawa dan juga mengusap sisa air hujan di beberapa bagian tubuh dan bajunya agar terlihat sedikit kering dan tak kedinginan. Namun bocah itu menggigil kedinginan di tengah derasnya hujan dan malam yang semakin larut.

Sambil memegang perutnya yang terasa keroncongan karena dari tadi siang iya belum makan dan memasukkan sesuatu apapun ke dalam perutnya.

Bahkan kepalanya pusing, mungkin akibat kelaparan, anak itu menjadi sakit kepala.

Ada banyak kendaraan berlalu lalang di jalan raya melintasi dan menerobos derasnya hujan dan kencangnya angin malam.

Keithen kecil duduk di bangku halte bus sambil memeluk tubuhnya yang semakin lama iya semakin menggigil. Perutnya semakin keroncongan dan rasa kerongkongan yang kering karena kehausan.

Keithen mengulurkan salah satu tangannya meraih air hujan yang turun di atap halte itu dengan gembira, lalu kemudian meneguk air hujan itu untuk menghilangkan rasa haus dan sedikit rasa laparnya. Keithen melakukan itu berulang kali agar iya bisa mengembalikan tenaganya yang terkuras seharian bekerja.

Namun tetap saja, air hujan yang iya minum tak bisa meredakan rasa laparnya. Tak ada satupun orang yang melihat kasian pada bocah berumur 10 tahun itu, hanya ada tatapan jijik yang di berikan pada beberapa orang yang sedang berteduh di halte itu.

Bahkan ada seseorang yang memandang keithen kecil dengan tidak suka dengan kebodohan bocah itu menurutnya.

Keithen tak peduli tatapan orang di sekitarnya, iya hanya sedang melakukan berulang kali meminum air hujan itu yang iya ambil dengan tangannya.

"hey bocah, apa ibumu tak memberimu minum, sampai2 kau mengambil air hujan untuk kamu minum, kamu terlihat sangat menjijikkan" ucap salah satu pria paruh baya yang sedang menatap tak suka pada keithen.

Keithen menoleh pada pria itu, iya hanya diam dan tak ingin berbicara menanggapi orang itu.

"apa kamu juga tidak punya mulut" suara pria itu juga semakin kencang dan jengkel karena keithen tak mempedulikan kata-katanya.

"sudahlah, dia hanya seorang anak-anak, kamu jangan cepat emosi" ucap teman pria itu merelai.

Pria itu mencebik kesal lalu kemudian menatap ke arah lain sambil menunggu hujan reda. Sedangkan keithen juga diam dan memeluk kembali tubuhnya yang menggigil.

Malam semakin larut, hujan juga perlahan mulai reda, hanya ada gerimis kecil yang masih turun sedikit, keithen berniat ingin pulang ke rumahnya, dia berdiri dan mengambil kresek berwarna hitam itu dan meninggalkan halte itu.

tak jauh dari sana, keithen berjalan menuju jalan pulang, iya kembali merasakan kepalanya yang pusing dan tubuhnya panas, serta tenaganya sudah habis. Bocah itu berjalan perlahan melihat kiri kanan jalan, hanya ada beberapa kendaraan yang melintas di jalan itu.

keithen berhenti berjalan karena iya merasa tubuhnya sakit, iya hampir kehilangan kesadarannya. Namun iya tetap berusaha untuk bisa cepat sampai di rumahnya, iya memaksakan diri untuk terus berjalan, kepalanya yang pusing begitu terasa kuat hingga penglihatannya kabur dan.

bruuk

Tubuh bocah kecil itu terjatuh di trotoar tepi jalan, trotoar yang terdapat genangan air hujan dan kotor itu, keithen terjatuh di sana.

Tak berselang lama, sebuah mobil mewah melintas di jalan itu dan menemukan keithen yang sedang pingsan di tepi jalan, mobil itu terlihat berhenti dan melihat dari jarak satu meter bocah kecil yang tengah pingsan di sana.

Jam menunjukkan pukul 12 malam, tak ada satupun kendaraan yang lewat, hanya ada mobil mewah itu saja yang melintas dan bisa melihat ke arah kitchen yang tengah pingsan.

Pemilik mobil berwarna hitam pekat itu membuka pintu nya dan keluar melihat kondisi keithen yang masih tergeletak di atas trotoar yang dingin itu.

"dimana orang tuan bocah ini, apa tidak ada yang mencarinya, dan sepertinya bocah ini pingsan" pria berjas itu melihat dengan jelas wajah pucat keithen.

pria berjas hitam dan sepatu hitam itu mengamati bocah kecil yang masih tergeletak pingsan. Dengan baju yang sudah compang camping melihat itu sang pria merasa iba melihat bocah itu.

Pria itu tanpa pikir panjang, pria itu mengangkat tubuh kecil itu dan memasukkannya ke dalam mobil dan membawanya entah kemana.

Sesampainya di sebuah gedung berlantai tiga itu bertuliskan hospital, pria itu turun dari mobil dan mengangkat tubuh kecil bocah itu untuk di bawa masuk ke dalam gedung rumah sakit itu agar segera mungkin bisa mendapatkan pertolongan.

Para petugas berseragam putih di sana segera menyambut kedatangan pasiennya dan membawa masuk ke sebuah ruangan UGD untuk di periksa, sedangkan sang pria tadi tengah menunggu di luar ruangan menantikan hasil pemeriksaan bocah itu.

Tak berapa lama kemudian, seorang dokter keluar dari ruangan itu dan menghampiri pria tadi. Pria itu segera bertanya keadaan anak kecil itu saat iya melihat sang dokter sudah selesai memeriksa bocah itu.

"dok, bagaimana keadaan anak itu?" tanya sang pria.

"keadaannya tidak terlalu buruk tuan Arga, dia baik-baik saja, beruntung tuan segera membawanya kesini. Jika tidak,mungkin keadaan anak itu akan semakin memburuk" seru dokter itu.

Pria yang di sebut Arga itu merasa lega dengan penjelasan dokter, kemudian iya kembali tenang.

"apa boleh aku masuk dan melihat keadaannya?" tanya pria yang di panggil Arga tadi.

"silahkan tuan, dia sebentar lagi akan sadar, anda boleh melihatnya sekarang" jawab dokter.

"terimakasih"

"sama-sama, kalau begitu saya tinggal dulu, saya ingin memeriksa pasien yang lain" seru dokter.

"iya dok"

Pria yang di panggil dengan nama Arga yang terlihat berumur sekitar 30 tahun itu segera memasuki ruangan tempat di periksa keithen tadi. Saat pintu iya buka, iya bisa melihat bocah berumur 10 tahun itu masih terbaring lemas di brangkar dengan selang infus di tangannya.

Arga mendekati keithen dan meneliti setiap inci wajah bocah itu, hingga tanpa sadar keithen menggerakkan tangannya pertanda bocah itu akan sadar dari pingsannya.

"tuan siapa?" pertanyaan itulah yang pertama kali Arga dengar dari seorang bocah itu, suara lemahnya mengagetkan Arga.

"Hem, hey anak kecil, kau sudah sadar, aku ambilkan minum dulu" Arga segera mengambilkan air minum di meja samping brangkar dan keithen pun segera meneguknya.

"bagaimana keadaan mu sekarang, apa kamu baik-baik saja?" tanya Arga pada keithen.

"aku merasa lebih baik, tubuhku juga tidak panas lagi" bocah itu baru berpikir kenapa dia bisa ada di tempat itu yang terlihat seperti sebuah rumah sakit.

"apa tuan yang menyelamatkanku, dan membawaku kesini?" tanya keithen dengan mata polosnya.

"hem iya, aku yang membawamu kesini, aku melihat kamu pingsan di tepi jalan, jadinya aku bawa kamu kesini, oh ya kita belum berkenalan, aku Arga kamu bisa memanggil aku kakak atau Paman, terserah padamu saja" ucap Arga.

"paman Arga" seru keithen.

"siapa nama kamu?"

"aku keithen, paman bisa memanggilku Keith" seru bocah itu.

"oh Keith, senang bertemu denganmu, paman penasaran, kenapa kamu bisa pingsan di tepi jalan begitu, beruntung paman menemukanmu, jika saja aku tidak lewat sana, mungkin tidak ada yang membawamu kesini" seru Arga penasaran.

"aku tadi berteduh di halte bus karena hujan yang deras, setelah berjualan koran seharian di lampu stop, aku pantang pulang sebelum semua koran-koran yang aku bawa laku terjual" seru Keith.

" siapa yang menyuruhmu menjual koran?" tanya Arga.

"ibu angkatku, dia memarahiku setiap hari kalau aku tak berjualan, jadi aku selalu berada di tepi lampu stop sana untuk menjual koran pada setiap pengendara atau siapapun yang ada di sana" seru Keith.

"kasian sekali anak ini, bahkan dia masih sangat kecil harus berjualan koran, dan itupun karena pemaksaan" gumam Arga dalam hati.

"kenapa kamu Jual koran, bukannya di umurmu yang sekarang, kamu seharusnya belajar dan bermain?" tanya Arga merasa iba pada bocah itu.

"paman tidak tau kehidupanku, jika aku tidak bekerja, ibu angkatku akan memarahiku, dia akan menyiksaku jika aku tak membawa uang pulang ke rumah, aku bahkan tidak di beri makan sama sekali, dan tetap menyuruhku mencari uang dengan berjualan" seru Keith.

"kenapa ibumu jahat sekali?, apa dia tidak bisa bekerja?"

"ibuku setiap hari akan selalu pergi bermain judi dan mabuk-mabukan dan membiarkan aku dan adikku kelaparan di rumah, setiap hari aku juga pulang dan tidur dalam keadaan lapar, kami hanya makan satu kali dalam sehari, setelah itu kami akan pergi bekerja menjual koran setiap hari" ucap polos bocah kecil itu.

Arga merasa geram dengan kelakuan ibu angkat Keith di cerita anak kecil itu, bisa-bisanya ada yang melakukan hal buruk seperti itu pada anak kecil. Arga merasa kasihan pada keith yang masih kecil, yang seharusnya sekarang adalah masanya iya belajar dan bermain, kini iya harus menanggung penderitaan secara fisik dan mental setiap hari.

Bekerja tak pernah lelah dan pantang pulang sebelum membawa uang.

Arga menjadi sangat kasihan pada cerita Keith, iya berniat akan membawa Keith pergi dan mencarikan tempat tinggal baru untuk Keith. Dia berharap Keith mau dengan tawarannya nanti.

"baiklah, kamu istirahat ya, sebentar lagi pagi, paman akan menemanimu di sini" ucap Arga.

"tapi Keith harus pulang, nanti ibu akan mencariku dan kembali menyiksaku, aku takut paman" seru Keith.

"kamu tenang saja, ada paman disini, paman tidak akan membiarkanmu di siksa oleh ibu angkatku" tegas Arga.

"tapi adik ku sekarang pasti sedang menunggu aku dan kelaparan" ucap Keith.

"kita besok akan mencari adikmu oke" ucap Arga.

"baiklah" Keith pun tenang.

"maaf paman, Keith merepotkan mu, andai saja Keith tidak sakit, Keith tidak akan menyusahkan paman" ucap bocah itu.

"kamu ini bicara apa, sudahlah kamu istirahat ya" Arga mengelus rambut lebat Keith tulus.

Keithen hanya mengangguk dan kembali memejamkan matanya, dia berharap bisa pulang besok dan menemui adiknya, meski nanti dia akan mendapatkan hukuman dari ibu angkatnya nanti dia akan menerimanya.

.

.

.

.

.

.

TBC

yok di like😘

Terpopuler

Comments

Jade Meamoure

Jade Meamoure

😭😭😭

2024-07-07

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!