Chapter 06 - Mulai Menerima

Di saat Vanka hendak membuka pintu mobil yang sudah siap membawa nya kembali pulang, ada sebuah tangan kekar yang terjulur menghentikan kegiatan nya itu.

"Siapa anda?" tanya Vanka waspada. Pasalnya di belakang pria yang kini menahan tangan nya, ada beberapa orang berpakaian hitam yang seakan siap siaga menyerang jika ia berani macam-macam dengan pria di depan nya.

"Kita bertemu lagi, Nona"

"Lagi? apa maksud anda, Tuan? maaf mungkin anda salah orang, saya rasa saya tidak pernah bertemu dengan anda, permisi" ucap Vanka.

Kembali pria itu mendorong pintu mobil hingga kembali tertutup, "Anda tidak mengingat saya?" tanya nya sedikit geram.

"Seperti yang saya katakan tadi" ~Vanka, sambil melepaskan cekalan tangan pria itu pada tangan nya dengan sedikit kasar.

"Kau-!"

Ucapan pria tadi seakan kalah cepat dengan gerakan Vanka untuk masuk ke dalam mobil. Kini Vanka sudah berada di dalam mobil dan menyuruh sang supir untuk segara jalan.

"Sialan, baru kali ini aku di tolak! Hem tapi menarik" batin nya.

"Tuan, kita harus kembali ke perusahaan, ada meeting yang harus anda datangi" ucap Cio.

Cio? jika itu Cio berarti orang yang dia panggil 'Tuan' dan yang menahan Vanka barusan, seharusnya adalah Zucca Vetory kan. Tapi untuk apa dia menahan Vanka dan ada urusan apa yang mereka punya?

...°•°•°•°...

Di lain tempat, namun masih dalam satu lokasi. Ada tiga pasang mata yang melihat interaksi antara Vanka dan Zucca itu.

"Apa perempuan itu berhianat?" tanya seorang pria yang duduk di atas kursi roda, siapa lagi jika bukan Felix Chus Luchifer.

"Aku rasa tidak, Tuan" tanggap Bryan.

"Aku juga sependapat dengan Bryan. Dilihat dari gerak-gerik nya dia seakan menghindar dan tidak mengenal Tuan Zucca" tambah Chesta.

"Tapi, kenapa perempuan itu ada di kafe ini?" tanya Felix.

"Untuk itu saya tidak tau, Tuan" jawab Chesta.

"Cari tau itu dan cari tau alasan Zucca bertemu dengan perempuan itu. Balik ke rumah" ~Felix datar.

"Baik, Tuan" jawab Bryan dan Chesta kompak.

...°•°•°•°...

Batin Vanka kini merasa lega, sebab dia pulang sebelum Bos nya pulang. Dia berfikir masih ada waktu untuk berganti pakaian. Tapi sayang pikiran itu harus pupus begitu saja saat pintu raksasa utama mension Luchifer itu kembali dibuka dan menampakkan tiga pangeran tampan dengan muka datar mereka.

Buru-buru Vanka membalikkan badan dan menunduk hormat pada ketiga nya.

Ketiga nya melewati nya acuh tak acuh, bahkan untuk sekedar melirik saja mereka seakan tidak sudi. Kembali Vanka hendak melangkahkan kakinya, tapi pintu raksasa itu kembali terbuka. Yang kini menampakkan wanita paruh baya yang masih sangat cantik dan anggun.

Lagi, Vanka buru-buru membalikkan badannya untuk menunduk hormat pada Nyonya Besar Luchifer itu.

"Vanka, bagaimana kabar mu?" tanya Nyonya Lily.

"Baik Nyonya" jawab Vanka.

"Oh ya apa tadi anak ku itu baru saja pergi keluar?" tanya Nyonya Lily dengan sorot mata berbinar.

"Benar, Nyonya. Tapi saya tidak tau kemana perginya Tuan" jawab Vanka sambil menundukkan kepalanya.

"Haiya!! mimpi apa aku semalam, astaga. Akhirnya anak ku mau pergi ke luar juga" senang Nyonya Lily.

"Kau tau selama ini sejak dia lumpuh, dia hanya berdiam diri di kamar nya. Semua pekerjaan dia lakukan dari sana. Ibu mana yang tidak sedih melihat anak nya yang seperti itu. Selama ini aku selalu membujuk nya untuk sekedar keluar dari kamar nya dan berjalan-jalan di lingkungan mension ini tapi ia selalu menolak. Aku pikir dia akan terus menerus seperti ini, tapi untunglah sekarang dia sudah mau keluar" cerita Nyonya Lily sambil tak terasa telah menggenggam tangan Vanka erat seakan menyalurkan semua emosi yang dia rasakan.

"Sa-saya ikut senang, Nyonya" ucap Vanka bingung harus merespon apa.

"Iya. Eh kau habis dari mana?" ~Nyonya Lily.

"Itu saya hanya keluar sebentar Nyonya untuk menemui teman saya" ~Vanka.

"Ohh... kau hebat, kau satu-satunya orang yang bisa keluar setelah masuk ke mension ini. Jika itu orang lain mungkin mereka akan keluar tapi tidak akan kembali lagi. Seperti nya aku tidak salah memilih orang kali ini" ~Nyonya Lily.

"Maksud anda apa, Nyonya?" ~Vanka.

"Ah sudahlah lupakan, ayo ikut aku. Oh iya, jangan terlalu formal saat bersama ku okey?! ini perintah yang tidak mendapat kesempatan untuk membantah!" titah Nyonya Lily seakan tau jika Vanka hendak menolak nya.

"Satu lagi, kamu harus melaporkan setiap kegiatan anak itu yang penting-penting saja pada ku, apa kamu paham?" ~Nyonya Lily.

"Paham Nyonya" ~Vanka.

"Bagus! aku akan menghubungi mu nanti" ~Nyonya Lily.

...°•°•°•°...

Hari-hari telah berlalu, tak terasa kini lima hari sudah setelah Vanka menginjak kan kaki di Mension Cu. Hari-hari nya penuh dengan penolakan bahkan tak jarang ia pun mendapat kata-kata yang bisa menyakiti hatinya. Tapi Vanka anggap itu hanya angin lalu saja, dia tetap kokoh untuk berada di sisi sang bos. Ia yakin suatu saat nanti hati batu sang bos pasti akan meluluh juga.

Selama itu juga dia selalu melaporkan setiap kegiatan bos nya pada Nyonya Lily. Sayang nya, sifat lama bos nya itu kembali, melakukan semua dari kamar nya dan tidak pernah keluar.

Kini hubungan nya dan Nyonya Lily sudah semakin dekat, bahkan bisa dikatakan jika mereka lebih cocok sebagai anak dan ibu.

"Tuan... ayo kita jalan-jalan, di lingkungan mension ini saja ya" pinta Vanka pada Felix yang sibuk dengan tab nya. Hari masih pagi tapi kedua orang itu sudah berdebat untuk dua pendapat yang berbeda.

"Tidak" jawab Felix.

"Tapi Tuan-" ~Vanka.

"Kau ini, memaksa sekali?! sudah ku bilang, pergi ya pergi dasar murah*n" ~Felix.

Marah? tentu saja, siapa yang tidak marah saat dirinya dikatai murahan. Padahal kenyataannya tidak seperti itu. Sebisa mungkin Vanka telan semua kemarahan itu.

"Kenapa diam, marah?" ~Felix.

"Tidak, selagi itu bukan kenyataan nya saya tidak akan menganggap nya serius" jawab Vanka.

Felix menatap Vanka, sejauh ini hanya dia yang bisa bertahan berada di sisi nya selama ini sekaligus orang yang membuat nya kesal setiap hari.

Dia tidak habis pikir, terbuat dari apa perempuan di depan nya ini hingga masih bertahan dengan sikap nya selama ini.

Perlakuan Vanka yang tiba-tiba merebut tablet bermerek nya membuat Felix tersadar dari lamunannya. Dan langsung melayangkan tatapan tajam pada perempuan itu.

"Ini adalah perintah Nyonya besar, Tuan. Anda tidak bisa menolak" kekeh Vanka.

"Sebenarnya siapa Tuan mu hah?!" ~Felix.

"Wahh... berarti anda sudah mengakui saya menjadi pelayan anda?" binar Vanka.

Felix langsung terdiam, seperti nya dia salah bicara tadi. Sungguh ia meruntuki mulut nya yang asal bicara itu.

...°•°•°•°...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!