Chapter 19 - Penculikan

...°•°•°•°...

"Tuan, boleh aku minta izin keluar sebentar?" pinta Vanka pada Felix.

"Kemana?" tanya Felix tanpa mengalihkan pandangannya pada dokumen-dokumen di tangan nya.

"Ke rumah teman ku yang ada di sini" jawab Vanka.

"Tidak" ucap Felix.

"Eumm... Tuan boleh ya ya ya sebentaaar... aja" mohon Vanka.

Felix hanya diam meneruskan aktifitas nya, seakan para dokumen itu lebih menarik dari pada Vanka. Raut muka Vanka langsung melayu tak bersemangat. Kembali ia melakukan tugas nya membersihkan kamar Felix.

"Hah... jam makan siang sudah kembali" ucap Felix tiba-tiba.

Vanka yang mendengar hal tersebut pun bak bunga layu yang diberi air. Muka nya langsung memancarkan senyuman indah dan dengan semangat ia membersihkan kamar itu agar ia bisa cepat-cepat pergi.

Bertepatan dengan keluar nya Vanka dari kamar pribadi Felix, Bryan masuk menatap Vanka dari ujung rambut hingga ujung kaki. Ada apa dengan anak ini, apa dia sedang kumat, pikir nya saat melihat Vanka yang tersenyum lebar nan konyol menurut nya.

"Tuan, saya kesini untuk melaporkan kejadian waktu itu" ucap Bryan sopan.

"Apa mereka mulai bergerak kembali?" tanya Felix mengalihkan perhatian nya.

"Bisa jadi seperti itu, Tuan. Mungkin selama ini mereka diam untuk menyusun rencana menyerang langsung pada intinya. Salah satu nya mungkin kejadian penyerangan di Mension ini" terang Bryan.

"Hem pergilah" ~Felix.

"Satu hal lagi, Tuan" cegat Bryan, saat melihat reaksi Felix yang diam, Bryan pun melanjutkan ucapannya, "Menurut informasi yang saya dapatkan, kini ketua mereka sedang menghilang. Terakhir kali jejak nya ditemukan di negara China. Kini banyak yang menggunakan kesempatan itu untuk menyerang mereka"

"Hanya orang bodoh yang mempercayai nya" jawab Felix kembali fokus pada dokumen-dokumen kesayangan nya.

...°•°•°•°...

Kini Vanka tengah menyendiri di sebuah cafe yang pernah ia kunjungi untuk menemui teman nya yang dari Indonesia itu. Duduk melamun menatap secangkir kopi dan cake di depan nya tanpa ada niatan menyentuh mereka.

"Nona, apa ada yang bisa saya bantu?" tanya seorang perempuan menghampiri nya.

Perempuan itu, perempuan yang Leon pilih untuk sewaktu-waktu bisa Vanka mintai pertolongan. Pandangan Vanka teralihkan dan menatap perempuan itu datar.

"Siapa nama mu?" tanya Vanka datar.

"S-saya Xia, Nona" jawab nya bernama Xia.

"Gunakan lah bahasa asal mu" ucap Vanka menggunkan bahasa negara Chinese.

Seakan mengerti maksud Vanka, Xia pun mengangguk patuh.

"Pergilah ke daerah x, cari tau informasi dari sana. Jika bisa buatlah sedikit kekacauan, tapi jangan sampai mereka menyadari jika itu kau" ucap Vanka lalu menyeruput kopi nya.

"Ahhh Xia apakah anak mu sudah sembuh? eum maafkan aku, aku terlalu sibuk hingga tidak bisa menjenguk anak mu, kau tau sendiri kan bagaimana pekerjaan ku" ucap Vanka berubah menjadi nada ceria. Sebab ekor matanya tidak sengaja menangkap seseorang yang mencurigakan tengah menatap nya.

"I-iya anak ku sudah sembuh, tidak apa-apa aku tau. Kau jaga kesehatan mu saja, itu sudah cukup untuk ku" ~balas Xia masuk ke dalam peran nya.

Setelah memastikan orang itu pergi, Vanka pun beranjak pergi.

"Masih lama" gumam Vanka.

Dia pun berniat untuk jalan-jalan terlebih dahulu di sekitar cafe tersebut, tak jauh dari sana ternyata terdapat taman bermain. Banyak anak-anak lucu yang bermain di sana, tapi ia tak tertarik sedikit pun.

Sebenarnya ia juga melihat ada yang janggal dari sana, dimana mereka melihat ada beberapa orang berpakaian hitam yang sedang berusaha membawa kabur seorang anak kecil. Awalnya ia tidak tertarik, namun saat ia menajamkan mata nya, dia seakan menemukan sesuatu yang janggal dari orang-orang yang menculik anak kecil itu.

Tanpa berfikir dua kali, dia langsung mengikuti orang-orang itu sampai dia rela menculik sebuah sepeda motor. Tanpa ia sangka, perbuatan nya itu disadari oleh mereka.

Dor...

"Sialan!" umpat Vanka mulai oleng dengan motor nya dan berakhir jatuh. Bagaimana tidak, tangan kanan nya telah tertembak.

Tak lama kemudian orang-orang berpakaian hitam itu menghampiri Vanka dan menyeret nya masuk ke dalam mobil. Entah kenapa Vanka tak memberontak saat itu, dia malah pasrah.

"Hiks... hiks... Daddy tolong hiks..." tangis anak kecil itu.

Dapat Vanka liat di tempat duduk sebelah pengemudi, seorang anak kecil tengah menangis di dekapan seorang pria kekar dengan pisau yang di todongkan di leher nya. Ia tak bisa melihat jelas wajah anak itu, tapi ia seakan tidak asing dengan suara tangisan itu.

Vanka mencoba menghiraukan suara tangisan itu sembari berusaha diam-diam mengamankan ponselnya. Sendari tadi tangan nya tak henti-hentinya mengeluarkan darah hingga ponsel itu kini seakan berubah warna yang awalnya putih kini menjadi merah.

Mobil itu lama-lama memasuki kawasan hutan yang sepi, tentu hal itu tak luput dari perhatian Vanka. Saat melihat jendela mobil yang kebetulan terbuka, Vanka pun berpura-pura memberontak. Namun tujuan utama nya bukan untuk membebaskan diri, melainkan membuang ponsel nya diam-diam.

Setelah menyelesaikan misi nya ia kembali diam, bahkan kini sebuah borgol tengah menyatukan kedua tangan nya.

Beberapa menit kemudian Vanka di seret paksa untuk memasuki sebuah gudang di tengah hutan. Belum cukup tangan nya di borgol, orang-orang itu pun menutup mata nya dan mengikat nya dengan kencang di sebuah tiang.

Seperti nya anak kecil yang di culik mereka tadi di sekap di ruang yang sama dengan nya, bukti nya suara tangisan anak itu masih menari-nari di telinga Vanka.

"DIAM KAU ANAK KECIL!! ckck kasian sekali kau, tapi salah siapa menjadi anak musuh bos ku. Tunggu saja sampai Daddy mu datang, tapi mungkin dia hanya datang dan tak berhasil membawa mu keluar AHAHAHAH..." ucap seorang lelaki tertawa lantang.

"Dan kau gadis kecil, cuih berani-beraninya kau mengikuti kami. Kau tau? itu sama saja dengan mengantarkan nyawa mu sendiri" lanjut nya.

Plakkk...

Lelaki itu pun menampar Vanka dengan keras hingga memunculkan aliran merah di sudut bibir Vanka. Tak lama kemudian lelaki itu pun pergi dan mengunci pintu.

"Dasar bab*!! hah... semoga aja bajing*n lumpuh itu peka" ucap Vanka kesal.

Tangan nya pun sendari tadi berusaha melepaskan ikatan kencang itu. Sangat nyeri, itulah yang dia rasakan, entah sudah seberapa banyak dia mengeluarkan darah dari tangan nya.

...°•°•°•°...

"APAHH?!!"

Plakk...

Bughh...

Bughh...

"Sial*n dasar tidak berguna?!! bagaimana bisa kalian lengah hanya untuk menjaga seorang anak kecil hah" bentak Zucca marah besar kepada para bawahan nya.

"Ampuni kami, Tuan. Kami lengah menjaga Tuan Muda, kami pantas mendapatkan hukuman" ucap salah satu dari mereka dengan menempelkan jidat nya di lantai marmer yang dingin.

"MATI PUN PANTAS UNTUK KALIAN" bentak Zucca kembali.

"T-tuan saya sempat melihat ada sebuah lambang burung Phoenix hitam di jubah orang-orang yang membawa Tuan Muda Athar" ucap suster yang merawat Athar.

"Felix!!" geram Zucca lalu pergi begitu saja.

...°•°•°•°...

...cukup sekian dulu lanjut besok lusa ya...

...thank you and see you❤️...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!