Chapter 2

"Cepatlah Tuti, kita harus bergegas, kenapa langkahmu seperti kura-kura saja?" Oma Ros mengentikan langkahnya, lalu menoleh kebelakang sembari menunggu pelayanannya itu sampai di depannya.

Di tengah rasa lelah mengikuti sang majikan, Tuti yang berjalan tergopoh-gopoh, hanya bisa menyusul dengan senyumannya. Dia sendiri tidak tahu mengapa majikannya itu pagi ini ingin pergi ke pasar.

Pukul enam pagi, yang biasanya Oma Ros turun untuk jalan pagi di komplek perumahan, tiba-tiba saja mengetuk pintu kamar Tuti, meminta gadis itu membawanya ke pasar.

"Sebaiknya, mulai besok kau ikut Oma untuk yoga dan senam aerobik, biar kamu sehat dan gak lelet!" hardik Oma Ros setelah Tuti sampai di depannya.

Gadis itu hanya meringis. Wanita asal Kebumen itu sudah lama bekerja dengan keluarga Daslan, kurang lebih 5 tahun, sejak wanita itu kabur dari rumah mertuanya setelah suaminya meninggal.

"Oma, sebenarnya kenapa, sih, semangat amat ke pasar. Kita mau beli apa? Memangnya Oma mau masak apa?"

"Hari ini Saka ulang tahun, Oma mau masak makanan kesukaannya," jawab wanita itu mulai melanjutkan perjalanannya.

Tuti hanya bisa mangut, mengikuti kemana Oma Ros pergi.

"Lepaskan, saya bukan pencuri, Pak. Saya juga gak tahu kenapa dompet istri Bapak ada di dekatku."

"Gak usah bohong! Mana ada pencuri yang mau ngaku! Udah, Mas, bawa aja ke kantor polisi!" tegas Wanita yang baru saja dicuri dompetnya.

Keributan itu membuat perhatian Oma yang sedang membeli bumbu masak di dekat situ, merasa penasaran ingin melihat apa yang terjadi. Berpuluh orang sudah membentuk lingkaran, mengelilingi si tersangka dan si korban.

"Ada apa ini?" tanya Oma yang menerobos lingkaran. Dia selalu penasaran setiap ada keributan di dekatnya, istilah zaman sekarang sering dibilang kepo.

Selain memiliki jiwa muda, Oma juga memiliki insting seorang detektif, ingin memecahkan teka-teki di sekitarnya. Hal itu terjadi setelah Oma sering nonton anime detektif Conan dan juga film Sherlock Holmes.

"Ini Bu, ada pencuri yang sudah mengambil dompet Ibu ini," terang salah satu manusia yang ikut melihat kehebohan itu.

Lama Oma Ros memperhatikan wajah ayu wanita itu, begitu cantik, kulit sehat, walau saat ini tampilannya sangat kumal dan kotor.

"Aku bukan pencuri, Bu. Aku bersumpah demi almarhumah mamaku," ucap tegas. Dia tidak menangis, walau dalam hati takut setengah mati. Begitu banyak orang mengelilinginya, menatap penuh cemooh yang hanya tinggal menunggu aba-aba, maka semua orang itu akan dengan senang hati menghajarnya.

Dia sudah sering lihat bagaimana orang-orang menghajar seorang pencopet yang tertangkap, sangat mengerikan bahkan dulu sempat masuk berita perampok itu dibakar hidup-hidup.

Dia takut. Sungguh, tapi pesan ibunya yang selalu dia ingat, jangan pernah gentar, jangan pernah menundukkan kepalamu kalau kau tidak salah!

Jadi, sekarang, dengan sisa tenaga dia coba untuk bertahan, membela dirinya.

"Alah, bohong itu, Bu! Jelas-jelas dompet saya ada di dekat dia duduk sekarang. Saya baru aja lewat dari depan dia, pas menoleh lihat dompet saya!" bantah wanita pemilik dompet itu masih tetap yakin kalau wanita itu lah pencuri dompetnya.

"Udah, hajar aja!" sambar wanita bertubuh gemuk yang sejak tadi sudah pasang ancang-ancang ingin memukul gadis malang itu.

"Iya, hajar!"

"Botak rambutnya!"

"Patahkan tangannya biar gak mencuri lagi!"

"Bakar aja, biar mampus!"

Semua teriakan itu sahut-sahutan menggema di tempat itu. Kerumunan itu semakin membludak karena teriakan para manusia maha benar.

Oma terus menatap mata indah milik gadis itu. Ada riak air mata, ketakutan, tapi dia tetap berusaha untuk tegar, tidak mengemis minta pengampunan, karena memang dia tidak salah.

"Kelamaan, udah kita telanjangi saja dia!" teriak seorang pria dari arah lingkaran manusia.

"Tunggu!" suara Oma begitu tegas. Pengamatannya sudah rampung. Dia yakin seratus persen, gadis itu bukan pencuri!

"Anda bilang kalau dompet Anda dicuri gadis ini, dan Anda baru saja lewat di depan dia, lalu melihat ke belakang, dan menemukan dompet Anda di dekat kakinya?"

"Iya benar, Bu," sahut wanita itu mantap.

Oma Ros manggut-manggut. "Begini, kalau memang ketika Anda lewat dari depannya, dan seketika itu juga menoleh ke arahnya, melihat dompet Anda di dekat kakinya?"

Lagi-lagi wanita itu mengangguk.

"Bagaimana mungkin, saat Anda baru saja lewat dari depannya, dia sudah mengambil dompet Anda dan persekian detik mengambil dompet Anda? Hanya pencuri bodoh yang sudah mencuri, membuang bukti curian di dekatnya."

Semua orang bungkam. Masuk akal juga. Tapi melihat wajah-wajah manusia itu tidak puas, Oma Ros melanjutkan kalimatnya.

"Kalau memang kalian masih ragu, Tuti akan menggeledahnya. Berdiri!" perintah Oma Ros pada wanita itu.

Tuti segera maju dan memeriksa tubuh gadis itu, tidak ditemukan uang atau apapun benda berharga. Hanya ada kalung yang melingkar di lehernya.

"Bagaimana?" serang Oma pada wanita yang sudah kehilangan dompet itu.

Kini semua orang berubah, mempercayai gadis itu dan tanpa mengatakan apapun lagi segera membubarkan diri.

"Terima kasih, Bu," jawab wanita itu mencoba tersenyum.

"Kau mau pulang kemana?" tanya Oma saat melihat gadis itu berdiri.

"Aku... Aku gak punya tujuan. Aku sebatang kara," ucapnya menunduk.

"Kau mau bekerja di rumah Oma?"

Terpopuler

Comments

N_ariya

N_ariya

aku juga detektif Conan loh oma

2023-10-21

0

Ai Cinun

Ai Cinun

aku mampir kak nunggu rain lama siapa tahu cerita ini bisa mengalihkan dri cerita taink
semangat kaka

2023-07-08

0

HARTIN MARLIN

HARTIN MARLIN

menyimak dulu

2023-06-18

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!