Sarah terluka. Jika luka hati bisa mengeluarkan darah, mungkin sekarang ia perlu dilarikan ke rumah sakit karena kehabisan darah. Setiap bait cerita yang dituturkan Anggi adalah sebuah fakta tak terbantahkan. Kebenaran akan pengkhianatan yang telah dilakukan Dito kepadanya.
"Kalau Mbak Sarah ga percaya, Mbak Sarah bisa liat chat aku sama Mas Dito. Kita memang punya hubungan dan aku ga ngarang, Mbak." Ujar Anggi sambil menunjukkan ponselnya ke Sarah.
Tangan Sarah gemetar meraih ponsel itu. Matanya menelusuri setiap kata-kata romantis yang dilontarkan keduanya setiap hari.
Anggi sayang, lagi apa?
Anggi sayang, sudah makan?
Anggi sayang, aku kangen banget. Bobo bareng yuk :(
Sarah bukan yang pertama bagi Dito. Sebelum malam pertamanya dimulai, Dito sudah mencicipi nikmatnya surga dunia bersama gadis lain. Tidak heran jika Dito sangat lihai dan seperti binatang buas di malam itu.
Awalnya Sarah mengira bukti yang diberikan Anggi sudah cukup menyakiti hatinya. Sampai Anggi menunjukkan sebuah video. Bukti nyata kekalahan Sarah yang telak. Video dimana Anggi dan Dito tengah bergumul dalam permainan cinta yang begitu hebat. Tanpa ia sadari, air mata menetes membasahi pipinya. Sarah terluka begitu dalam dan sungguh rasanya ia ingin mati saja.
Pernikahannya baru berusia 1 bulan dan semua ini sudah terjadi kepadanya! Sebenarnya apa salah Sarah hingga Dito tega mengkhianatinya seperti ini? Apa dosa yang pernah ia lakukan di kehidupan sebelumnya sehingga ia mendapatkan ganjaran sebesar ini?
Sarah memberikan ponsel itu kembali kepada Anggi.
"Jadi sampai sekarang kamu belum ketemu sama Dito?" Tanya Sarah setelah ia berhasil menghentikan air matanya.
Anggi menggeleng lesu.
"Dito sudah 2 minggu pulang ke Ambon. Kamu tahu?" Sarah kembali bertanya pada Anggi yang hanya dibalas dengan anggukan lesu.
"Jadi gimana keputusan kalian?"
"Mas Dito cuma bicara sama aku lewat telepon Mbak. Dia minta aku buat bersabar sebentar Mbak. Dia bilang aku gabisa mendadak minta nikahin begitu aja." Jelas Anggi pelan.
DEG! Semuanya menjadi masuk akal bagi Sarah. Setiap kepingan puzzle tentang keanehan sifat Dito kini menjadi sebuah gambaran utuh. Jadi alasan Dito mencegah Sarah untuk buru-buru pindah ke Ambon adalah ini? Karena ia mau menyelesaikan urusannya dengan Anggi terlebih dahulu? Apa yang terjadi jika ia batal pindah ke Ambon? Mungkinkah ia akan selamanya hidup dalam kebohongan sementara Dito bersenang-senang dengan Anggi tanpa sepengetahuannya?
Sarah menarik nafas panjang. Berat sekali rasanya. Tapi ia harus tetap mengatakannya. Ia tidak ingin gadis seusia adiknya ini mengalami kemalangan karena terjebak kebohongan suaminya. Di atas itu semua, ia lebih tidak tega jika melihat bayi yang dikandung Anggi, anak dari suaminya, harus lahir tanpa membawa nama ayahnya. Ia bukanlah monster kejam yang akan menyuruh Anggi menggugurkan kandungannya. Sarah akan tetap pada prinsipnya dan meminta Dito menyelesaikan masalahnya.
"Ikut aku sekarang." Ucap Sarah singkat.
...****************...
Anggi mengekor di belakang Sarah. Entah kemana wanita itu akan membawanya. Anggi bertanya-tanya. Mungkinkah Sarah akan membawanya ke dokter untuk melakukan aborsi? Atau Anggi akan dibunuh oleh Sarah? Ah rasanya tidak mungkin wanita yang tampak keibuan dan baik seperti Sarah akan sekejam itu kepadanya.
Dua wanita itu kemudian masuk ke dalam taksi yang dipesan oleh Sarah. Hanya ada keheningan yang menusuk di udara. Anggi sadar, Sarah pasti sangat marah dan jijik kepadanya. Siapa yang tidak marah melihat seorang wanita lain hamil anak suaminya? Terlebih lagi di pernikahan mereka yang masih seumur jagung!
Ponsel Sarah tiba-tiba berdering. Sarah melihat ke layarnya dan bergegas menghapus air matanya. Ia menarik nafas dalam-dalam dan mengatur nafasnya. Entah siapa yang menelepon Sarah hingga ia harus berpura-pura seolah baik-baik saja.
"Iya, halo Ma?" Jawab Sarah ceria seolah-olah tidak terjadi apa-apa.
Ibunya? Ibu Sarah yang menelepon? Anggi bertanya-tanya. Jika memang ibunya, kenapa Sarah harus bersandiwara? Bukankah ibunya harus tahu keadaan Sarah yang sebenarnya?
"Iya Ma, Sarah udah sampe tadi pagi Ma. Maaf ya lupa ngabarin. Tadi Sarah sibuk banget bongkar barang dan ngerapihin rumah." Sambung Sarah.
"Dito? Oh, tadi habis jemput Sarah, Dito langsung balik ke kantor Ma. Tenang aja Ma, kan Sarah disini sama Dito, suami Sarah! Mama jangan terlalu khawatir ya?" Sarah kembali meyakinkan wanita yang meneleponnya.
"Iya Ma, Mama jangan lupa makan ya. Sarah sayang Mama! Dadah!" Sarah mengakhiri percakapannya di telepon.
Anggi menatap wanita itu dengan bingung. Apa yang sebenarnya ada di pikirannya? Kenapa ia merahasiakan hal sebesar ini dari keluarganya? Bukankah akan sangat melelahkan menanggung semuanya sendiri?
Sarah menoleh ke Anggi dan tampak memahami ekspresi bingung Anggi.
"Kamu bingung kenapa aku ga kasih tau Mama aku?" Tanya Sarah seperti bisa menebak isi kepala Anggi.
Anggi hanya mengangguk kecil.
"Kamu ga akan ngerti, Nggi. Kamu ga akan paham pengorbanan aku bisa sampai sejauh ini sama Dito. Makanya lebih baik aku diam." Jawab Sarah datar tanpa sedikitpun menoleh ke Anggi.
Sebenarnya terbuat dari apa wanita yang ada di hadapannya ini? Jika Anggi yang ada di posisi Sarah, maka Anggi mungkin sudah gila. Mungkin Anggi sudah akan berkoar-koar dan mencari keadilan dimana-mana. Tapi tidak dengan Sarah. Perempuan di hadapannya ini tetap tenang meskipun Anggi tahu benar hati Sarah sudah hangus dalam api kemarahan.
Mungkin itu rasa kagum. Mungkin juga itu rasa tidak tega Anggi terhadap sesama wanita. Tapi Anggi hanya bisa memendam pertanyaan itu di dalam hatinya.
Gimana mungkin kamu menghadapi ini semua sendirian, Mbak?
...****************...
Senja sudah mulai menampakkan semburat warnanya. Suara mobil terdengar memasukki pekarangan rumah.
"Dito udah pulang." Batin Sarah.
Benar saja, tak lama kemudian ia mendengar suara langkah kaki dan nyanyian ringan dari suara yang amat dikenalnya.
CKLEK! Terdengar bunyi pintu terbuka.
"Yang! Aku udah pulang!" Dito berteriak memanggil Sarah namun tubuhnya membeku ketika melihat sosok gadis yang duduk di ruang tamunya.
"Anggi?" Ucap Dito terbata-bata.
Anggi sekarang ada di hadapan Dito. Duduk di ruang tamu rumahnya. Dan Anggi bersama Sarah. Mereka berdua menatap Dito seolah meminta penjelasan atas semuanya.
"Bisa duduk sebentar, Dit?" Tanya Sarah memecah keheningan yang menusuk.
Dito beringsut pelan dan duduk di hadapan kedua wanita itu.
"Kamu kenal siapa dia?" Tanya Sarah dingin.
Nada bicara Sarah terdengar datar namun Dito telah mengenal Sarah selama lebih dari 10 tahun. Dan ia paham betul, Sarah yang seperti ini adalah wujud Sarah yang paling menakutkan. Sarah yang dingin adalah Sarah yang tenggelam dalam amarah besar.
Dito terdiam.
"Dia Anggi, Dit. Kamu kenal kan? Oh, mungkin pertanyaannya harus aku ganti. Kamu ingat kan? Dia pacar kamu disini kan? Yang selalu kamu tidurin hampir tiap malem!" Sarah menggeram.
Tangannya bergetar hebat menahan amarah. Awalnya Sarah mengira ia akan benci pada Anggi, tapi ia lebih benci kepada pria pengkhianat di depannya ini. Yang tega berbohong kepadanya dan sekarang malah lari dari tanggung jawabnya sendiri!
"Kenapa kamu diem? Lidah kamu putus?" Sambung Sarah tajam.
Sarah kembali menyecar Dito bertubi-tubi.
"Jawab Dit! Aku butuh penjelasan dari kamu! Kenapa kamu tega Dit?! Apa salah aku? Bisa-bisanya kamu ngelakuin ini semua di belakang aku Dit?!"
Dito hanya terdiam. Mulutnya terkunci rapat. Kepalanya tertunduk tanpa berani menatap mata Sarah yang berkilat-kilat dengan emosi.
Hening. Hanya ada keheningan dan deru nafas Sarah yang penuh emosi.
"Bajingan..." desis Sarah dengan penuh benci. Ia terduduk lemas.
"Maaf, Yang..." Dito akhirnya membuka bibirnya yang selama ini terkunci.
"Maaf, ini semua kesalahan aku. Aku ga akan bela diriku sendiri. Aku sadar ini semua karena nafsu dan kekhilafan aku. Maafin aku Yang..." ucap Dito penuh penyesalan.
Sarah hanya diam. Matanya yang bengkak menatap Dito dengan nanar. Ribuan kata maaf berkali-kali keluar dari mulut Dito tapi semua itu terdengar seperti omong kosong bagi Sarah.
"Aku harus gimana biar kamu maafin aku Yang?" Pinta Dito sambil berlutut di depan istrinya.
Sungguh rasanya jika membunuh orang adalah legal, mungkin ia akan melemparkan pisau ke pria tidak tahu malu ini. Si pengkhianat yang masih punya nyali untuk bersandiwara seperti lelaki setia di depan Sarah.
"Kamu mau aku suruh Anggi gugurin kandungannya atau apa? Aku siap Yang. Aku ga mau kehilangan kamu." Ucap Dito memelas.
"Aku ga mau jadi pendosa seperti kalian berdua. Dan aku bukan monster yang bakal bunuh bayi ini cuma demi pria kaya kamu!" Geram Sarah.
"Jadi aku harus gimana?" Dito kembali mengulang pertanyaannya.
Dito menunggu jawaban Sarah begitu juga dengan Anggi yang dari tadi tertunduk. Ia bingung dan merasa bersalah karena hadir di antara pasangan ini. Tapi Anggi pun terjebak disini. Ia tidak pernah mengira pria yang ia cintai setengah mati. Pria yang ia berikan seluruh cinta, tubuh, dan kehormatannya, adalah seorang pria yang sudah memiliki kekasih dan siap naik ke pelaminan. Kalau saja ia dulu tidak semudah itu terpikat dengan kelembutan Dito, pasti semua ini tidak akan terjadi.
Sarah menjawab pelan. Sesungguhnya bibirnya terasa berat untuk mengucapkan kata-kata ini. Terasa sangat pahit, namun memang begitulah rasanya kenyataan.
"Nikahi Anggi, Dit..."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 51 Episodes
Comments