Chapter 04 - Hama

Pagi hari yang hangat karena sang mentari yang menyinari sebagai permukaan bumi, membuat seorang pria bertelanjang dada itu membuka matanya, menyambut sinar matahari yang dengan lancang masuk ke dalam kamar nya.

Tubuh atletis yang tak terbalut baju itu nampak begitu bersinar terkena cahaya matahari, dia berdiri di depan jendela, memandangi pemandangan kota yang terlihat sudah sibuk walaupun hari masih sangat pagi.

Tak berselang lama, seseorang dengan pakaian rapi, masuk dan menundukkan tubuhnya sebagai bentuk hormat pada pria yang berdiri di depan jendela itu.

"Katakan" titah pria itu.

"Bos, kami menemukan kenyataan jika dia berasal dari Indonesia yang datang ke Italia untuk bekerja sebagai pelayan. Dia bekerja melalui lembaga ilegal yang dulu pernah anda pintai untuk mencari beberapa anggota. Tapi sekarang lembaga itu sudah berada di bawah kekuasaan Tuan Luchifer" ucap Cio si tangan kanan.

"Luchifer?" suara berat yang terasa begitu menusuk itu menggema. Pria bertubuh atletis itu membalikkan tubuhnya, merasa tertarik dengan obrolan pagi ini.

"Benar Tuan" jawab Cio.

"Ahahaha... sudah lama aku tidak mendengar nama pria lumpuh itu. Masih hidup ternyata. Bagus-bagus, seperti nya aku membutuhkan kopi"

Dia adalah Zucca Vetory, orang bertelanjang dada yang baru saja bangun dari tidurnya yang kini sedang berjalan menuju sofa di ruangan nya. Orang itu biasanya dipanggil Zucca, Tuan Zucca, ataupun Bos.

Mengetahui keinginan bos nya itu, untunglah Cio sudah menyiapkan kopi yang biasa Zucca minum saat pagi hari. Dia hanya perlu mempersilahkan seorang pelayan untuk masuk dan menyajikan kopi tersebut.

"Lanjutkan" perintah Zucca sambil mengambil cangkir kopi di hadapan nya.

"Menurut perkiraan saya, sekarang nona itu berada di kediaman Keluarga Luchifer dan menjadi pelayan di sana, Tuan. Tapi ini baru perkiraan saya, karena belum tentu nona itu dipekerjakan di sana. Karena setau saya mereka juga mencari orang-orang untuk dipekerjakan di rumah-rumah lain, dan menjadikan ini salah satu bisnis mereka" jelas Cio.

"Cih, temukan lokasi lembaga itu, kita datangi sekarang juga" ~Zucca.

Dia berdiri, kaki jenjang nya berjalan menuju kamar mandi untuk bersiap-siap. Tak membutuhkan waktu lama, dia sudah keluar dengan pakaian formal nya, yaitu sebuah setelan jas hitam ditambah kaca mata hitam yang bertengger dengan manis menutupi sorot mata nya yang tajam yang jika dibuka seakan bisa menjadi ancaman bak sinar laser.

Dengan ekspresi datar andalan nya dia memasuki sebuah mobil yang siap mengantarkan kemanapun dia pergi. Di belakang mobil itu, ada beberapa mobil lainnya mengikuti kemana pun mobil itu pergi.

Kira-kira setengah jam kemudian mereka sudah sampai di tempat tujuan, di depan sebuah bangunan tingkat tiga yang berukuran tidak terlalu besar. Bangunan itu terlihat sepi, membuat perasaan aneh di banyak Zucca muncul.

"Periksa keadaan di dalam" titah nya.

Tatapannya kini bertambah tajam, sampai-sampai rokok di tangan nya ia patahkan begitu saja. Sungguh perasaan nya saat ini sangat campur aduk tidak jelas.

"Tuan, ada apa?" tanya Cio.

"Tuan Tuan Tuan" lapor salah satu anggota nya sambil berlari ke arah Zucca.

"Ada apa?" tanya Zucca.

"Di dalam sudah kosong, saya rasa mereka sudah mengantisipasi hal seperti ini"

"Untuk apa dia mengosongkan tempat ini? apa dia sudah tau aku mengincar wanita itu? tapi itu sangat tidak mungkin. Sial!!" batin Zucca kesal.

"Kembali ke kantor" ucap Zucca datar.

...°•°•°•°...

Di kediaman Keluarga Luchifer milik Felix, atau biasa di sebut Mension Cu, tepat nya di kamar milik Tuan Muda Luchifer kini sang empu tengah berbaring di atas tempat tidurnya.

Cahaya matahari yang sudah begitu menyengat mulai mengusik tidur nya. Perlahan dia membuka mata, namun ia merasa ada sesuatu yang aneh di atas kepalanya. Tangan nya meraba dan mendapati sebuah sapu tangan kecil yang basah.

Tak hanya itu ia juga mendapati ada seorang perempuan yang tertidur di lantai tepat di samping ranjangnya, bahkan dia menjadikan pinggiran ranjang Felix sebagai tumpuan kepalanya.

"Siapa perempuan ini?" batin Felix.

Bernama lengkap Felix Chus Luchifer. Tuan muda keluarga Luchifer yang merupakan anak dari Gwaz Luchifer dan Lily Allen Iverson/Luchifer.

"Bagun, siapa kau?!" ucap Felix datar, menatap tajam pada Vanka.

Vanka sedikit meregangkan otot-otot nya dan ia juga merasakan sakit pada leher nya, mungkin ini akibat dirinya tidur di lantai dengan posisi seperti yang sangat memungkinkan menimbulkan sakit leher.

Saat kesadaran nya telah secara penuh kembali, Vanka menatap Felix yang ternyata juga sedang menatap nya. Buru-buru dia berdiri dari posisi nya saat ini.

"Maafkan saya, Tuan. Saya ketiduran tadi malam" ucap Vanka.

"Siapa kamu?!" ucap Felix masih dengan datar dan tatapan tajam nya.

"Saya Vanka, Tuan. Pelayanan yang di tunjuk oleh Nyonya Lily untuk membantu mengurus anda" jawab Vanka.

"Aku tidak butuh pelayanan, pergi" tolak Felix.

"Tapi Tuan-" ~Vanka.

"Diam dan pergi-!" titah Felix.

"Maaf Tuan, tapi saya tidak akan pergi. Saya sudah berjanji pada Nyonya untuk menjaga anda, saya tidak suka melanggar janji saya, Tuan" ~Vanka penuh keyakinan.

Mendapat jawaban itu, sorot mata Felix semakin menajam. Menghiraukan perempuan yang ada di depan nya itu, Felix berusaha meraih kursi roda nya, namun dikarenakan letak kursi roda yang lumayan jauh itu tangan kekar Felix tak bisa menggapai nya.

Dengan sigap, Vanka menggeser kursi roda itu dan mencoba membantu Felix untuk berpindah ke kursi roda itu.

"Jangan sentuh saya!" tegas Felix.

"Tapi saya hanya mau membantu anda, Tuan" ucap Vanka.

"Saya bilang tidak ya tidak, apa kau tuli hah?!" ~Felix.

Mendapat perkataan seperti itu, Vanka memundurkan langkahnya. Tapi pandangan nya tetap fokus memerhatikan setiap gerakan Felix yang jelas terlihat sangat kesusahan.

"Tuan, ada yang bisa saya bantu?" tanya Vanka tidak menyerah.

"Ada" jawab Felix setelah berhasil naik ke kursi roda nya.

"Apa Tuan?" tanya Vanka antusias.

"Keluar dari kamar saya dan pergi sejauh mungkin" ~Felix.

"Ah jika itu saya tidak bisa membantu, Tuan" ~Vanka.

Felix hanya memandang Vanka dengan tatapan datar sebelum dirinya berlalu menuju kamar mandi. Tak mau diam saja, Vanka pun pergi menuju ruang baju guna mencarikan setelan baju untuk bos nya itu.

...°•°•°•°...

Dua puluh menit kemudian, Felix akhirnya keluar dari kamar mandi hanya dengan menggunakan handuk yang melilit di pinggang nya. Matanya menelusuri setiap sudut kamar dan tak menemui hama yang baru saja mengganggu nya.

"Ck menyerah juga" ucap Felix senang.

Ceklek...

Baru saja Felix hendak meraih baju di atas kasur nya, tiba-tiba pintu terbuka menampakkan hama yang baru saja Felix pikiran bahwa dia sudah pergi.

"Tuan, anda biasanya sarapan di sini atau di bawah?" tanya Vanka tanpa melihat ke arah Felix.

Saat kedua bola mata itu menatap pemandangan yang seharusnya tidak ia lihat, kedua matanya membola lucu dan segera ia membalikkan badannya.

"Ma-maaf Tuan, saya tidak tau-" ucap Vanka terpotong.

"Pergi. Panggilkan Bryan atau Chesta!" titah Felix, sungguh muka nya kini memerah entah sebab malu atau marah, atau bahkan dua-duanya.

"Ah ba-baik Tuan" ~Vanka, langsung pergi.

...°•°•°•°...

...see you in the next chapter...

...jaga kesehatan kalian okey?!...

...don't forget to like and comment...

...makasih ❤️...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!