Sarah tersenyum menatap bayangannya di cermin. Ia tampak sangat cantik mengenakan gaun putih keemasan dan mahkota di kepalanya. Hari ini adalah hari pernikahannya. Setelah sekian lama bersama dengan Dito sebagai kekasih, kini akhirnya mereka berdua bisa melanjutkan hubungan ke jenjang yang lebih serius lagi. Pernikahan.
Begitu banyak kerikil dan rintangan yang harus mereka berdua hadapi. Salah satunya adalah berbagai kesalahpahaman yang timbul karena jarak yang memisahkan mereka. Entahlah. Mungkin benar kata orang. Tidak ada hubungan yang sempurna. Apalagi hubungan jarak jauh. Seberapa keras Sarah dan Dito mencoba mencegah perselisihan, hal itu pada akhirnya timbul juga. Tapi untunglah mereka berdua cukup dewasa untuk menyelesaikan semuanya sendiri.
Mbak Wenti, penata rias yang Sarah pilih untuk hari spesialnya, memulas berbagai warna dengan lihai. Melukis wajah Sarah yang sudah cantik hingga tampak semakin sempurna. Setelah kurang lebih dua jam duduk dirias oleh Mbak Wenti, akhirnya riasan Sarah pun selesai.
"Nah udah selesai ya Mbak makeupnya. Sebentar lagi kita mau naik panggung buat resepsi. Saya permisi dulu ya Mbak, mau ke toilet." Pamit Mbak Wenti pada Sarah yang membalasnya dengan anggukan ramah.
Sarah sekali lagi melihat pantulan wajahnya di cermin. Tampak begitu cantik. Paripurna sekali, kalau kata Maya. Tubuhnya yang semampai dan padat dibungkus dengan gaun putih keemasan yang dipilihnya. Setelah berkali-kali bimbang menentukan gaun mana yang akan ia pilih, akhirnya ia menjatuhkan hatinya pada gaun putih keemasan pilihan pertamanya. Dan ternyata memang pilihan yang tepat. Gaun ini sangat pas memeluk tubuhnya. Sungguh memancarkan auranya sebagai pengantin hari ini. Wanita paling istimewa yang akan duduk di pelaminan bersama pujaan hatinya.
TING!
Ponsel Sarah berbunyi. Sebuah notifikasi pesan masuk ke ponselnya. Rupanya sebuah pesan masuk ke dalam instagramnya.
"DM? Siapa yang kirim DM ke aku?" gumam Sarah.
Barulah Sarah hendak membuka pesan masuk itu, sebuah suara memanggilnya.
"Mbak Sarah! Ayo kita berangkat!" Ajak Mbak Wenti pada Sarah.
Sarah segera meletakkan handphonenya ke dalam tasnya. Ia lalu menitipkan tasnya kepada Mbak Wenti.
"Ini tasku Mbak, aku titip ya."
Mbak Wenti dengan senang hati menerimanya dan menyimpannya. Ia lalu menggandeng Sarah dan membantunya masuk ke dalam mobil pengantin. Di dalam mobil, Dito sang pangeran di hari itu sudah menunggunya. Dito tampak gagah dengan jas berwarna hitam yang ia kenakan.
"Hai Yang!" Seru Sarah ketika memasukki mobil.
Dito melongo. Ia kaget melihat kekasihnya yang tampil cantik sekali hari ini. Senyumnya mengembang tanpa bisa ia sembunyikan.
"Hayo Mas Dito, biasa aja ga usah kaya pangling banget gitu! Saya jadi makin sombong sama skill saya kalo gini!" Goda Mbak Wenti melihat ekspresi Dito.
Sarah tertawa mendengar kata-kata Mbak Wenti dan menonjok lengan Dito pelan.
"Please ga usah segitunya juga Yang. Emang segitu bedanya mukaku ya?"
"Kamu tu cantik setiap hari Yang, tapi hari ini cantiknya kelewatan banget! Super cantik!" Dito memuji Sarah tiada hentinya.
Mbak Wenti dan Sarah tersenyum dan saling mengadu telapak tangannya untuk tos.
"Wah pelet Mbak Wenti manjur nih!" Canda Sarah.
"Wah pancen iki! Ga sia-sia toh Mbak suruh makan ari-ari bayi semalem?" Ujar Mbak Wenti membalas candaan Sarah.
Dito melotot mendengarnya.
"Yo ndak Mas Dito. Mbak Sarah ga saya suruh makan ari-ari bayi, tapi saya suruh ngemut melati aja!" sambung Mbak Wenti sambil tertawa.
"Tuh paten banget kan pelet Mbak Wenti, sampe kamu aja pangling ngeliatku!" Sarah terus menggoda Dito.
"Wis, ndang berangkat Mas! Nanti telat, saya yang disalahin!" Mbak Wenti mengingatkan Sarah dan Dito.
Mobil sedan BMW berwarna hitam itu kemudian melaju membawa Sarah dan Dito ke gedung pernikahan mereka. Plat nomornya bertuliskan "JUST MARRIED" dan mobil itu dihias dengan rangkaian bunga dan pita yang sangat indah. Mekar dan berwarna-warni seperti hati kedua mempelai.
...****************...
Setibanya di gedung pernikahan, rombongan keluarga Sarah dan Dito, pengiring pengantin, sahabat, dan tamu sudah memenuhi ruangan tersebut. Mereka menunggu kehadiran dua tokoh utama acara hari ini, Sarah dan Dito.
Akhirnya sang pemeran utama pun tiba. Sedan hitam mengkilap yang membawa Sarah dan Dito membelah halaman gedung dan mengantarkan keduanya tepat di pintu masuk yang harus mereka lewati. Iring-iringan keluarga telah siap mengawal mereka. Seorang pria dengan saxophonenya juga sudah ancang-ancang untuk memainkan lagu andalan pernikahannya.
"Baiklah para hadirin yang berbahagia, sebagai tanda dimulainya acara resepsi hari ini, mari kita sambut kedua pengantin kita! Mempelai wanita kita, Sarah Azzura Alana Sarjana Ekonomi, putri pertama dari Bapak Muhammad Bagus Arifandi dan Ibu Wulandari Sekarwati. Dan mempelai pria kita, Ardito Permana Wijaya Sarjana Teknik, putra kedua dari Bapak Agung Suseno dan Ibu Sri Ajeng Katamsih! Mari kita bersama-sama menyambut kedua insan yang berbahagia ini!"
MC membuka acara resepsi mereka dengan perkataan yang indah. Iring-iringan pengantin pun mulai memasukki ruangan pernikahan. Tidak lama kemudian, Sarah dan Dito pun turut memasukki ruangan. Sarah melingkarkan tangan kanannya di lengan Dito sementara tangan kirinya memegang buket mawar merah yang amat cantik. Secantik dirinya.
Belasan wanita yang menjadi pengiring pengantin Sarah berbaris di pinggir jalan yang mereka lalui menuju panggung. Tak henti-henti pujian dan seruan kebahagiaan terlontar dari mulut sahabat-sahabat Sarah dan Dito.
"Sarah cantik banget Sayangg!!!" ucap salah seorang sahabatnya.
"Oh my God! You're so pretty banget bebbb!!!" yang lain pun ikut menimpali.
Dan berbagai kata-kata indah lainnya tak jemu-jemu diucapkan para tamu. Hati Sarah pun rasanya ingin meledak karena dipenuhi kebahagiaan. Perjuangannya bersama Dito selama 10 tahun akhirnya mencapai garis akhirnya! Mulai hari ini mereka resmi jadi pasangan suami istri. Sarah milik Dito dan Dito milik Sarah! Selamanya.
...****************...
Resepsi pernikahan Dito dan Sarah berlangsung dengan meriah. Semuanya berjalan dengan sempurna seperti harapan Sarah. Semua keluarganya dan keluarga Dito datang, semua bridesmaid yang ia undang hadir, dan bahkan setiap tamu pun merasa puas dengan acara pernikahan mereka. Sarah sangat bahagia. Mulai detik ini, kehidupan barunya sebagai seorang istri akan dimulai. Sekarang ia resmi menjadi Nyonya Ardito Wicaksono!
Sarah dan Dito turun dari pelaminan dan berjalan bergandengan menuruni panggung. Keduanya di antar oleh rombongan keluarga menuju mobil pengantin yang akan mengantar mereka ke hotel tempat Sarah dan Dito akan menghabiskan malam pertama mereka sebagai suami istri.
"Hati-hati ya kalian berdua! Sana senang-senang dulu mumpung masih jadi pengantin baru!" Ucap Mama Sarah mengantar Dito dan Sarah pergi.
Keduanya tersipu malu. Mereka paham ke arah mana pembicaraan Mama Sarah. Ditambah lagi Boim yang tersenyum jahil menggoda Sarah dan Dito. Wah, untung saja mereka memilih menginap di hotel malam ini. Kalau tidak, bisa-bisa Sarah dan Dito habis digoda oleh Mama dan adiknya.
Mobil sedan hitam yang sama melaju membawa Sarah dan Dito ke hotel tempat mereka akan menginap malam ini. Hotel Grand Kusuma, malam ini akan menjadi saksi berpadunya dua insan yang telah berjanji untuk hidup selamanya.
Malam itu adalah malam tak terlupakan bagi keduanya. Dito mendekap Sarah erat dalam pelukannya, menciumi setiap jengkal tubuh Sarah. Seperti harimau buas yang melihat mangsanya, tanpa basa-basi Dito menjamah tubuh istrinya. Detik berganti menit, menit berganti jam, permainan asmara yang begitu membara terjadi di kamar.
Sarah sangat kaget. Ia tidak menyangka akan melihat sisi Dito yang seperti ini. Dito yang selalu pemalu dan lemah lembut. Bahkan Boim pun sering mengejeknya sebagai pria klemar klemer. Namun Dito yang sama kini di depannya tampak sangat agresif. Memeluk, mencium, menghisap setiap lekuk tubuh Sarah.
"Dit... pelan... pelan..." ucap Sarah terbata-bata menahan sakit.
Tapi Dito tampak mabuk dalam kenikmatan itu. Ia berada di atas Sarah, menghujam bagian kewanitaan Sarah dengan miliknya ke berbagai sisi. Kanan, kiri, atas, bawah. Dito sudah gila. Dia tenggelam dalam nafsu dan birahinya.
"Ah... ah... ah..." rasa sakit yang awalnya dirasakan Sarah di pangkal pahanya kini berganti dengan kenikmatan.
Mata Sarah terpejam, baru pertama kali ia merasakan nikmatnya surga dunia. Pinggulnya bergerak mengikuti irama gerakan Dito. Maju, mundur, maju, mundur. Nafas keduanya menderu, berpacu dan melebur menjadi satu. Tangan Sarah memeluk Dito, kuku-kukunya mencengkeram bahu Dito. Ia seperti merasa disengat listrik di sekujur tubuhnya. Seperti jutaan ujung sarafnya menari-nari bersama sensasi yang Dito berikan di setiap gerakannya.
Kamar itu hanya dipenuhi oleh suara lenguhan dan ******* keduanya yang saling tumpang tindih. Suara kulit yang beradu dan menghasilkan nada yang terdengar sangat sensual. Nafas keduanya berpacu seiring keduanya bersamaan mencapai puncak kenikmatan mereka. Dito semakin cepat memacu hujamannya. Dan semakin cepat panggulnya bergerak, semakin hebat pula getaran yang dirasakan oleh Sarah.
"Dit... aku.... udah.... ahhhhh....." Sarah mendesah panjang menandakan Dito berhasil membawanya ke *******.
Dito semakin agresif, ia juga ingin mengejar klimaksnya sendiri. Namun Sarah sudah tidak memiliki energi lagi. Seluruh tubuhnya sensitif seperti terbakar bara api.
"Dit... u...da...hhh... a...ku... ga...ku...attt...." Sarah memohon terbata-bata.
Lidahnya kelu, tenaganya sudah terkuras, tapi Dito tetap memberikan stimulasi yang awalnya sangat nikmat namun kini menjadi menyakitkan. Dito tetap melanjutkan tariannya meskipun Sarah memohon. Ia dibutakan nafsu dan ingin mencapai puncak secepatnya.
Tapi Sarah bisa apa? Apakah dia harus kabur di malam pertamanya? Ia bagaikan boneka yang dijadikan pelampiasan nafsu suaminya. Dia tidak bisa apa-apa. Sarah hanya terbaring lemah sambil meneteskan air matanya, sementara Dito menghantamkan kejantanannya berkali-kali tanpa menyadari Sarah sudah kewalahan dalam permainannya.
Akhirnya, setelah permainan yang tidak seimbang itu, Dito berhasil mencapai puncaknya sendiri. Tubuhnya bergetar tidak karuan, maju mundur dengan ritme pendek dan cepat. Pada gerakan terakhir Dito berhenti dan mendekap tubuh Sarah sambil mendesah panjang. Pertanda kenikmatan yang ia kejar.
"Ahhhhhh...." Dito mendesah panjang.
Dito terbaring lemas di samping Sarah. Memangnya siapa manusia yang tidak lemas jika bersenggama selama 2 jam tanpa henti?
"Thanks for tonight, Babe" ucap Dito sambil mengecup kening Sarah.
Dito langsung memeluk Sarah tanpa bicara satu katapun. Ia membenamkan wajahnya di dada Sarah, menghirup setiap aroma dari tubuh istrinya. Dan ia pun tertidur. Tidur tanpa menyadari bahwa istrinya berbaring di sampingnya dengan penuh luka.
Sarah mendengar dengkuran halus Dito. Tanpa ia sadari, ia meneteskan air mata. Ya, tubuhnya sakit dan rasanya bagian kewanitaannya seperti dibakar api karena terus menerus dihantam tanpa henti. Tapi yang lebih sakit adalah hatinya. Bukan seperti ini malam pertama yang Sarah bayangkan.
Sarah pikir ia akan menjalani malam pertama yang penuh kehangatan, kelembutan, dan tenggelam dalam syahdunya romansa cinta. Tapi nyatanya? Ia seperti menjadi pemuas nafsu suaminya yang sudah dibutakan oleh birahi. Tidak ada sedikitpun Dito mendengarkan rintihan rasa sakit Sarah. Apalagi melihat air mata Sarah.
Dito benar-benar hanya memikirkan nafsunya semata. Sarah terluka. Sarah kecewa. Ia hanya bisa menangis perlahan hingga akhirnya ia tertidur dalam tangisnya. Satu kalimat terakhir yang terngiang dalam benaknya.
Sejak kapan Dito yang kukenal menjadi seperti ini?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 51 Episodes
Comments