Chapter 05 - Hati Hanya Satu Terikat Pada Mu

"Selama pagi, Tuan" sapa Vanka sedangkan pelayanan lainnya menunduk saat kedatangan Felix dan kedua tangan kanan nya di ruang makan.

Ketiga orang itu hanya diam tak merespon sapaan Vanka, "Sialan!" batin Vanka dalam hati.

Entah sejak kapan gadis itu sudah rapi dan berdiri bersama beberapa pelayan lainnya. Ketiga orang berjas rapi itu diam menikmati sarapan pagi mereka.

"Em, Tuan" ucap Vanka saat melihat Felix telah selesai dengan sarapan nya itu.

"Hem?" jawab Felix malas.

"Bolehkah saya meminta izin keluar mension? saya janji tidak akan lama, sungguh!" ~Vanka.

"Baru saja bekerja sudah mau kabur hah? ck" ~Felix.

"Tidak bukan! saya tidak akan kabur. Saya hanya ingin menemui teman saya yang kebetulan ada di sini" ~Vanka.

"Terserah, saya tidak peduli" ~Felix.

"Jadi boleh atau tidak?" tanya Vanka ragu.

"Terserah, saya tidak peduli" jawab Felix mengulang perkataan nya.

"Bangs*t, kek cewe aja ni orang jawaban nya terserah" umpat Vanka dalam hati.

Di sisi lain saat Felix dan Vanka berbicara, kedua tangan kanan Felix terdiam. Otak mereka bekerja keras memutar kembali ingatan mereka dan seakan menghitung jumlah kata yang diucapkan Felix. Jika tidak salah perhitungan, ini adalah percakapan terpanjang yang dilakukan oleh bos mereka.

...°•°•°•°...

Sekitar pukul satu siang, saat semua pekerjaan nya telah ia lakukan dengan rapi. Vanka kembali menuju kamar nya untuk berganti baju. Simpel saja, yaitu kaos lengan pendek putih polos, celana panjang hitam, sepatu putih, dan rambut panjang hitam nya yang ia kuncir kuda, serta tidak lupa tas kecil yang bertengger indah di pundak nya.

Vanka telah siap untuk pergi. Ia anggap saja jawaban bos nya itu sebagai jawaban persetujuan, sebab ia pergi juga bukan untuk bermain-main, toh ia juga akan kembali secepatnya nanti.

Ting...

Disaat ia sedang berjalan menuju gerbang utama yang jarak nya bisa membuat seseorang akan menghabiskan waktu 10 menit dengan berjalan kaki, ada sebuah notifikasi masuk di ponsel nya.

📨

"Coffee 24/7"

"Cute bunny in the door"

"Besi putih 444"

"Hati hanya satu terikat pada mu"

Terlihat seperti sebuah isyarat yang entah apa itu artinya. Vanka yang seakan langsung paham dengan isyarat itu pun kembali melangkahkan kakinya dengan raut muka ceria nya namun sorot mata itu tidak bisa membohongi.

"Nona, anda mau kemana?" tanya penjaga gerbang menghentikan langkah Vanka.

"Saya hanya ingin keluar sebentar" jawab Vanka.

"Tidak bisa, Nona. Penghuni di rumah ini apalagi seorang pelayan tidak bisa keluar masuk tanpa izin Tuan Felix" ~Penjaga gerbang.

"Nah itu, saya sudah mendapatkan izin dari Tuan Felix tadi, jika tidak percaya saya telfon nih" ~Vanka.

"Eh tidak usah, Nona. Jika memang Nona sudah mendapatkan izin, silahkan Nona. Hati-hati di jalan" ~Penjaga gerbang mempersilahkan Vanka.

Dalam pikiran penjaga itu, dia mengira memang benar Vanka telah mendapatkan izin, apalagi saat mengetahui Vanka yang mengetahui nomor telfon sang bos yang hanya diketahui oleh beberapa orang saja. Ditambah penjaga itu mengetahui posisi Vanka walaupun dia hanya pelayan, tapi dia adalah pelayan langsung dari bos nya.

"Ck mudah sekali mengibuli mereka ahaha. Padahal ya gue juga gak punya nomer tu BOS gila" batin Vanka.

Tak lama dirinya berdiri menunggu mobil yang menjemput, sebuah mobil putih biasa datang menghampiri nya. Tanpa ba-bi-bu lagi, dia langsung masuk dan mobil pun kembali berjalan.

Di tengah perjalanan sebenarnya Vanka merasa dirinya sedang diikuti tapi dia mencoba menghiraukan nya.

"Nona, kita sudah sampai" ucap sang supir.

"Hem" jawab Vanka sambil memakai masker hitam nya. "Hah apakah dunia ku tidak akan pernah tenang?" batin Vanka.

Kaki jenjang nya berjalan masuk ke cafe di depan nya, tapi baru saja dia masuk. Seorang anak kecil tiba-tiba menubruk nya, hingga menyebabkan anak kecil dengan kostum kelinci yang membuat anak itu terlihat sangat imut terjatuh namun hebatnya di tak menangis sama sekali.

Vanka pun mensejajarkan tinggi nya dan membantu anak itu berdiri.

"Aduh maafkan anak saya, Nona" ucap seorang perempuan yang mengaku sebagai ibu anak itu.

"Tidak, justru saya yang meminta maaf" ~Vanka.

"Terimakasih Kakak cantik" ucap anak kecil itu, "Ini untuk Kakak" sambungnya sambil memberikan sebuah boneka kelinci kecil berwarna pink pada Vanka.

"Terimakasih" ucap Vanka.

Orang-orang yang melihat mereka pun merasa biasa saja dan itu normal terjadi. Kembali Vanka melanjutkan langkah nya meninggalkan anak kecil yang masih menatap kagum pada nya.

"Hati hanya satu terikat pada mu" ucap Vanka pada salah satu pelayan dengan lirih dan jangan lupa raut muka nya yang terlihat sangat tidak senang itu.

Pelayanan yang paham akan kode itu pun langsung memimpin jalan menuju ruangan yang di maksud.

"Silahkan, Nyonya. Tuan sudah menunggu di dalam" ucap pelayan membuat mata Vanka melotot karena dipanggil dengan sebutan 'Nyonya'.

"Sekali lagi aku mendengar kamu mengebut ku 'Nyonya', akan ku potong lidah mu itu!" ancam Vanka.

...DI DALAM RUANGAN...

"Ada apa?" tanya Vanka to the point.

Di hadapan nya itu duduk lah seorang lelaki seumuran dengan nya. Sendari Vanka masuk, tatapan lelaki itu tidak pernah lepas dari nya. Hal itu tentu saja membuat Vanka tidak nyaman.

"Cepetan anj*r gue gak punya banyak waktu!" geram Vanka menggunakan bahasa Indonesia.

"Hehe... oke oke. Lo udah terima boneka itu?" tanya lelaki itu menggunakan bahasa Indonesia juga.

"Hem" jawab Vanka.

"Di dalam nya ada flashdisk dan beberapa chip. Lo bakal tau kegunaan nanti pas Lo buka sendiri"

"Dah gitu doang?" ~Vanka.

"Ya... iya, jangan salah ya, itu penting loh" antisipasi lelaki itu.

"Ya udah, kalo gitu gue pergi" ~Vanka.

"Heh gak boleh, enak aja gue jauh-jauh ke sini malah Lo cuekin"

Vanka kembali duduk, "Ada apa lagi Tuan Leonzi Giovanni yang terhormat?" tanya Vanka.

"Wkwk bisa aja Lo. Oh ya gimana Lo di sini? aman-aman aja kan sejauh ini? kalo gak mending Lo pulang aja deh, ganti yang lain"

Yap dia adalah Leon, sahabat Vanka di Indonesia yang kini sedang mengunjungi sahabat nya itu di Italia.

"Mau Lo bilang sampe mulut Lo berbusa sekali pun jawaban gue tetep GAK." ~Vanka.

"Hah... oh ya gue punya satu informasi, ga tau penting atau gak nya si, tapi buat tau-tau aja. Bos Lo itu punya mantan kekasih, eh bukan mantan juga si, ah ga tau lah intinya dulu dia pernah deket sama perempuan. Nah yang jadi poin di sini tu, muka perempuan itu sama muka Lo itu mirip cuy, beneran dah, gue dah liat sendiri, Andra yang ngasih tau" ucap Leon panjang lebar.

"Perempuan, mirip?" ~Vanka.

"Iya, kalo gak percaya minta aja tu foto sama Andra. Weh gue hampir lupa, ngomong-ngomong soal Andra, kasian dah tu bocah. Sejak kepergian Lo, dia kaya anak itik yang kehilangan induk nya" ~Leon.

"Maksud nya?" ~Vanka.

"Sumpah ya gue pengin banget cuci otak Lo biar lebih terang dan PEKA" ~Leon.

"Oh, gue harus pulang sekarang, Gue percayain semua sama Lo. Urus yang bener, awas aja gue denger ada masalah sedikit apapun itu!" ancam Vanka.

"Iya iya. Oh ya kalo ada apa-apa Lo bisa hubungin tu wanita yang tadi ngaku jadi ibu anak yang Lo tubruk. No nya ada di dalem boneka" ~Leon.

"Ya oke, inget jangan sampe ada satu orang pun yang tau atau curiga sama ketemuan kita kali ini" ~Vanka.

"Siap Bu Bos" ~Leon berdiri sambil mengambil posisi hormat seperti saat hormat pada bendera.

...°•°•°•°...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!