Chapter 9

"Kenapa tidak ada nasi goreng?" protes Saka mengamati sarapan paginya. Telur setengah matang dengan roti bakar gandum di pinggir piringnya.

"Maaf, Tuan. Sebentar saya buatkan," sahut Bi Jum tergopoh masuk kembali ke dapur.

"Tunggu, memangnya mana gadis aneh itu?" tanya Saka menaikkan sebelah alisnya.

Pagi tadi, Saka juga merasa sedikit aneh. Entah kapan Ze masuk, membuka tirai kamarnya. Merasa cahaya menggangu tidurnya, Saka bangun dan sudah mendapati pakaiannya di tepi ranjang.

Seperti biasa, Ze memilih mulai dari kemeja, jas bahkan kaos kaki dan pakaian dalam. Anehnya, Saka justru tidak menolak, dia memakai semua pilihan Ze.

"Gadis aneh?" Kening Bi Jum keriting, siapa gadis yang dimaksud oleh Saka.

"Ze!" seru Tuti yang baru saja datang dari arah depan, tersenyum sembari mengangguk ramah pada Saka. "Dia memang gadis aneh, Tuan. Apa ada yang bisa aku bantu? Aku jamin, aku gak aneh," jawab Tuti mulai menunjukkan sikap genitnya pada Saka. Obsesi Tuti tampaknya masih siap dijunjungnya.

"Oh, Ze. Dia pergi dengan Oma jalan pagi, Tuan," terang Bi Jum mengabaikan pendapat Tuti.

"Sebentar saya buatkan nasi gorengnya," lanjut Bi Jum berbelok.

"Gak usah, Bi!" Saka memilih untuk tidak sarapan apapun juga. Dia menyambar tas kerjanya lalu berjalan ke keluar.

"Di teras rumah, dia berpapasan dengan Oma dan juga Ze yang tampak buru-buru buang muka. Dia tidak ingin melihat Saka saat ini.

Gara-gara ciuman tidak disengaja tadi malam, dia jadi memimpikan pria itu. Dan yang buat tubuh Ze lemas sekaligus ngos-ngosan saat membuka mata, mengingat mimpinya semalam.

Dia bahkan harus menggetok kepalanya agar sadar dan jangan memimpikan hal seperti memalukan seperti itu lagi. Lihat saja, mengingat semua dalam mimpinya tadi malam, debar jantungnya memacu kencang.

"Kau sudah mau berangkat?" Sapa Oma dengan gembira. Dia sangat senang karena cucunya itu sudah kembali bersemangat untuk bekerja, artinya dia sudah keluar dari bayang-bayang Airin.

Saka hanya mengangguk, lalu menoleh pada Ze yang masih tidak mau melihat ke arahnya. Hal itu tentu saja membuat Saka semakin kesal. Sudah tidak ada nasi goreng, kini justru cuek padanya.

"Memangnya kau sudah sarapan? Oma di sini! Kenapa matamu terus saja melihat ke arah Ze? Apa kau jatuh cinta padanya?" goda Oma yang dia yakin itu tidak mungkin. Setidaknya tidak secepat ini juga, walau pun dia akan senang kalau sampai itu terjadi. Siapa saja boleh jadi menantunya, asal bisa memberikannya ahli waris dan tentu saja membuat Saka bahagia.

Mendengar perkataan Oma, Ze semakin malu, rona pipinya terasa membakar wajahnya.

"Oma jangan bicara sembarangan. Bagaimana mungkin aku suka pada gadis aneh dan kampungan seperti ini. Khayalan Oma terlalu tinggi. Banyak bergaul dengan para pelayan membuat Oma luka kedudukan Oma. Dia hanya seorang pelayan, Oma! Babu!"

Ze mengangkat wajahnya, menatap tajam pada Saka atas perkataan pria itu. Oke, jadi pria itu akan mengibarkan bendera perang pada Ze? Apa dia pikir karena dia seorang pelayan, Saka bisa menghinanya?

"Jaga mulutmu, Saka! Pelayan hanya pekerjaan, Ze tetap sama dengan kita, sama-sama manusia, kecuali kau sudah berubah jadi biawak?" ucap Oma yang jadi merasa tidak enak pada Ze akan perkataan kasar cucunya.

"Terserah!"Jawab Saka mencium tangan Oma lalu pipi wanita itu. Berjalan menuju mobilnya. Pada dua langkah singkatnya, dia memiliki ide untuk menghukum gadis itu.

"Hei, kau sini!" hardiknya memanggil Ze. Dengan enggan dan malas, Ze menyeret kakinya.

"Ada apa, Tuan yang derajatnya setinggi gunung?" ucap Ze acuh, tak sudi melihat ke arah Saka, bahkan menunduk dan jongkok seperti para pelayan di kerajaan keraton dulu.

Oma yang melihat hal itu mencoba bertahan agar tawanya tidak meledak. Dia tahu tindakan Ze saat ini untuk menyentil Saka atas sikap sombong yang sudah menghina Ze tadi.

"Akhirnya aku menemukan lawan yang seimbang untuk mu, Saka!" batin Oma cekikikan, tapi ditahan dengan menutup mulutnya dengan tangan.

"Sedang apa kau seperti itu? Kau ingin mempermainkan ku ya?"

"Maaf, hamba tidak berani pada tuan yang mulia," jawab Ze belum mau mengangkat wajahnya.

Kesabaran Saka selalu diuji setiap berurusan dengan gadis itu itu. "Terserah! Aku minta kau masak makan siangku, dan antar ke kantor!"

"Hah? Makan siang?" tanya Ze terkejut.

"Harus ada nasi gorengnya!" perintah Saja lalu masuk ke dalam mobil.

"Tidak sekalian racunnya, Tuan?" cicit Ze menahan kesal sembari melihat mobil itu keluar dari pekarangan rumah mereka.

"Oma dengar kalimat terakhir mu itu!" hardik Oma yang pura-pura memasang wajah serius. Wanita itu sudah berdiri di samping Zee.

"Maaf Oma, aku minta maaf. Aku gak serius. Hanya saja aku kesal pada kelakuan cucu Oma yang sombong itu!"

"Bersabarlah! Oma yakin suatu hari kau pasti bisa mengubahnya jadi manusia dengan sikap yang lebih baik," jawab Oma menepuk pundak Ze pelan.

"Apa tadi pesannya?" lanjutnya mengingatkan Ze. Ini kemajuan besar, mana pernah Saka meminta seseorang membawa makan siang ke kantornya, untuk makan makanan di rumah saja jarang.

"Dia minta aku masakin makan siang, sekaligus mengantarkannya ke kantor! Dan katanya jangan lupa membuatkannya nasi goreng!"

"Bagus kalau begitu. Masak lebih, karena Oma juga mau nasi goreng buatan mu!"

Terpopuler

Comments

yanah

yanah

ya ampuuun untung cman mimmpi 😂😂

2023-10-19

2

Nana

Nana

cuma mimpi?? syukurlah... udah sempat ilfeel tadi

2023-07-15

1

sashi kirana

sashi kirana

kirain ze sm saka udah anu -anu,,eeehhh ternyata hanya mimpi. syukurlah kalau gtu😁😁😁

2023-07-15

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!