Pagi hari itu, Sky menatap dirinya di cermin. Kacamata tebal, rambut klimis, dan seragam dimasukkan rapi, penampilannya sudah seperti Gala. Tak lupa dia memasang perban yang dia beri obat merah di dahinya agar penyamarannya sempurna.
Tatapan mata Sky yang biasanya sangat tajam seperti elang, kini dia teduhkan. "Gue harus bersikap kalem dan harus sabar. Kalau nanti ada celah, gue akan balas lo, Arnav."
Sky melihat jadwal pelajaran hari itu, lalu memasukkan buku Gala. "XII IPA-2. Hanya sebentar setelah itu cerita Gala akan berakhir."
Kemudian Sky keluar dari kamar Gala dan berjalan ke ruang makan.
Seketika Ida menghentikan gerakannya saat melihat Sky yang sangat mirip dengan Gala. "Gala..." Satu tangannya meraba pipi Sky. Air matanya kembali mengalir di pipinya.
"Mama, ini Sky."
Seketika Ida menghapus air matanya saat menyadari bahwa Gala sudah pergi untuk selamanya. "Sky, kamu yakin mau jadi Gala?"
"Untuk sementara saja, Ma. Maaf, kalau aku buat Mama sedih lagi dengan penampilan seperti ini." Kemudian mereka duduk di meja makan untuk sarapan bersama.
"Sky, jangan lama-lama. Kamu juga harus mengurus sekolah kamu. Ingat, kamu juga harus lulus. Sudah tidak ada lagi selain kamu yang bisa Papa andalkan kelak."
"Iya, Pa." Ya, meskipun dia tahu, dia tidak mungkin bisa menjadi Gala di depan orang tua mereka.
Mereka kini memakan sarapannya tanpa bersuara lagi. Rasanya ada yang kurang tanpa ada Gala di antara mereka.
"Aku udah selesai, aku berangkat dulu." Sky berpamitan pada kedua orang tuanya lalu dia keluar dari rumah. Dia kini memakai helm lalu menaiki motor Gala.
"Motor matic?" Sky tersenyum miring untuk menghibur dirinya sendiri. Dia masih ingat betul, disaat Gala akan dibelikan motor oleh Papanya yang sama sepertinya, tapi Gala justru memilih motor matic.
Dada Sky kembali sesak saat mengingat semua kenangannya bersama Gala. Dia seringkala berbicara seenaknya pada Gala, bahkan dia sering mengatai Gala cupu. Andai saja dia tahu waktu Gala bersamanya hanya sebentar, pasti dia akan bersikap baik pada Gala.
Sky menghela napas panjang, lalu dia melajukan motornya menuju sekolah Gala.
"Waduh, kelas Gala dimana ya? Masa iya gue cari ke seluruh penjuru sekolah," gumam Gala sesaat sebelum dia menghentikan motornya di tempat parkir sekolah.
Setelah motornya berhenti di tempat parkir, Sky turun dari motor dan melepas helmnya. Dia mengedarkan pandangannya. Tidak ada satupun yang dia kenal di sekolah itu.
Gue cari sendiri aja kelas Gala. Kalau keliru, bilang aja ini efek dari kecelakaan jadi lupa.
Sky berjalan masuk ke dalam sekolah Gala. Ada beberapa murid yang menyapanya tapi yang dia kenal hanyalah Arnav dan Vicky di sekolah itu, meskipun dia kenal sebagai musuh.
Kenapa gue baru ingat kalau Gita juga sekolah di sini. Gita pasti marah nih udah beberapa hari gak gue hubungi.
Sky kini berjalan di pinggir lapangan basket. Ada beberapa siswa yang menertawakannya. Memang Sky sengaja meniru cara berjalan Gala yang selalu menunduk, jelas saja itu menjadi bullyan empuk teman-temannya.
"Hei, si cupu! Cari duit nunduk terus! Tuh kepala kenapa? Bocor?"
Beberapa siswa yang sedang bermain basket itu tertawa dengan keras lalu salah satu dari mereka melempar bola basket dan akan mengenai punggung Sky tapi ada tangan yang menepisnya hingga bola basket itu terpental.
"Woy, jangan bully seenaknya!" Shena berteriak sambil berkacak pinggang.
Di sekolah itu siapa yang tidak kenal dengan Shena. Shena memang cantik, tapi dia seperti mawar berduri. Tidak ada cowok yang berani mendekatinya, selain takut dengan kakaknya, Shena juga sangat sulit ditaklukkan.
"Shena, adik manis masih pagi jangan marah-marah." kata salah satu dari mereka yang memang kakak kelas Shena.
"Enak aja adik manis! Gue bukan adik lo!" Shena masih saja memarahi mereka.
Berani juga nih cewek. Sky hanya menatap Shena lalu dia kembali melangkahkan kakinya karena tujuan utama di sekolah itu adalah membalas Arnav. Dia tidak tahu jika kelas yang dia tuju adalah kelas X.
"Kok Kak Gala ke sana. Itu kan kelas X," kata Shena pada Vicky dan Arnav yang baru saja datang.
"Gala, lo mau kemana?" Arnav kini menyusul langkah Sky. "Kelas kita di sana." Arnav menunjuk arah berlawanan.
Sky menghentikan langkahnya. Dia menatap tajam Arnav sesaat lalu mengalihkan pandangannya. Dia harus bisa menahan emosinya. "I-iya, aku lupa," katanya dengan logat seperti Gala.
"Lupa? Lo gak amnesia kan?" Arnav merangkul Sky sambil berjalan ke kelas. Rupanya Arnav benar-benar menganggap Sky adalah Gala.
"Iya, aku sedikit lupa. Mungkin efek dari kecelakaan kemarin," kata Sky meski dalam hatinya terus mengumpat kesal.
Setelah masuk ke dalam kelas, Sky juga bingung dengan tempat duduknya. Dia hanya berdiri di depan kelas sambil mengedarkan pandangannya.
"Tempat duduk lo di sini." Arnav menarik tangan Sky agar duduk di tempatnya yang berada di depannya. "Gala, gue minta maaf udah ninggalin lo waktu kejadian itu. Tapi gue lega, lo gak kenapa-napa." Arnav menepuk bahu Sky lalu dia duduk di bangkunya.
Ingin Sky menepis tangan itu tapi dia berusaha bersikap sabar. Sok baik banget. Gue akan segera balas lo.
Arnav mengernyitkan dahinya menatap pandangan mata Sky. Tatapan matanya sangat berbeda. Apa ini efek kecelakaan itu hingga membuat Gala seperti orang lain.
Beberapa saat kemudian ada seorang gadis yang duduk di sebelah Arnav. "Ar, aku kesiangan."
Mendengar suara itu seketika Sky menolehnya. Dia menatap gadis yang sedang menggandeng tangan Arnav. Suara dan senyuman itu, dia adalah Gita yang juga pacar Sky. "Gita?"
"Kenapa Gala?" tanya Gita tak mengerti.
"Kamu kenapa sama Arnav?"
Gita dan Arnav saling menatap beberapa saat.
"Gala, habis kecelakaan pasti dia lupa," jelas Arnav pada Gita. "Gala, Gita pacar gue."
Sky semakin menatap tajam mereka berdua.
"Gala, lo kenapa?" tanya Arnav.
"Kepala aku pusing." Sky kembali meluruskan pandangannya. Dia benar-benar tidak mengira pacarnya ternyata berselingkuh dengan Arnav.
Sky mengambil ponselnya sendiri lalu mengirim pesan pada Gita.
Git, kamu sedang apa? Sorry ya dua hari ini aku gak hubungi kamu. Aku kangen sama kamu. Nanti malam ketemuan ya.
Sky mengirim pesan itu pada Gita. Sampai beberapa detik dan beberapa menit tak juga Gita balas bahkan belum Gita baca. Baru setelah Gita berpindah ke tempat duduknya sendiri, Gita membuka pesan itu dan membalasnya.
Oke, honey.
Sky hanya tersenyum miring menatap pesan itu.
Dasar buaya betina. Gue akan putusin lo malam ini juga!
.
💕💕💕
.
Buaya betina... 🤣🤣
.
Like dan komen jangan lupa.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 120 Episodes
Comments
C a l l i s t o ®
Gue uda baca baca sinopsis karya author, eman eman Arnav dapetnya ma Gita, aku uda trlanjur ga sukak karakter Gita 🙃
2024-11-17
0
D
🤣🤣buaya betina
2024-09-07
0
Andri
sma tapi kok mafia ** an
2023-07-19
0