Terkadang, rindu itu tidak butuh alasan untuk datang. Semua itu terasa, alamiah.
~ Queen Variella.
VARIELLA
Terkejut? Iya, itu yang ku rasakan, ketika orang yang katanya tampan dan populer di sekolah, memiliki banyak fan girls, memelukku di halaman belakang sekolah, yang pasti merupakan tempat para siswa juga berlalu lalang bebas.
Aku merasakan sebuah percikan kecil di dalam sana. Jauh di dalam diriku. Aku seperti sudah sangat kenal dengan kehangatan yang di tawarkan pria keren yang sekarang sedang memelukku ini.
RINDU.
Percikan-percikan kecil itu seakan menyuarakkan kerinduan yang besar. Tapi aku berusaha menampiknya dalam-dalam. Bahkan aku baru mengenalnya sekarang. Lebih tepatnya baru mengetahui, belum mengenal.
" Gila!" Gumamku.
Rasanya aku tidak ingin melepaskan keterpautan di antara kami, tapi juga tidak ingin membalasnya. Aku rindu saat dia memelukku seperti ini. Aku rindu saat dia mengucapkan sepatah kata yang bisa menerobos kegundahan hatiku.
Huff... Ini semua malah terasa seperti de javu yang lucu.
" Bisa kau lepaskan pelukanmu?" Tanyaku cuek, meskipun kedua bibirku sempat terangkat membentuk sebuah senyuman. Refleks alamiah yang tidak ku tau apa penyebabnya.
Dia melepaskan pelukannya, tapi entah mengapa, sekarang aku malah merasa ditinggalakan.
" Apa maksud dari kau merindukanku, dan, mine?... Kita tidak saling mengenal, oke?" Terkaku to the point.
" Aku suka tingkah dingin dan cuekmu sekarang, Princess. Mungkin aku hanya akan butuh sedikit menyesuaikan diri saja,"
" Kau tidak sedang menjawab pertanyaanku, bodoh! Dan aku juga bukanlah seorang bangsawan, jadi, jangan panggil aku princess... Dan satu lagi, aku bukan kekasihmu, jadi jangan juga menghabiskan tenagamu untuk terus merindukanku," sanggahku, lagi-lagi keseimbangan emosiku terasa aneh. atmosfir di sekitarku seakan sedang berbaur dengan aura pedih dari dirinya.
Aku berbalik, tapi kemudian Alberta meraih tanganku,
" Jika aku memiliki waktu yang panjang untuk hidup tanpamu, maka, aku akan menghabiskan seluruh hidupku, untuk merindukanmu, Variella Bluetania Albaroza..."
" Udah!" potongku, dia salah menyebutkan namaku, tapi anehnya, aku tidak terlalu merasa tersinggung atau marah. Itu adalah nama yang bagus, ada kata Variella juga di dalamnya, tiba-tiba saja aku tersentak mendengarnya, nama yang tidak asing.
aku menghempaskan pegangannya yang mulai mengendor.
" Namaku, Aesyel Variella Quenner, ingat itu sebelum kau berusaha mendekatiku lagi!" ralatku, kemudian melangkah menjauh. Aku melihat banyak pasang mata menatapku, seakan aku adalah daging segar siap saji yang menggiurkan dan membangkitkan selera.
Dan aku menduga bahwa mereka tidaklah mendengar apa yang aku bicarakan dengan si Alberta tadi, karna bila mereka mendengarnya, mungkin saja sekarang aku sudah tinggal nama yang di tempel di papan pengumuman OSIS dan mading seluruh sekolah dengan banyak ungkapan bela sungkawa.
" Drama, apa memang yang telah kau tawarkan padanya, sehingga dia mau sekali memelukmu, ha!???.."
Suara itu, aku berhenti dan menatapnya tajam. Ada gemuruh yang meledak-ledak di sisi hatiku. Aku tidak semurahan dirimu, okey...
Ranting-ranting patah berjatuhan di sekitar halaman belakang sekolah.
" Setidaknya aku tidak akan pernah memutuskan syaraf maluku agar bisa dipeluk oleh cowok setampan Alberta," jawabku acuh dengan sedikit aksen menyombongkan diri. Tapi sepertinya Musang Ingusan di hadapanku itu tersindir.
" Kau, kurang ajar!"
" Aku sedang menjawab pertanyaanmu, maaf, jika perkataanku malah menyinggung sikap dan kebiasaan burukmu, Nona Natalia," aku berlalu.
Yah, aku sedikit puas dengan apa yang telahku lakukan. mukanya terlihat sangat-sangat jelek berkali-kali lipat. Biarlah dia menabung dendam sebagai asetnya menjatuhkanku nantinya. Orang yang menyedihkan. Mungkin itu akan terasa sangat menarik.
🌀🌀🌀
Aku melangkahkan kaki menaiki tangga menuju kamar, membanting tasku sembarangan, lalu menjatuhkan diri di atas kasur. Alberta. Laki-laki itu, memang tampan... Tapi, ah, dia, sangat-sangat, entahlah... Bodoh!
Dia memanggilku dengan kata Princess, dan, mine, dengan tatapan yang benar-benar terasa hangat dan penuh kasih sayang. Apa dia sedang berusaha untuk menggodaku? Tapi untuk apa?
AUTHOR
" Aku mencium sesuatu yang kuat tengah bangkit. Sekilas seperti, darah murni. Ya... Kekuatan alami keturunan ras atas yang lahir di bulan purnama merah 1000 tahun. Aura yang sangat, menakjubkan."
Kata seorang bersurai hitam legam, merasa bingung dengan hasil penemuannya.
" Bodoh, 450 tahun yang lalu, tepat saat bulan purnama di permulaan tahun, ketika perang besar antara Negri Atas dan Negri Bawah pecah di Typherus.
" Saat itu banyak Makhluk Immortal dan Makhluk Suci Negri Atas binasa. Kemenangan berada pada putra Dewa Hujan, sang jiwa kegelapan tersegel pada dimensi terbawah dari seluruh dunia."
" Tapi orang itu juga sudah tiada, orang yang menjadi pemicu meletusnya perang hebat yang hingga sekarang membuat Negri Atas dan Negri Bawah terus berseteru itu sudah mati,"
" Putri Moon Goddes, yang menurut legenda merupakan pemilik darah murni Klan Cahaya Negri Shoecha. Princess Variella Bluetania Albaroza, mungkinkah dia akan mati secepat itu, sebelum klan Shocha sendiri kembali terbangkitkan?
" Aku tau tentang peristiwa kelam antara Negri Atas dan Negri Bawah di Typherus. Tapi kau tak seharusnya meragukan kemampuanku, Lord. Aku bahkan bisa merasakan aura yang pemiliknya belum di lahirkan ke belahan dunia manapun, itu adalah kemampuan khususku yang jarang di miliki oleh banyak orang pada umumnya," yang di ajak bicara hanya tersenyum, seperti sedang menyadari sesuatu yang terlewat.
" Sepertinya ini akan terasa hebat," Terka Lord Girel pada sahabat serta orang kepercayaannya. Affrel turut menarik sudut bibirnya sekilas.
" Aku sebenarnya juga merasa ada yang aneh pada kabar sakitnya Moon Goddes delapan belas tahun yang lalu, yang hingga sekarang belum kunjung sembuh. Dan sepertinya itu juga yang membuatmu bingung kan, Affrel? Tidak pernah ada yang tau tentang benar atau tidaknya kematian Princess Variella," ucap Lord Negri Sykralipe itu samar.
" Aku tugaskan kau untuk mencari seorang Wizard aliran hitam yang terusir dari klannya saat peristiwa itu terjadi. Menurut cerita, penyihir itu telah turun ke perasingan di daerah selatan Typherus radius 40 hari perjalanan kaki Klan Werewolf. Ajak dia atas perintahku, kita akan bangkitkan Lord Typherus, Sang Jiwa Kegelapan. Lord Izac Manufarius Liata." Perintah Lord Girel.
" Akan saya laksanakan dengan senang hati, Lord," jawabnya dengan lirih, undur diri.
" Setidaknya, aku bisa menjadi penguasa atas tiga dunia sekaigus jika apa yang terlintas di fikiranmu itu memang benar," gumamnya.
Itu adalah ambisi bodoh yang sama, ambisi bodoh yang juga pernah terfikirkan oleh seorang pria tampan dengan kekejaman luar biasa, hanya karena ia merasa bahwa Dewa Nasib tidak adil kepadanya sebab telah menjadikannya seorang Demon unmate.
Izac Manufarius Liata, Sang Jiwa Kegelapan. Lord Typherus yang telah dikutuk oleh Legenda dan Dunia.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 64 Episodes
Comments