Life is a choice, dan segala keputusanmu, adalah titah bagiku.
~ The Leader Knight Arguza.
VARIELLA
Aku mematutkan diri di depan cermin yang menempel kokoh pada dinding kamarku.
" Hay, Tuan Putri, kenapa pagi-pagi begini sudah turun dari ranjang, ha??? Apa kau sudah sembuh benar?" Tanya Aleta berjalan masuk kedalam kamarku.
Cermin itu memantulkan bayangan kami yang berdekatan sangat serasi. Heeeh... Dia memang sangat tampan. Aku selalu nampak seperti upik abu di sisinya sampai kapan pun.
" Hey, siapa yang bilang kau ku perbolehkan masuk kemari!!!" Teriakku mendorong Aleta keluar secara paksa.
" Sejak aku menolongmu kemarin, pikun... Toh aku juga sudah melihat semua itu," ucapnya. Memutar pandangannya sambil menunjuk-nunjuk ke seluruh sudut ruangan.
" Apa?!" Sentakku. Di dalam kamarku memang banyak terpajang foto-foto kami berdua semenjak kecil. Mau bagaimana lagi? Lelaki yang sangat dekat denganku dari dulu memang hanya Aleta. Tapi aku tidak ingin semua ini membuatnya merasa terlalu percaya diri.
" Apa kau ingin aku memberimu tanda tangan juga? Aku tidak akan meminta upah sepeser pun..." Dia menaikan satu alisnya.
" Aku tidak membutuhkannya, ayo, aku tidak ingin terlambat ke sekolah," aku berlalu, turun ke halaman.
" Hey, apa kau yakin akan berangkat sekarang? Bagaimana jika hari ini kita ke dokter dulu saja, sepertinya kau masih belum terlihat baik-baik saja, Var..." Cerocos kak Aleta panjang kali lebar kali tinggi. Aku hanya mengacuhkannya.
" Dert... Dert..." Aku mengangkat ponselku yang terus bergetar.
" Falisya," gumamku. Aku sudah duduk di jok depan samping kemudi.
" Pagi," kataku membalas sapaannya, lalu terdengar suara dari sebrang.
" Tidak, aku akan pergi ke sekolah sendiri Fal, terima kasih atas tawaran baikmu," jawabku.
" Glek," mobil yang ku naiki terasa memendal ringan, aku menoleh, tersenyum.
" Tidak seharusnya kau berbohong, Tuan Putri," katanya, tersenyum.
" Diamlah Al..." beoku.
" Ha? Tidak, bukan siapa-siapa," sanggahku pada Falisya.
" Oh, berani sekali anda tidak mengakui tunanganmu di depan teman dekatmu, Var," sambungnya lagi.
" Aku tidak papa Fal, tidak usah terlalu mengkhawatirkanku, sinyalnya buruk, sampai jumpa di sekolah, da..." Aku mematikan sambungan secara sepihak.
" Aleta!!!... Apa yang barusan kau katakan, ha!?" Aku membentaknya, memukul-mukul bahunya pelan. Lagi-lagi dia cuman tersenyum.
Perjalanan sangat panjang dari rumah menuju Kastil Drakula reot itu, aku bahkan tak menyangka, bahwa aku telah menghabiskan lebih banyak waktu untuk pulang pergi seorang diri selama ini.
" Chhhiii hiiittt..." Terdengar suara roda bergesekan dengan permukaan jalan lebih berat akibat pedal rem yang di injak. Aleta menghentikan mobil tepat di tengah-tengah lapangan parkir.
" Apa yang sedang kau pikirkan Al, kau akan menarik perhatian banyak orang dengan menyuruhku turun di sini..." cerocosku.
" Siapa bilang aku akan menyuruhmu turun di sini?" Baliknya bertanya.
" Lalu~" huh, dia sudah seenaknya sendiri keluar dari mobil. Berjalan memutar, lalu, oh tidak...
Dia membukakan pintu untukku, aku hanya terbengong-bengong. Di satu sisi ingin merutuknya habis-habisan.
Kak Aleta mengulurkan tangannya.
" Oh Tuhan..." Aku meraihnya.
" Semoga harimu menyenangkan, Tuan Putri..." Ucapnya dengan menundukkan kepala. Sumpah, ingin rasanya aku memukul kepala orang jelek itu.
Dasar, Aleta gila!!!
Dia hanya tersenyum miring, lalu melirik ke arah orang-orang yang menatap kami dengan tatapan, iri, mungkin.
Bisikan-bisikan terdengar memenuhi sekitar.
" Bukankah itu adalah Aleta Souju, center dari boy band baru yang tiga tahun berturut-turut ini sedang naik daun itu..."
" Iya, kenapa dia bersama cewek jutek itu,"
" Apa hubungan mereka, kenapa sangat dekat sekali??? Aku sangat iri..."
" Kenapa Aesyel beruntung sekali..."
" Bukankan lebih cantik aku dari pada si Nenek Sihir itu?"
Yah... Dan banyak sekali umpatan-umpatan menjengahkan yang mampir di telingaku, bahkan hingga aku sampai di dalam kelas dan duduk di kursi.
Kau benar-benar telah mempermainkanju kak... Lihat saja bagaimana mereka sangat terpesona denganmu, tapi malah mengolok-olok adikmu ini...
Tunggu nanti sepulang ku ke rumah, kau akan benar-benar habis. Tau kau hanya ingin pamer tampang, lebih baik aku pergi bersama Falisya... Aleta menyebalkannnn!!! Huh!
" Pagi, El, ada apa lagi denganmu? Kau terlihat sangat kacau pagi ini," Tanya Falisya yang tiba-tiba saja datang. Aku hanya memberikan tatapan yang jika di terjemahkan mungkin akan berbunyi, pagi ku memang selalu kacau Fal...
" Tadi itu, benarkah kak Aleta?" Tanyanya lagi.
" Iya," jawabku singkat.
" Kya... Kak Aleta benar-benar sangat tampan pada versi nyatanya ya..." beo-nya yang membuat kejenuhanku tak kunjung teratasi.
" Tersenyumlah El, bukannya kau sendiri yang tidak ingin seluruh sekolah tau kalau kak Aleta itu adalah kakakmu?"
" Iya, karena pasti itu akan merepotkan, tapi tidak ku sangka, ini juga sangat merepotkan,"
Falisya hanya tersenyum seakan mengejekku. Sama saja! Menyebalkan.
" Sudahlah, oh ya, kenapa kemarin kau tidak ke sekolah?" Tanya Falisya.
" Eh, em, iya, tidak papa, hanya saja, iya, aku sedikit terlambat untuk bangun," jawabku nyengir.
" Ku kira kau kenapa, aku sangat khawatir El..."
Aku terdiam,
" Ya, bagaimana lagi, aku hanya hidup sendiri di rumah, terlambat bangun adalah kecelakaan yang biasa terjadi kan? Ku kira ini juga bukan kali pertama," jawab ku.
" Setidaknya hubungi aku setelah kau siuman dari mati surimu itu, Aesyel!!!" Beo-nya mencubit kedua pipi chubby-ku. Aku meronta tidak terima.
" Bangke!! Tanganmu sangat menyakitkan Falisya..." umpatku mengelus pipiku yang sudah lepas dari cengkraman tangan iblisnya. Aku tidak bisa membayangkan betapa merahnya kedua pipiku saat ini.
" Teng... Teng... Teng.... Teng... Teng..." Lonceng tanda masuk telah keras berbunyi.
" Pagi anak-anak," sapa Nyonya Laeli.
" Pagi Nyonya Laeli..." Jawab kami serempak.
" Hari ini kalian akan kedatangan teman baru, baiklah, Zere, perkenalkan dirimu," timpal Nyonya Laeli pada lelaki di sebelahnya.
Sudah ku duga, mata itu pasti akan muncul. Aku menyandarkan kepalaku di atas meja, tidak minat, sangat membosankan.
" Namaku Zere Aradika, senang berkenalan dengan kalian, selanjutnya, aku mohon bantuannya," ucapnya diiringi senyum sederhananya yang terkesan tidak di buat- buat, kemudian menundukkan kepala hormat.
" Baiklah, Zere, kamu bisa duduk di sebelah kiri Nona Aesyel, Nona Aesyel, saya harap kamu jangan bermalas-malasan terus jika reputasimu sebagai murid berprestasi tidak ingin direbut oleh Tuan Zere, dia sangatlah cerdas," jelas Nyonya Laeli, membuatku kembali menegakkan kepala.
Laki-laki itu berjalan mendekat ke arahku, lebih tepatnya, duduk di kursi kosong sisi kiriku, dekat dengan jendela.
" Hay, siapa namamu?" Tanyanya ramah, aku melirik ke seluruh kelas, berhentilah menatapku seperti itu...
" Apa telingamu tengah bermasalah, Tuan Zere, bukankah tadi Nyonya Laeli sudah memperkenalkanku padamu secara tidak langsung?" Jawabku bertanya.
" Oh, okey," jawabnya.
" Ehem... Nona Aesyel, Tuan Zere, bisakah pelajaran dimulai sekarang?" Tanya Nyonya Laeli menunggu jawaban.
" Silahkan, Nyonya," jawab Zere. Aku hanya terdiam.
Pelajaran yang membosankan pun berlalu seperti hari-hari yang lalu.
Hufft...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 61 Episodes
Comments