Tak lama berjalan, andi berbelok ke sebuah rumah sederhana. Rumah itu bercat biru, seperti rumah tidak terawat. Terlihat dari beberapa atap yang rusak dan berlubang. Ada banyak kumpulan debu di sudut-sudut. Serta kayu penyangga yang lapuk, mungkin karena kemakan usia. Pandangan antoni berputar di halaman rumah, ada pagar bambu yang tak terpakai di biarkan begitu saja di samping rumah. Ada juga tali panjang yang terbentang, mungkin untuk menjemur baju.
Ngeeeeekkkkkk. Pintu yang tak terkunci itu terbuka hanya dengan dorongan saja.
"Ayo kak silahkan masuk," ajak andi.
Antoni masuk tanpa berkomentar.
Matanya melihat sekitar, di dalam rumah itu tidak banyak perabot. Ada 1 sofa panjang yang lusuh, almari kayu yang usang, dan tempat tidur dari kayu yang masih terlihat kuat namun kasurnya sangat tidak terawat. Di atas kasur tergeletak beberapa helai baju dan celana yang dibiarkan begitu saja.
Andi berjalan menuju belakang, dan antoni duduk disofa.
Tak lama berselang, ketika fikiran antoni melayang dengan banyak pertanyaan tentang andi, anak itu datang dari belakang dengan membawa segelas air.
"Silahkan diminum kak, maaf adanya hanya air putih" katanya sambil meletakkan air di atas meja.
Tanpa berbicara antoni meminum air itu beberapa teguk.
Dengan ragu Antoni memberanikan diri untuk bertanya, "ehmmmm,, maaf andi dimana keluarga kamu?"
"Aku tinggal sendirian kak, nenek telah meninggal 2 tahun lalu" jelas andi.
"Kkkamu sendirian!! seru antoni kaget
"Lalu......"belum selesai dengan kalimatnya, andi segera menyela seakan dia tahu apa yang akan di tanyakan antoni.
"Ayo kita makan kak, kakak pasti lapar" ajaknya sambil berdiri dan berjalan kebelakang.
Sebentar saja andi kembali dengan membawa 2 piring yang berisi nasi, kemudian meletakkannya di atas meja. Di bukanya bungkusan dari bu ratih tadi.
Antoni ikut antusias saat andi membuka bungkusan itu.
Benar saja, isinya beberapa ayam goreng dan apel merah yang nampak tak asing diingatannya.
"Mari kak!!" Ajak andi sambil mencelupkan tangannya ke semangkuk air bersih untuk cuci tangan, kemudin mengambil satu ayam dan di letakkan di piringnya.
Antoni mengikuti arahan andi yang tentu saja dia juga sering melakukan itu dulu.
Antoni mengmbil satu ayam dan meletakkan di piringnya. Setelah gigitan pertama, jiwanya serasa melayang, mulutnya terkatup menahan gejolak hatinya, hidungnya memerah, matanya menyipit dan terlihat ada air di sudutnya. Ia tak kuasa menahan emosi di jiwanya.
Rasa ayam goreng ini sungguh luar biasa,bentuk yang sama, rasa yang sama, tekstur yang sama. Membuat hatinya sungguh tak kuasa menahan tangis haru nya.
Antoni makan dengan lahap dan cepat sambil menangis sesenggukan seakan kesurupan, "hemmmmmh... hemmm.... nyam...hmmmmmmh nyam...
Andi yang kaget hanya melihatnya dengan heran sambil makan perlahan.
Andi telah selesai makan dan berjalan ke belakang untuk meletakkan piring kotor dan mencuci tangan, meninggalkan antoni yang masih sesenggukan sambil makan.
Sejenak andi befikir, tidak mungkin orang setampan dan sekeren kak antoni tidak pernah makan ayam, bahkan dia membawa mobil yang sangat mewah. "Apa iya dia tidak pernah makan ayam goreng?" Tanyanya dalam hati sambil cuci tangan.
"Entahlah......" dia menjawab sendiri dengan bahu terangkat. "Kesulitan orang macam-macam, aku masih beruntung bisa makan ayam goreng setiap hari" gumam andi.
Setelah selesai mencuci tangan, andi kembali ke ruang depan, terlihat antoni duduk dengan kaki terangkat diatas sofa dan di tekuk, tangannya terlipat diatas lutut untuk bantalan kepala.
Kepalanya menunduk tersembunyi di dalam lipatan tangan seakan dia membenamkan wajahnya dalam-dalam.
"Kakak ngantuk?"tanya andi menelisik.
"Hemmmm," jawab antoni tanpa bergeming.
"Berbaringlah di ranjang kak, istirahatkan tubuhmu, atau kau bisa berbaring di sofa saja tidak perlu berpindah".
Tanpa berkata apa-apa antoni menggulingkan tubuhnya di sofa, masih dengan posisi meringkuk.
Antoni benar-benar tak kuat menahan emosinya. Dia terus menangis walau semua ayam goreng dan apel merah di bungkusan telah habis di lahapnya.
Bahunya bergoyang-goyang tanda dia masih saja terisak dalam ringkukannya.
Andi bingung harus berbuat apa melihat antoni seperti itu, dia hanya diam dan memandangi punggung yang bidang itu.
Tak lama berselang antoni terdiam. Sepertinya dia tertidur dalam tangisnya.
Andi memutuskan untuk meninggalkan antoni yang sedang terlelap. Dia pergi ke rumah pak wanto untuk menjual beberapa ikan hasil tangkapannya tadi siang. Dan dia menyisakan 1 ekor ikan untuk makan malamnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 89 Episodes
Comments
Riaaimutt
baru baca uda nyesek..😑
2023-10-21
1
Ken ZO
Kereen! Seru baca sampe lupa waktu.
2023-07-15
1
Abadon007
karya ini layak dijadikan film, semoga sukses terus thor ❤️
2023-07-15
1