"Pak Arsen, Sky putra saya. Mari kita bicarakan masalah ini."
Seketika Arsen menatap Alex yang berdiri di dekat Sky. "Dia putra Bapak?" Arsen melepaskan cengkeramannya. "Kita bicarakan masalah ini, setelah tahu kondisi putri saya."
Arsen berjalan jenjang menuju IGD. Kedatangannya tepat saat Dokter keluar dari ruang pemeriksaan.
"Bagaimana kondisi putri saya, Dok?" tanya Arsen.
"Putri Anda mengalami pendarahan hebat dan sekarang dalam masa kritis. Obat itu sangat berbahaya jika dikonsumsi tanpa resep Dokter. Anda bisa melapor masalah ini pada polisi, saya akan membuat laporan hasil visumnya."
"Baik, Dok. Apa kami boleh menemui putri kami?"
"Boleh, tapi putri Anda belum sadarkan diri karena kondisi pasien benar-benar lemah."
"Kamu temui Shena dulu, biar aku bicarakan masalah ini sama orang tua Sky," suruh Arsen pada istrinya.
Naya menganggukkan kepalanya lalu dia berjalan menuju ruang rawat.
Seketika Arsen duduk di kursi tunggu. Bagaimanapun juga dia tetap tidak bisa terima dengan apa yang dilakukan Sky pada putrinya. "Saya akan tetap menuntut anak Bapak," kata Arsen pada Alex.
Ida yang sedari tadi menahan lengan putranya semakin menangis. Dia sudah kehilangan satu putranya, dia tidak ingin dipisahkan juga dengan Sky.
"Saya mohon jangan, Pak." Ida berlutut dan memohon. "Saya baru saja kehilangan Gala, saya tidak mau dipisahkan dengan Sky juga."
"Mama, aku yang salah." Sky menarik Mamanya agar kembali berdiri. "Sudah seharusnya aku mendapat hukuman."
"Sky, perbuatan kamu ini memang salah, tapi kamu melakukan ini karena mengira Arnav yang membunuh Gala. Padahal kamu di adu domba sama teman-teman kamu sendiri. Dan saya juga mengerti, Pak Arsen pasti tidak akan terima kondisi anaknya seperti ini. Jika memang Pak Arsen ingin menuntut Sky, silakan, tapi saya sangat berharap masalah ini bisa diselesaikan secara kekeluargaan. Sky bisa menikahi putri Pak Arsen sebagai bentuk tanggung jawab agar istri saya tidak terlalu sedih juga karena kita juga dalam masa berduka."
Arsen menghela napas panjang. Dia memijat pelipisnya sesaat memikirkan masalah ini. "Kalau kamu dan Arnav bilang masalah ini dari awal, semua gak akan seperti ini. Saya paham, Arnav dan kamu masih berjiwa muda tapi jangan sekali-kali melakukan pelecehan seperti ini. Coba kamu pikirkan bagaimana perasaan Shena saat ini? Menikah pun tidak akan mengurangi rasa sakit dan trauma Shena."
"Iya, Om, saya mengerti. Saya siap menerima hukuman. Saya benar-benar menyesal telah melakukan ini pada Shena."
Arsen terdiam beberapa saat. Dia menatap Ida yang terus menangis sambil menggandeng lengan putranya. Sky juga sudah babak belur dan satu tangannya mendekap perutnya yang telah mendapat tendangan dari Arnav dan Vicky berulang kali.
Alex juga sangat membantu perusahaannya yang sempat goyah. Lalu bagaimana baiknya?
"Saya akan menunggu sampai Shena sadar. Semua keputusan ada di tangan Shena. Saya juga tidak mau membuat Shena kecewa. Bagi seorang wanita, kehormatannya sangat penting, jika ada seorang pria yang telah mengambil kehormatannya, pasti dia akan meminta pertanggung jawaban. Jika memang Shena ingin Sky dihukum, saya akan langsung melaporkannya ke kantor polisi, tapi jika Shena memang mau menerima pertanggung jawaban Sky dalam bentuk pernikahan, saya juga akan mengizinkannya."
Kemudian Arsen berdiri tapi baru melangkah beberapa langkah, dia melihat Sky pingsan.
"Sky, kamu kenapa?" Alex menahan tubuh Sky lalu segera membawanya masuk ke dalam ruang pemeriksaan agar segera mendapat penanganan.
"Sky, kamu kenapa? Pa, Mama takut banget Sky kenapa-napa."
Arsen hanya melihat Sky sesaat lalu dia pergi menuju ruang rawat putrinya.
Di dalam ruang rawat Shena ada Naya yang masih saja menangis di samping Shena. Arnav dan Vicky juga baru masuk ke dalam ruang rawat Shena.
"Arnav, Vicky, lain kali kalau ada masalah seperti ini kalian bilang. Kalian lihat, yang jadi korban justru Shena. Shena yang gak pernah ada sangkut pautnya sama geng motor dan permusuhan kalian."
Arnav dan Vicky hanya menganggukkan kepalanya.
"Iya Ayah, ini salah aku yang tidak bisa melindungi Shena," kata Arnav.
"Kalian berdua lebih baik pulang saja. Istirahat dan makan di rumah," suruh Arsen.
"Iya, nanti aku ke sini lagi." Setelah berpamitan, Arnav dan Vicky keluar dari ruangan.
Arsen kini duduk di samping istrinya. Satu tangannya merengkuh bahu Naya dan mengusapnya.
"Mas, kasihan Shena. Aku gak bisa bayangin gimana sakitnya dia, gimana takutnya dia. Harusnya sebagai seorang Ibu aku harus lebih peka pada Shena. Aku gak tahu kalau Shena hamil."
"Ssttt, sudah. Ini ujian buat kita. Shena anak yang kuat, Shena pasti bisa melalui ini semua."
Naya menganggukkan kepalanya lalu dia mengusap rambut Shena. "Cepat sadar, sayang."
...***...
Setelah berada di ruang rawat, Sky membuka matanya. Perutnya terasa sangat mual lalu dia muntah di samping brankarnya.
"Sky!" Ida menepuk punggung Sky. Sesuai hasil pemeriksaan dari Dokter bahwa lambung Sky terluka akibat tendangan berulang. Bahkan darah segar juga keluar dari mulutnya.
"Kamu minum dulu." Ida membantu putranya minum. "Pasti sakit sekali perut kamu. Ada luka di lambung kamu."
Sky kembali merebahkan dirinya sambil memegang perutnya yang terasa sakit. "Rasa sakit ini gak sebanding dengan yang dirasakan Shena, Ma."
Ida mengusap rambut Sky sambil menatapnya nanar. Banyak luka memar di wajah Sky dan bagian tubuhnya yang lain juga.
"Ma, apa Shena sudah sadar?" tanya Sky.
Ida menggelengkan kepalanya. "Belum, dia masih kritis."
"Ma, aku ingin bertemu Shena."
"Kondisi kamu masih seperti ini. Besok saja ya."
Kemudian Sky hanya terdiam sambil menatap kosong jendela rumah sakit. Sekujur tubuhnya memang terasa sangat sakit, bahkan untuk bergerak saja sangat sulit.
"Sky, jadikan semua ini pelajaran buat kamu. Kamu jangan lagi mendahulukan emosi. Mama mengerti, kamu sedih kehilangan Gala. Mama juga sangat sedih. Jika Mama tahu kamu akan melakukan ini pada Shena, Mama pasti juga tidak akan mengizinkan kamu menjadi Gala. Sky, wanita itu harus dijaga dan disayangi, bukan dilecehkan lalu kamu tinggal. Sejatinya wanita itu sangat lemah, dia sangat butuh perlindungan."
Sky menganggukkan kepalanya. Hatinya sangat sesak. "Iya, Ma. Aku sangat menyesal. Apa yang sudah aku lakukan tidak bisa aku perbaiki lagi. Bahkan aku sendiri yang menyuruh Shena membunuh darah daging aku sendiri." Air mata itu akhirnya lolos dari mata Sky.
"Menyesal sudah tidak ada gunanya lagi, yang terpenting sekarang, kamu harus bisa mengubah sikap kamu menjadi lebih baik. Kamu harus bertanggung jawab dengan apa yang sudah kamu lakukan."
Sky mengangguk pelan.
Aku berharap Shena memberiku satu kesempatan agar aku bisa menebus semua kesalahanku...
.
💕💕💕
.
Like dan komen ya ..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 118 Episodes
Comments
Yellyati Iyel
baca bab ni aku menangisssss😭😭😭
2023-10-08
0
Eika
Sky menyesal akhirnya.
Semoga Shena masih memberikan kesempatan untuk Sky, menebus rasa bersalahnya.
Berjuang ya Sky💪💪
2023-07-22
0
Nona Lengary
derita lhu sky...
smga Shena gak mau liat mukanya sky
2023-07-21
0