Chapter 3

"Bagaimana, apa kau sudah menemukan jejaknya?" tanya Candra yang duduk di kursi rodanya, menatap jauh ke depan dengan mata nanar nya. Sedih dan remuk jantungnya kala mengingat setiap putrinya itu.

Putri yang paling dia sayangi, sekaligus satu-satunya anak yang dia dapatkan dari istri pertamanya. Dia sangat mengenal karakter putrinya itu, seakan masih tidak bisa dipercaya atas apa yang dilakukan Nara.

"Saya minta maaf, Tuan. Saya belum berhasil menemukan jejak non Nara. Bahkan pria yang dikatakan lari dengannya juga tidak berhasil saya temukan. Data yang diberikan soal pria itu memang terdaftar di kampus tempat non kuliah, hanya saja pria itu sudah lama keluar dari sana," terang Toni, asisten sekaligus kepercayaan Candra.

Pria paruh baya itu hanya bisa menghela napas, lalu menyuruh Toni untuk pergi meninggalkannya.

Hatinya sakit karena putrinya lebih memilih pria yang tidak jelas, hanya memanfaatkan uangnya dan yang paling membuat Candra kecewa pada Nara, dia membawa kabur uang dan juga perhiasan peninggalan ibunya yang seharusnya nanti akan diberikan saat Nara menikah.

"Mas, kau masih di sini? Ayo kita masuk," ucap Mira menyentuh kedua pundak Candra, membuyarkan lamunan pria itu akan kenangan Nara.

"Aku masih mau di sini, sebentar lagi saja!"

Mira terdengar menghela napas, lalu beranjak ke depan Candra, menunduk di hadapan pria itu. "Jangan dipikirkan lagi, dia sudah tenang di alam sana," jawab Mira tahu kalau suaminya itu sedang memikirkan putri tirinya itu, dan Mira tidak suka, seolah dunia suaminya hanya berfokus pada Nara saja.

"Aku yakin dia masih hidup!"

Kembali Mira menghela napas. Cukup sudah dia mendengar keluhan suaminya itu. "Ayo, kita masuk, angin di luar semakin kencang."

Mira segera mendorong kursi roda suaminya. Sebulan sudah suaminya hanya menghabiskan hari-hari di rumah, tidak pergi ke kantor atau melakukan kegiatan apapun. Bahkan untuk bergerak saja dia malas, meminta asistennya menyiapkan kursi roda untuknya.

Candra tidak menolak Mira mendorongnya masuk. Dia tidak ingin membuang tenaga untuk mendebat istrinya itu.

***

"Kau mau kemana? Ini masih terlalu siang untuk pulang," ucap Bima menahan tangan Saka yang sudah berniat berdiri.

"Kau lihat sendiri, sejak tadi Ratu dunia itu sudah menghubungiku berulang kali!" jawab Saka menghentak tangannya.

"Semua orang di sekitarmu padamu, kau terkenal pria bertangan dingin, sombong dan tidak punya hati, tapi siapa sangka, seorang Saka Mahesa takut pada neneknya?" celetuk Revan yang juga menjangkit pada Bima.

Saka mengabaikan kedua temannya yang sedang menertawakannya. Semua yang mereka katakan benar adanya. Kadar keberanian terbesar Saka melawan neneknya hanya sebatas tidak pergi ke pertemuan yang sudah diatur wanita itu untuk menjodohkannya dengan wanita yang disarankan teman-temannya.

Biasanya dia juga akan mengabaikan permintaan neneknya yang memaksa pulang, tapi kali ini, neneknya mengancam akan berendam di bak mandi kamarnya dengan air dingin sampai pagi kalau dirinya tidak pulang juga.

***

Saka tiba di rumahnya, terlihat pagar tidak dikunci, satpam rumah juga tidak ada pada posnya.

Setelah memarkir mobil di garasi, Saka berjalan melintasi halaman yang sangat luas hingga sampai di depan rumah.

Keningnya mengernyit, suasana tampak gelap, lampu di ruang tamu begitu gelap. Sunyi dan tidak ada tanda ada orang di rumah itu. Tiba-tiba saja pikiran Saka memikirkan hal mengerikan hingga membuat wajahnya berubah penuh ketakutan.

Bergegas dia membuka pintu, dengan hati-hati masuk ke dalam rumah. Tepat saat langkahnya sudah berhenti di tengah ruangan tengah, lampu menyala dan semua ruangan mendadak terang benderang.

"Selamat ulang tahun," teriak Oma Ros lalu disambut dengan tiupan panjang terompet.

Lalu bunyi terompet sahut sahutan di ruangan itu, memekakkan telinganya. Satu persatu diamatinya wajah orang yang berada di sekelilingnya. Semua pelayan bahkan satpam berada di ruangan itu, ikut berpartisipasi memberinya kejutan atas komando sang nenek.

"Pakai ini, lalu kita akan potong kue!" ucap Oma Ros memasangkan topi ulang tahun berbentuk kerucut.

"Oma, aku gak mau!" tolak Saka menghindar.

"Oma bilang pakai!" perintah Oma yang akhirnya buat Saka mengalah. Wanita itu mengajak Saka mendekat ke meja yang sudah tersedia kue ulang tahun yang besar.

"Buat permohonan mu!" perintah Oma Ros. Saka yang ingin semuanya berlalu dengan cepat mengikuti kemauan neneknya. Menutup mata, tapi tidak memohon apapun.

"Semoga kau segera bertemu dengan jodohmu," bisik Oma mewakili Saka, dan tepat saat pria itu membuka mata, dia melihat seorang wanita berdiri di depannya dengan bibir tersenyum melihat ke arahnya.

"Siapa dia, Oma?" tanya Saka memicingkan mata. Oma Ros mengikuti arah pandangan Saka, lalu tersenyum.

"Dia Zee. Cantik, kan? Pelayan baru di rumah ini."

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!