Cecilia dan Juma menengok kearah Dina. Wajah Juma sedikit berubah mungkin dia merasa tidak enak pada Dina karena telah membawa Cecilia ke kafe untuk membantunya membawa bunga-bunga untuk acara ulang tahun di kafe tersebut. Dia tak menyangka Dina datang sore ini ke kafe.
"Bang Hans!!! Seru Dina lalu lari melewati Juma dan Cecilia.
Hans menoleh kearah suara seorang gadis yang memanggilnya.
"Dina....!!" Serunya.
"Ouh...sudah gede adik abang sekarang, padahal baru abang tinggal setahun!!" Kata Hans sambil mengelus kepala Dina yang terbungkus hijabnya.
Melihat kemesraan Dina dan Hans membuat hati Juma merasa sedih.
"Tapi mengapa aku cemburu?? Sudah ada Cecilia di sampingku!!" Gumam Juma pelan dan tak terdengar oleh siapapun.
"Abang dari mana aja setahunan ini?" Tanya Dina masih bergelanyut manja di lengan Hans seperti dulu.
"Abang sedang menata hati yang berantakan!!" Kata Hans sambil tersenyum getir.
"Abang akan kembali bekerja di kafe ini lagi kan??" Tanya Dina.
"Iya Dina, nggak etis rasanya abang meninggalkan kafe karena masalah pribadi abang!! Kafe ini yang sudah mengangkat abang dari titik terendah hingga bisa menjadi sampai sekarang!! Bisa dikatakan abang besar karena kafe ini juga yang dibangun dengan perjuangan pak Sultan dan dilanjutkan oleh ibu kamu!!" Hans tampak menerawangkan pandangannya.
"Hans...saya minta tolong, teruslah kamu ada untuk kafe ini!! Bantu Sania mengelola kafe ini ada ataupun tanpa ada nya saya lagi!! Karena di tangan kalian lah nasib puluhan karyawan berada!! Mereka menggantungkan hidup keluarganya dari penghasilan mereka di kafe ini!! Jadi saya mohon teruslah berjuang Hans."
"Tetapi ternyata hatiku sangat patah saat ibu Sania juga pergi meninggalkan kami semua, aku memilih pergi untuk menyembuhkan luka hatiku, tapi aku salah!! Pergi bukanlah suatu keputusan yang tepat makanya aku memilih untuk kembali!" Batin Hans.
Tiba-tiba sebuah tangan menepuk bahunya.
"Selamat datang kembali Hans, kedudukan kamu sebagai koki utama tak tergantikan di kafe ini, selamat bergabung kembali ya!!" Ternyata bu Tini dan suaminya juga datang sore ini ke kage melihat perkembangan kafe.
Hans menoleh pada salah satu pemilik saham di kafe ini, sepasang suami istri yang baru tiba itu adalah kakak dan iparnya pak Sultan.
"Kamu juga harus berterima kasih pada bidadari kecil yang telah beranjak dewasa ini, Hans!! Dia juga salah satu orang yang berjuang demi kemajuan kafe ini!!" Kata suami ibu Tini menepuk juga bahu Dina.
"Ah om terlalu melebihkan, bukannya juga salah satu kewajiban Dina ikut membantu karena Dina dan adik-adik juga besar karena kafe ini!!" Kata Dina mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru kafe yang kini sudah banyak berubah menjadi lebih besar dan sepertinya kafe ini bukan seperti kafe lagi tetapi seperti restoran besar dan menyediakan hiburan panggung untuk para pengunjungnya juga ada arena bermain anak untuk para pengunjung yang membawa anak-anak.
Matanya tertuju pada pada panggung di sebelah kanannya.
Seketika mata Dina berembun dan berkaca-kaca. Di sanalah dulu bundanya juga ikut menjadi penyanyi kafe dengan suaranya yang mampu menghipnotis seluruh pengunjung kafe walaupun harus tertatih-tatih karena tengah hamil si kembar Miki dan Miko kala itu.
Ibunya harus bekerja untuk menghidupi mereka pasca berpisah dengan ayah Miko karena ibunya berbesar hati untuk membiarkan Miko hidup bersama dengan istri keduanya di rumah besar yang kini di tinggali oleh keluarga Niko saudara kembar Miko juga ayah mereka Jonathan bersama Juma dan Ibu Maya istri Niko.
Dina juga sadar, dari panggung itulah dia belajar berbagai jenis alat musik dan juga menyanyi. Ternyata kedua adiknya pun turut mengikuti jejaknya menjadi penyanyi dan sesekali ikut bermain musik di sana di saat mereka senggang seperti akhir pekan misalnya.
Jika hari biasa panggung di isi oleh pemain musik dan penyanyi kafe yang sudah sejak awal bekerja di sana, dari hanya sebuah kafe kecil biasa sampai menjadi besar seperti sekarang ini.
Tini tau perasaan Dina yang melihatnya sedang menangis sedih.
Dipeluknya dengan erat putri dari almarhum sahabat baiknya itu dengan berbagai perasaan.
Dia dan suaminya sangat menyayangi Dina dan adik-adiknya seperti dia menyayangi anak mereka sendiri.
"Sudah Dina jangan menangis, tuh dilihatin sama tante Tuti dan tante Wati!!" Bisik Tini ketelinga Dina.
Tak lama kedua tante nya itu datang mendekat.
"Wah, parah kamu Tin...kamu apakan anaknya orang sampai menangis gini? Kamu kasih ceramah dengan sejuta puisi cintamu yang puedesnya ngalahin cabe sekebon ya?" Tanya Wati.
"Halah...datang lagi kompor mleduk!!" Kata Tini mencibir.
"Iyalah...kami kan juga mau menemui para ponakan kami, sudah lama kami tak menemui Dina dan adik-adiknya!!" Kata Tuti.
"Jadi kalian tidak merindukan aku?" Tanya Tini pura-pura sedih.
"Ya nggaklah...bukankah kemarin kita semua baru bertemu?" Kalian menghabiskan sewajan rendang daging kurbanku dengan alasan masakanku enak padahal kalian semua hanya malas memasak!!" Jawab Wati.
"Kan benar Ti masakanmu memamg enak!!" Kata Tuti.
"Halah...modus kalian, dari dulu kalian itu tau bahwa aku nggak begitu pandai memasak??" Tanya Wati cemberut.
"Sudah...sudah para tanteku yang cantik!! Dina ucapkan selamat datang di kafe, jangan lupa kalian nanti malam datang ya!! Dina dan adik-adik akan menyanyi nanti malam!!" Kata Dina sambil memeluk satu persatu para tante nya yang awet muda itu.
Mereka semua sahabat terbaik yang dimiliki oleh ibundanya semasa hidup dulu.
"Selamat bergabung kembali juga chef ganteng!!" Kata Wati sambil menjabat tangan Hans yang kemudia cepat ditepuk oleh Tuti.
"Hoi...gantian dong salamannya!! Alasan aja kamu ini, dasar genitnya nggak hilang-hilang sejak dulu!!" Kata Tuti menepuk tangan Wati yang cengengesan.
"Oh jadi Dina itu penyanyi kafe, ya Juma!!" Kata Cecilia yang memutus pandangan Juma yang sedari tadi tak berkedip memandang si manis itu.
"Iya...dia memiliki suara yang luar biasa!! Suara emasnya mampu menarik para pengunjung kafe ini selain juga menu di sini terbilang unik!! Dia berjuang sendiri untuk mengelola kemajuan kafe ini demi nasib puluhan karyawannya!! Apalagi semenjak ditinggal oleh Om Sultan si pemilik kafe ini juga ibundanya tante Sania yang cantik dan sangat baik pergi dipanggil yang Kuasa, lalu chef Hans juga pergi karena tak kuasa menahan kesedihannya!! Dina yang telah berjuang mati-matian untuk membantu agar kafe ini tetap bisa berdiri dan berjalan seperti biasa dan kini dalam waktu satu tahun dia mampu mengubah kafe ini menjadi lebih maju!!" Kata Juma yang tak kuasa menyembunyikan rasa kagumnya terhadap mantan cinta monyetnya itu.
Cecilia menangkap bahwa pacarnya itu masih menyimpan perasaan pada Dina.
"Kamu masih suka sama dia ya!!" Tebak Cecilia cemberut.
"Ingat, sehabis lulus sekolah ini kita akan bertunangan lho...jadi kamu jangan genit-genit lagi!!" Bisik Cecilia.
"Iya Cecilia aku tau, nggak usahlah kamu mengingatkan hal itu terus!! Di rumah ibuku yang selalu bilang begitu, di sini kamu yang selalu berkata begitu, mentang-mentang ibumu dan ibuku bersahabat baik!!" Jawab Juma lalu berbalik sambil kembali ke pick up untuk mengambil kembali beberapa riasan bunga untuk acara ulang tahun nanti malam.
Cecilia mendengus.
"Kamu itu kini sudah menjadi pacarku Juma, setengah mati aku berusaha untuk mendapatkanmu jadi jangan harap aku akan melepaskanmu untuk kembali bersama gadis penyanyi kafe itu lagi!!" Gumam Cecilia.
*
*
***Bersambung...
Apa sebenarnya Juma masih menyimpan rasa itu untuk Dina?
Jangan lupa mampir ke novelku yang baru ya reader dan mohon selalu dukungannya.🙏🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 86 Episodes
Comments
auliasiamatir
hummmm cinta terpaksa toh 😌
2023-12-08
0
auliasiamatir
ouuu juma mantan cinta monyet nya dina.. 😀
2023-12-08
0
auliasiamatir
udah part 4 aku masih belum loading tentang keluarga inj thor,
2023-12-08
0