Shoecha
VARIELLA
Hari terlihat sangat cerah dengan sinar hangat mentari yang damai. Embun-embun mulai mengering seiring penguasa sang siang kian bertahta. Namun panas sama sekali tak berkunjung. Bau khas rumput masih bisa tercium mengusik hidung.
Seorang perempuan terlihat sedang duduk dengan santainya di bawah sebuah pohon bermandikan cahaya menjulang amat elok.
Seorang itu bergeming, dia menyanyikan sebuah lagu yang enak untuk didengar. Tapi liriknya terasa sangat asing.
Tak ada jawaban tentang lagu apa yang sedang dinyanyikannya. Angin sesekali meniup lembut rambut toskanya yang terurai hingga sepinggang. Atau membuat gaun putih yang ia kenakan melambai-lambai anggun.
Aku berlari mendekatinya, aku yang saat itu sedang mengenakan baju tidurku berlari ke arah sosok di bawah pohon bercahaya.
Perempuan itu membelai lembut puncak rambutku. Dia membisikkan lagu itu kepadaku. Hatiku terasa meleleh saking lembutnya lirik itu terus memenuhi pendengaranku.
" Shoecha adalah sebuah garis, takdir yang tidak bisa kau hujat adanya. Shoecha adalah cerminan dari bening hati yang ada pada putri cahaya," aku terdiam, apa maksud dari kata-kata itu? Aku memandang sosok itu dengan mendongakkan kepala.
" Apa arti dari perkataanmu?" Tanyaku lembut.
" Putriku, Shoecha adalah realita yang harus diakui, dan putri cahaya ada untuk menjadi keterangan akan adanya, itu tidak pernah rumit, Ibu menyayangimu," dia menatapku teduh. Sangat nyaman, hingga semua gambaran itu terasa semakin putih dan memudar.
🌀🌀🌀
Aku terbangun dengan keringat dingin yang tak berhenti menguar dari dahiku. Angin berhembus sekenanya, menerobos lewat jendela kamar yang tak ku tutup rapat, menyalurkan hawa dingin dari luar sana pada tiap centi kulit tubuhku.
Aku menoleh ke sisi kiri ranjangku, heh... Baru jam tiga lewat lima belas menit, dini hari. Lagi-lagi aku harus terbangun sepagi ini. Dan lagi-lagi, karena mimpi aneh itu. Aku terdiam cukup lama, hendak kembali tidurpun juga percuma, karena pasti tidak akan bisa.
Itu bukan kesan tentang mimpi buruk yang membuatku merasa ketakutan. Atau mimpi yang memberikan kesan tentang masa lalu menyedihkan yang kemudian sukses membuatku merasa down. Tapi, mimpi itu tentang Negeri antah berantah yang selalu ku lihat tiap aku memejamkan mata beberapa hari terakhir.
Aku merasa seperti ditarik pada suatu kisah di era zaman klasik beberapa abad yang lalu. Istana, prajurit, Lord dan Queen, maid, semuanya...
Semuanya terasa amat nyata. Tempat itu amat damai, indah, dan nyaman.
Tapi tatapan sosok itu? Matanya menggambarkan sebuah penderitaan tak berhujung. Tatapan itu seakan berkata, bahwa sang empunya tidak terima. Perempuan itu di lingkupi kesedihan dan sebuah harapan. Dan, Shoecha...
🌀🌀🌀
Aku duduk di bangku kelas dengan menyandarkan punggungku ke dinding. Menyumpalkan earphone pada kedua telingaku.
Apa yang tengah coba ku dengarkan? Sebenarnya sih ya, cuman suara deburan ombak dan hembusan angin tepian yang damai. Benar-benar gak mutu.
" Pagi El!!!" Seorang menyapaku dengan suara super rusuhnya yang sepenuhnya bisa ku kenali itu. Aku mendongak sok antusias. Dan, benar saja apa yang ku duga sesaat tadi.
" Hm.. Juga," aku kembali fokus pada buku yang ku pegang.
" El,"
" Ya," jawabku pendek.
" Aku ingin bercerita,"
" Hm," gumamku tak peduli.
" El! Kau seharusnya mendengarkanku," dia merebut bukuku dan menghempaskannya asal ke atas meja.
Aku memandangnya, melepas earphoneku malas.
" Okey...," aku hanya memutar bola mata jengah atas sikapnya.
" Apa!?" Bentaknya.
" Well, kau seharusnya memulai ceritamu," jawabku.
" Oh God, benarkah kau menakdirkanku untuk berteman dengan batu gila seperti ini?" Racaunya, sumpah, aku benar-benar ingin menyumpal mulut kurang ajarnya itu. Tadi dia mengatai ku, batu gila?...
" Ya... Ya... Ya... Batu gila," Aku memasang earphoneku kembali. Tapi kemudian dia menariknya dengan tanpa iba sama sekali.
" Apa?!" Sergahku dengan suara yang sedikit ku tekan.
" Kau membosankan," beo-nya. Ekspresinya berubah sangat jelek dalam sekejap karena jengkel
" Aku serius," sanggahku.
" Okey, jadi, El, kau tau?" Dia menghentikan kata-katanya. Aku masih terdiam.
" Kak Alberta, dia memintamu untuk menemuinya, langsung, bertatap muka, hanya berdua," lanjutnya heboh di tambah dengan isyarat-isyarat tangan yang membuat perkataannya semakin terkesan "
Wow, ini hebat! Benar-benar sangat hebat! bertemu, langsung bertatap muka, hanya berdua dengan Kak Alberta!...
Tunggu,
" Siapa Alberta?" Tanyaku. Aku kerap mendengar namanya diributkan para siswa perempuan, tapi aku selalu tak punya waktu untuk memerdulikannya, atau sekedar turut bergabung.
" Kya... Kau tidak tau siapa Kak Alberta?" Saat itu gendang telingaku benar-benar terasa hendak pecah. Nyaris saja...
" Dia adalah orang yang populer, salah satu dari edisi limited edition pria tampan sesekolah, mustahil kau tidak mengenalnya, karena dia itu, stok terbatas, El???"
" Aku tidak peduli, toh aku bukanlah seekor ular yang matanya selalu tergiur oleh pesona, apa tadi? Edisi limited edition pria tampan sesekolah. Itu terdengar, sangat bodoh, Fal,"
" Hey hey hey, kau terkesan sedang mengejekku! El bodoh... Fan girls tak seperti yang kau bicarakan, enak saja kau mengatakan kami ular, akan ku sumpahkan kau jatuh ke dalam pesonanya nanti," rutuknya.
" Dia menitipkan ini padaku," dia mengeluarkan secarik kertas dari saku baju seragamnya.
" Untukmu,"
Aku menatapnya dengan tatapan " Bodo amat" tapi aku tetap meraihnya. Mebuka lipatan kertas itu.
Temui aku di halaman belakang sekolah jam istirahat nanti- Alberta.
" Okey, kau berlebihan," itu yang ku ucapkan ketika aku melihat raut bertanya Falisya yang menunggu responku setelah membaca secuil tulisan itu. Dia melongo, ya, dia kaget. Mungkin juga dia menuntut alasan kenapa aku mengatainya berlebihan.
" Tidak ada kata ingin berbicara, atau kata hanya berdua," Falisya hanya cengengesan menunjukkan wajah sok polosnya yang menjengahkan.
" Sayangnya aku tidak berminat, jadi~"
" Stts... No no no, kau harus tetap menemuinya, El, please, kau tau? Ini sudah menjadi rahasia umum, Kak Alberta itu adalah seorang idola, keren, ya, dan tidak mungkin dia menulis surat untuk seseorang tanpa alasan yang jelas, yang bahkan orang itu sama sekali tidak mengenalnya?"
" Jadi~"
" Au!" dia menjitakku.
" Aku bahkan baru tau, bahwa di balik otak jeniusmu itu, ternyata tersimpan kebodohan juga. DIA MENYUKAIMU! KAU DENGAR? DIA MENYUKAIMU, AESYEL VARIELLA QUENNER!..." Teriaknya.
" BODOH! BERHENTI, BERTERIAK, DI DEPANKU!..." Balasku tak kalah kencang.
" Ya... Aku tidak tau, dan aku mamang tidak ingin mengetahuinya. Kau puas? Kau benar-benar telah mengganggu pagi tenangku... Falisya Abraham Lincoln... Kau saja yang pergi jika kau mau,"
Dia hanya mendengus kesal,
" Oh Tuhan..."
" Betapa bodoh dan keras kepalanya kau kawanku..."
Gumam Falisya, pasrah.
🌀🌀🌀
**A : Gimana menurut kalian, apa Si Bodoh Variella akan menemui Si Misterius Alberta itu?
Berikan pendapatmu, okey...
Tunggu kelanjutan kegabutan Author ya...
Salam MPRS**!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 64 Episodes
Comments
Dew Ian
komen dulu baru baca. 😁😁😁😁. semoga akk suka cerita inii
2020-12-02
1
Dwi Mega Indahsari
up teruuus ea qw tunggu😍😍😍😘😘😘
2020-04-24
2
Afriansyah Dermawan
Keren lanjutkan, jadi penasaran
2020-02-29
1