Chapter 5

"Selamat pagi, Tuan. Ayo, dong bangun, udah siang, nih. Gak malu apa sama matahari?" ucap Ze riang. Wanita itu masuk ke kamar setelah mengetuk dua kali. Tidak peduli apa pemilik kamar itu mendengar atau tidak.

Hari ini, dia mulai menjadi pelayan pribadi Saka atas perintah Oma Ros. Dia sudah dibriefing tadi malam, setelah pesta usai.

"Oma ingin menugaskan kau untuk menjadi pelayan pribadi Saka. Setiap hari kau bangun lalu mulai membangunkan nya dan menyiapkan segala keperluannya!" tegas Oma Ros yang pada akhirnya buat Ze memutuskan untuk tidak bertanya lagi.

Sebenarnya keahliannya memasak. Dia suka memasak. Bahkan bercita-cita punya restoran besar, tapi mana mungkin dia pilih-pilih pekerjaan, dia terima di ruang ini saja sudah syukur.

"Siap, Oma," jawab Ze menunjukkan semangatnya. Oma sudah memberitahukan semua yang perlu dia ketahui pada Ze, agar gadis itu tidak terkejut, bila dikasari oleh Saka.

Beberapa pelayan yang dulu pernah bekerja di rumah itu, pernah dibentak dan dimaki Saka hingga memutuskan untuk keluar, jadi Oma Ros merasa perlu memberi amunisi pada Ze agar gadis itu berani. Oma Ros tidak mau kalau sampai Ze keluar sama sama dengan para pelayan yang pernah dibentak Saka.

Namun, Oma Ros yakin, kalau mental Ze lebih kuat dari mereka. Gadis itu punya keberanian, dan keteguhan hati. Dia polos dan periang, semoga Ze bisa mengubah karakter Saka yang kaku dan keras hati.

Bukankah kata orang, bergaul dengan penjahat, akan mengubah seseorang jadi kriminal, dan berteman serta hidup satu atap dengan seorang periang, bisa membuat si kaku yang selama ini dipasung ke sedih bisa menjadi pribadi yang menyenangkan.

"Mengapa Oma menangis?" tanya Ze terkejut. Mereka sedang bicara di kamar wanita itu itu, memberinya nasehat cara menghadapi Saka serta harapannya pada pria itu, tapi tiba-tiba saja dia justru meneteskan air mata.

"Oma sudah tua. Harapan Oma cuma satu, sebelum Oma meninggal, Oma ingin melihat Saka hidup bahagia. Dia bisa keluar dari kesedihan dan traumanya. Oma yakin, dia trauma mencintai seseorang. Kepercayaannya hilang setelah berulang kali kehilangan orang-orang yang dia sayangi. Pertama orang tuanya yang pergi untuk selamanya saat dia SMP, lalu menyusul kakeknya di saat umurnya 17 tahun, dan tahun lalu, dia hampir saja menikah, tapi kecelakaan besar merenggut nyawa kekasihnya. Terburuk, dia tidak bisa melihat wajah wanita yang akan dia nikahi itu untuk terakhir kalinya," tutur Oma yang dipahami Ze.

Jadi, di sini lah dia. Mendedikasikan dirinya untuk membantu Oma sebagai ucapan terima kasihnya karena sudah ditampung di rumah itu.

Satu bulan lebih Ze berkelana di jalan. Menyembunyikan dirinya dari orang-orang. Dia yakin kalau ibu tirinya pasti sedang mengejarnya.

Tidak pernah dia sangka kalau Mira tega untuk menghabisinya. Dia tahu kalau wanita itu sudah suka padanya, tapi untuk membunuhnya, sama sekali tidak pernah dia duga.

"Ayolah, Tuan. Bangun. Lihat lah indahnya mentari di luar sana," teriak Ze membuka gorden tebal berwarna grey, hingga sinar mentari masuk dan mengganggu mata Saka meski pria itu masih menutup matanya.

Ze berbalik, lalu melihat ke arah Saka yang masih tidak bereaksi. "Ayo bangun, Tuan. Hari ini tuan harus ke kantor. Jangan bermalas-malasan seperti ini. Malu sama anak pak Jajang!" seru Ze menyingkap selimut pria itu hingga memperlihatkan tubuh Saka yang hanya mengenakan boxer tidurnya, sialnya posisi Saka yang terlentang membuat mata Ze langsung terpaku pada sebuah benda tumpul yang sedang berdiri tegak.

Deg!

Debar jantung sang gadis perawan berdegup semakin kencang. Usianya sudah 19 tahun, pasti tahu, dong, apa yang berdiri tegak di balik celana itu? Tentu saja bukan pisang yang Ambon yang berwarna kuning, meski ukurannya sebesar dan sepanjang itu, bahkan mungkin lebih.

Ze menggeleng-gelengkan kepalanya agar pikirannya kembali normal. Ini akibatnya dia berteman dengan Nura, sahabatnya di SMA yang punya hobi menonton film dewasa, dan pasti akan mengajak dirinya untuk berpetualang bersama film itu.

"Ini, tuh, untuk modal kamu nanti kalau udah punya pacar!" tukas Nura yang selalu menjadi senjata Pamungkas setiap Ze menolak.

"Kenapa? Kau suka dengan apa yang kau lihat?" tanya Saka dengan wajah garangnya.

Dia kesal paginya berhasil dikacaukan oleh Ze. Selama ini tidak ada yang berani membangunkannya apalagi masuk ke dalam kamarnya tanpa permisi. Mungkin karena kesal atas pesta aneh yang dibuat Oma semalam hingga Saka masuk kamar dan lupa untuk mengunci pintu.

Tanpa beban, Saka bangun dari ranjang, berjalan ke kamar mandi dengan tubuh atletisnya, tanpa menghiraukan tatapan Ze dan wajah merah gadis itu.

"Itu perut pengen aku gigit rasanya. Kalah sama perutku yang bergelambir ini," batinnya dengan pipi yang masih memerah.

Selama Saka berada di kamar mandi, yang sepertinya sedang mandi, Ze merapikan tempat tidur, lalu bergegas menyiapkan pakaian Saka.

Oma sudah memberinya izin untuk masuk ke walk in closet milik pria itu. Justru itu sebagian dari job desk nya.

"Kau masih ada di sini?" bentak Saka saat masuk ke dalam ruang gantinya dan menemukan Ze sedang memilih kemeja yang akan digunakan pria itu. Di tangannya sudah ada celana hitam yang akan Saka pakai ke kantor.

"Tentu saja, Tuan. Mulai hari ini, aku akan menjadi pelayan pribadi Anda. Yang menyiapkan keperluan Anda setiap hari, dan memasukkan Anda ke kantor. Kata Oma, umur Anda sudah cukup tua, jadi jangan jadi benalu di rumah ini. Berguna lah!" ujar Ze melebarkan senyumnya.

Terpopuler

Comments

yanah

yanah

benalu ga tuh pewaris 😂😂😂

2023-10-19

0

Ibu negara

Ibu negara

Oma nya keren

2023-10-14

0

Natha

Natha

wkwkwkwk.. pewaris tunggal yang ganteng dan keren dibilang jadi "benalu" 🤣🤣🤣

2023-10-14

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!