Akhirnya setelah hari yang panjang itu, Vanka bisa beristirahat di kamar nya yang terbilang super duper mewah untuk kelas seorang pelayan biasa. Entah apa yang ada di dalam otak bos itu, sehingga dengan mudah menempatkan Vanka disana.
"Semoga keapesan gue hari ini cukup sampe sini, besok gue berharap gak ada problem" gumam Vanka menggunkan bahasa dari tanah kelahiran nya.
Setelah mengucapkan kata itu, Vanka pun tertidur dengan pakaian tidur yang terbilang terbuka itu. Memang, saat tidur Vanka lebih suka menggunakan pakaian yang sedikit terbuka dan simpel untuk kenyamanan tidurnya.
...°•°•°•°...
Di tempat lain, disebuah ruangan minim cahaya dengan bau khas daun mint yang sangat menenangkan. Seorang pria terduduk di atas kursi kebesaran nya sambil menggenggam secangkir minuman keras yang sudah ia tenggak sendari tadi.
"Kamu sudah menemukan nya?" tanya sosok pria tadi.
"Be-belum, Tuan" ucap sang tangan kanan yang sendari tadi menuangkan minuman keras pada cangkir pria itu.
"Cari dia apapun dan bagaimanapun caranya. Pastikan besok pagi saat mataku terbuka, aku sudah mendengar dimana posisi nya" perintah pria itu.
"Baik Tuan"
"Pergilah, aku ingin menyendiri" titah nya kembali yang langsung dituruti sang tangan kanan.
"Dimana pun kamu berada sekalipun di ujung dunia, aku pasti akan menemukan mu" gumam pria itu sambil tersenyum semirik sebelum dirinya menengguk wine dari botol sampai tandas.
...°•°•°•°...
Tak terasa waktu berjalan begitu cepat, pagi tiba-tiba sudah datang. Mengharuskan gadis yang masih terlelap itu lekas bangun dan mulai menjalankan tugas menjadi seorang pelayan.
Satu hal yang membuat Vanka kesal. Saat ini dia belum tau apa saja tugas nya, padahal kemarin Bryan berjanji akan menjelaskan, tapi sampai sekarang dia belum menjelaskan apapun.
Vanka bergegas mandi dan bersiap-siap. Tak membutuhkan waktu lama, Vanka pun telah rapi menggunakan pakaian pelayanan nya. Dan kini ia berniat mencari Bryan untuk menanyakan apa saja tugas nya.
Tapi baru saja ingin mengetuk pintu besar di hadapan nya itu. Suara lembut menghentikan niatnya itu.
"Vanka, sedang apa kamu di depan pintu kamar Bryan?" tanya Nyonya Luchifer, Lily.
"Ah Nyonya. Saya hanya ingin menanyakan tugas-tugas saya kepada Tuan Bryan" jawab Vanka jujur.
"Ohh... tidak usah menanyakan pada nya, saya sendiri yang akan menjelaskan nya. Ayo ikut saya" ajak Nyonya Lily.
Tangan Vanka ditarik lembut, mereka menaiki tangga demi tangga yang di selimuti karpet berwarna merah yang sungguh kontras dengan warna ruangan yang kebanyakan berwarna putih.
Kini Vanka tersadar, dirinya berada di lantai lima. Yang konon katanya tidak bisa sembarang orang bisa menginjakkan kaki di atas keramik marmer di lantai lima itu.
"Apalagi ini, anj*r pala gue puyeng. Kenapa lagi gue bisa ada di lantai ini" batin Vanka.
Di lantai lima itu terasa sangat sepi, seakan menyimpan sejuta misteri. Warna putih yang dominan di lantai itu pun terkesan monoton walaupun diwaktu yang bersamaan itu terlihat sangat indah seakan melambangkan kesucian.
Tanpa sadar kini Vanka sudah masuk kedalam sebuah ruangan dengan pencahayaan yang minim, hanya terdapat lampu tidur berwarna kuning redup yang menyinari ruangan itu.
Nyonya Lily menyalakan lampu untuk memberantas segala kegelapan yang ada. Menampakkan ruangan yang begitu elegan dan jauh berbeda dengan warna luar ruangan itu. Ya ruangan itu dominan berwarna hitam.
"Nyonya-" ucap Vanka terpotong.
"Duduklah, saya akan menjelaskan pekerjaan mu" ucap Nyonya Lily menyuruh Vanka duduk di sofa yang terletak di pojok ruangan itu. Sementara dirinya tengah sibuk membuka tirai yang menghalangi cahaya hangat sang mentari untuk masuk ke dalam kamar tersebut. Saat selesai, dia pun duduk di sofa yang kini tengah di duduki oleh Vanka.
"Jadi apa pekerjaan saya, Nyonya?" tanya Vanka.
"Sebelum saya menjelaskan nya, saya ingin bertanya sesuatu. Berapa usia mu, Vanka? kau terlihat masih sangat imut untuk bekerja seperti ini" tanya Nyonya Lily.
Vanka terdiam, jika dia jujur perihal usia, apakah dirinya akan di tendang dari pekerjaan nya saat ini juga?
"Usia saya 16 tahun, Nyonya. Tapi Nyonya, saya menjamin diri saya sendiri bahwa usia tidak memengaruhi kinerja saya, Nyonya. Mohon Nyonya tidak memecat saya. Saya membutuhkan pekerjaan ini untuk berobat adik saya" mohon Vanka.
"Saya tidak akan memecat mu, karena bos atau Tuan asli mu bukan saya ataupun suami saya" ~Nyonya Lily.
"Maksud Nyonya?" ~Vanka.
"Baiklah Vanka. Disini kamu dipilih secara khusus untuk merawat anak kami, dia lumpuh. Jadi kami tidak bisa menunjuk sembarangan orang untuk menjaga nya. Tapi sekarang kami yakin dan percaya, kamu bisa menjaga nya" ~Nyonya Lily dengan senyum hangat nya.
"Kenapa Nyonya percaya pada saya semudah itu?" ~Vanka.
"Karena saya percaya. Vanka, saya mohon tolong terima ya" ~Nyonya Lily.
"Eh Nyonya, Nyonya tidak perlu memohon seperti ini. Sa-saya akan berusaha semaksimal mungkin untuk menjaga kepercayaan anda" ~Vanka gugup saat Nyonya Lily di depan nya ini memohon sambil memegang kedua tangan nya dengan erat.
Terlihat sebuah senyuman terbit di bibir wanita paruh baya yang masih terlihat sangat cantik itu, tapi tak bisa dipungkiri jauh di dalam benak nya ia sedikit khawatir Vanka berakhir seperti pelayanan sebelumnya.
"Tugas kamu disini hanya merawat dia dan membereskan kamar ini saja, apakah kamu mengerti?" tanya Nyonya Lily.
"Mengerti Nyonya" jawab Vanka.
"Ya sudah, saya pergi dulu ya, saya percayakan anak saya pada mu. Em... tolong lebih bersabar saat bersamanya"
Setelah mengucapkan itu, Nyonya Lily pergi meninggalkan Vanka sendirian di ruangan itu. Ah salah, dia tidak sendirian, ada anak dari Nyonya Lily yang harus ia urus.
Tapi sendari dia tiba di ruangan ini dia sama sekali tidak menemukan tanda-tanda kemunculan orang tersebut, benak nya bertanya kemanakah orang itu.
"Ck mudah sekali" batin Vanka mengandung arti yang hanya bisa diterjemahkan oleh dirinya sendiri.
Dari pada hanya duduk diam saja, kini Vanka mulai bergerak membersihkan kamar itu. Sebenarnya tak banyak yang ia lakukan karena memang kamar itu sudah rapi dan bersih.
Brukkk...
Samar-samar Vanka mendengar benda terjatuh di sekitar nya itu, ia yang penasaran sekaligus khawatir pun langsung menghampiri asal suara.
Sejenak ia berhenti di depan sebuah pintu yang tertutup rapat, ternyata ada ruangan lagi di kamar itu. Ragu-ragu ia membuka pintu tersebut dan menemukan sebuah ruangan yang sangat porak poranda bak habis diterpa badai.
Di lantai itu pun tergeletak seorang pria tepat di sebelah kursi rodanya yang ikut mengglimpang.
"Astaga, Tuan?!" kejut Vanka.
Buru-buru ia menghampiri pria yang tengah pingsan itu dan mengecek kondisinya, "Syukurlah hanya pingsan, tapi. Aku harus membawa nya ke kasur terlebih dahulu" ucap Vanka.
Dengan susah payah, Vanka membawa tubuh itu ke atas kursi roda untuk memudahkan nya membawa menuju tempat tidur
...°•°•°•°...
...up kembali tanggal 16 Juli ...
...mau fokus ke Queen Mafia dulu 🙏🏻...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 29 Episodes
Comments