Pria yang duduk di sofa itu menatap satu persatu dari mereka dengan tatapan tajam. Hingga tatapan nya berhenti pada gadis mungil yang juga tengah menatap dirinya tanpa rasa takut. Gadis itu berhasil mencuri perhatiannya hingga tanpa sadar kaki jenjang pria paruh baya itu mendekat ke arah Vanka.
"Siapa nama mu?" tanya nya datar.
"J. Van-ka" jawab Vanka sedikit gugup, entah pergi kemana semua keberanian nya saat ini, sampai ia tergagap saat mengucapkan namanya sendiri.
"Lari lapangan 10 putaran!" titah pria tersebut.
"Hah?" Vanka menjadi bingung, apakah salah satu sarat menjadi pelayan harus berlari juga.
"Kau tuli?"
"Ck" decih Vanka namun ia pelan kan. Tanpa menunggu lama lagi, Vanka pun keluar dari barisan dan keluar mengikuti salah satu bodyguard menuju lapangan.
"Bryan, kau urus wanita itu"
"Baik Tuan" Bryan yang paham akan maksud Tuan itu, langsung pergi menyusul Vanka ke lapangan. Bryan adalah tangan kanan bos yang satunya.
Lama pria tadi terdiam, hingga membuat para calon pelayanan lainnya resah. Mereka juga ingin mengetahui bagaimana nasib mereka kedepannya, walau tak bisa dipungkiri mereka juga takut pada pria jangkung itu.
"Tuan, ada telfon dari Nyonya besar" ucap Chesta.
"Aku ada di Mension Cu" jawab pria itu
"Hem, aku tunggu" ucap nya lagi menanggapi lawan bicaranya di telfon.
Sambungan telfon telah berakhir, mengembalikan wajah datar nan dingin yang tadi sempat mencair. Gwaz Luchifer namanya. Seorang lelaki paruh baya yang meluangkan waktu berharganya hanya sekedar untuk menyeleksi pelayanan.
Cukup lama Gwaz terdiam. Membuat para calon pelayan yang lainnya penasaran bagaimana nasib mereka.
"Tuan, bagaimana dengan kami?" tanya salah satu pria memberanikan diri untuk bertanya.
"Chesta, kau urus sisa nya, aku ingin meminum teh sebentar" titah Gwaz
"Baik, Tuan. Semuanya mari ikut dengan saya" ~Chesta menggiring mereka menuju lapangan belakang yang sangat luas. Dan di sana pula terdapat Vanka yang masih berlari memutari lapangan tanpa mengeluh sedikitpun.
Teman-teman Vanka yang melihat itu pun langsung menelan susah saliva mereka. Bagaimana nasib mereka jika disuruh lari mengelilingi lapangan yang luas nya bak lapangan sepak bola itu sebanyak 10 putaran seperti Vanka saat ini.
Tak hanya itu, mereka baru saja mendengar teriakan Bryan yang berteriak menyuruh Vanka untuk melakukan push up, dan bertarung menghadapi Bryan sendiri.
Mereka terheran-heran, kenapa teman mereka yang satu itu disuruh melakukan itu semua. Yang mana jauh dari profesi yang ditawarkan saat bekerja disini.
Berbeda dengan sudut pandang teman-teman Vanka, justru kini Gwaz semakin heran dengan gadis mungil yang satu itu. Entah dari mana muncul nya, kini rasa penasaran yang sangat besar muncul begitu saja dalam pikiran Gwaz.
Tanpa disadari oleh mereka semua, ada seseorang yang memperhatikan Vanka yang tengah ditempa oleh Bryan dari lantai lima yang berada di mension tersebut.
...°•°•°•°...
Akhirnya setelah memutari lapangan itu sebanyak 10 kali, disuruh push up, dan bertarung kini Vanka bisa duduk. Sungguh, mungkin jika itu orang lain, mereka sudah pingsan. Apalagi Vanka sama sekali belum beristirahat semenjak datang di negara Italia ini dan langsung disuruh memutari lapangan luas itu sebanyak 10 putaran.
Tiba-tiba saat ia sedang duduk santai, Chesta si tangan kanan datang membawa kunci dan handuk kecil di tangan nya.
"Bersihkan tubuh mu dan temui saya jam 7 malam nanti di ruang makan utama" ucap Chesta.
"Hem baiklah, dimana kamar ku?" tanya Vanka.
"Nih, kamar no 4 di lantai 4" jawab Chesta sambil memberikan sebuah kunci.
Bangunan yang kini menjadi tempat kerja Vanka, terdiri dari lima lantai. Lantai paling bawah bagian belakang digunakan untuk tempat tinggal para karyawan. Tapi walaupun tempat nya di paling belakang, jangan diragukan lagi kualitasnya.
Di lantai empat, adalah tempat para orang kepercayaan bos. Dan di lantai paling atas, itu adalah area pribadi bos. Tidak sembarang orang bisa menginjakkan kaki di lantai lima dan empat itu. Tapi kenapa Vanka dengan mudah bisa? entahlah.
Vanka menerima kunci tersebut, namun dirinya merasa ada yang aneh, "Bukannya kamar pelayanan ada di lantai bawah paling belakang yah? kenapa aku di lantai 4?" heran Vanka.
"Karena kamu berbeda, sudah lah saya masih banyak pekerjaan. Kau pergilah dan jangan lupa nanti malam jam 7. Saya akan jelaskan semua disana" ~Chesta.
Setelah mengatakan hal itu, Chesta pun pergi meninggalkan Vanka yang masih mencerna apa itu arti kata 'berbeda' yang diucapkan Chesta barusan.
...MALAM HARI...
Dengan pakaian pelayanan yang Vanka kenakan, kini ia sudah berada di ruang makan utama yang biasanya digunakan bagi bos mereka. Ia menunggu dan ikut berbaris bersama beberapa pelayan pria lainnya.
Sebenarnya ia cukup heran lagi, kenapa di ruangan itu hanya dirinya saja lah yang berjenis kelamin perempuan, kemana semua pelayan wanita yang datang bersama nya tadi.
"Ekhem!" dehem Gwaz sedikit keras tepat di sebelah telinga Vanka.
Vanka dengan tipe orang yang refleks pun hampir memukul wajah tampan sang majikan jika saja majikan nya itu tidak cekatan menghindari pukulan Vanka.
"Astaga!" ucap Vanka pelan.
"Kali ini kau ku bebaskan" peringatan dari Gwaz, lalu dia pun duduk di kursi paling ujung yang memang kursi miliknya.
"Maafkan saya, Tuan. Tadi saya terkejut dan tangan saya refleks" ucap Vanka penuh penyesalan.
Mengabaikan ucapan Vanka barusan, Gwaz pun duduk di kursi paling ujung, disusul oleh kedua tangan kanannya. Berbagai hidangan mulai berdatangan sesuai keinginan ketiga orang tersebut.
Tak lama setelah mereka bertiga duduk, pintu kembali terbuka dan muncul lah seorang wanita cantik berjalan dengan anggun. Saat berpapasan dengan Vanka, wanita itu memerhatikan Vanka dari atas sampai bawah sebelum duduk dengan santai di kursi paling dekat dengan Gwaz.
Setelah semua duduk dan makanan telah terhidang, mereka memakan dengan anggun dan tanpa suara sedikitpun. Vanka yang belum memakan apapun sejak datang ke negara ini pun merasa lapar, perut nya keroncongan minta diisi, tubuhnya lemas, dan jika dilihat lebih detail lagi wajah Vanka terlihat pucat.
"Kau" ucap Gwaz menunjuk Vanka.
Vanka yang ditunjuk malah menunjuk dirinya sendiri sambil celingukan ke kanan dan ke kiri untuk memastikan apakah benar diri nya lah yang di maksud.
"Iya, kau" ~Gwaz, membuat kedua sahabatnya itu heran.
"Iya Tuan, ada yang bisa saya bantu?" tanya Vanka sopan.
"Ambil, duduk, makan" tiga kata yang sangat simpel dari Gwaz yang sebenarnya dapat dijabarkan lagi menjadi kata-kata yang lebih panjang.
Dengan ragu-ragu Vanka mengambil piring berisi makanan yang sangat menggiurkan. Setelah mendapat piring itu, Vanka pun membalikkan badan hendak pergi. Namun titah dari wanita tadi menghentikan langkahnya.
"Duduklah di samping Bryan, J. Vanka?" ucap wanita itu dengan lembut, dia bernama Lily Allen Iverson/Luchifer yang merupakan istri dari Gwaz Luchifer.
"Saya tidak pantas, Nyonya" jawab Vanka menolak.
"Tidak ada yang mengatakan kamu tidak pantas duduk di sana. Sudahlah, saya tidak suka ada yang membantah perkataan saya" ucap Nyonya Lily sedikit dengan penekanan.
Tak mau merusak mood wanita itu, Vanka lekas duduk di kursi sebelah Bryan, tapi ia menyisakan satu bangku kosong sebagai jarak antara dirinya dan Bryan. Ia sadar diri, siapa dirinya sekarang. Orang baru yang entah bagaimana bisa tinggal di lantai empat dan sekarang justru makan satu meja dengan sang bos langsung.
Bryan dan Chesta melongo melihat itu, mereka sungguh tidak menyangka, orang baru yang merupakan pelayanan itu bisa dengan mudah makan di meja itu dan tinggal di lantai yang sama dengan mereka. Sungguh pikiran mereka terguncang saat ini.
Vanka yang memang sudah lapar berat pun, tidak mempedulikan tatapan penuh tanda tanya Bryan dan Chesta. Biarkan lah itu ia urus nanti, sekarang yang terpenting perutnya dapat terisi terlebih dahulu.
...°•°•°•°...
...jaga kesehatan kalian ya, see you next chapter...
...babay...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 29 Episodes
Comments