“Sebentar lagi kita ada kegiatan, classmeet dan bulan bahasa jadi gue harap kerja sama kalian buat mensukseskan acara ini,” ucapan yang penuh ketegasan dari Alister kini memenuhi ruangan OSIS.
“Pembagian tugas akan di sampaikan oleh Januar. Kalian juga udah tau jabatan kalian kan, jadi silahkan di koordinir sama Januar, gue, dan Hana, Tio, dan Sano. Untuk kebutuhan finansial silahkan kalian bahas sama Maura dan Kirana,” tegas Alister lagi pada teman-teman anggota OSIS nya.
“Sorry hari ini gue gak bisa lama-lama jadi bisa kalian bahas lebih lanjut dan akan dikoordinir sama Januar. Gue izin pergi duluan karena ada yang harus gue urus,” ucap Alister lalu ia segera pergi dari sana. Sebelum pergi ia menepuk pundak Januar meminta Januar membantunya, Januar tersenyum sambil menganggukkan kepalanya.
Alister dengan langkah tegas nya kini segera menuju ke arah parkiran untuk mengambil mobilnya. Hari ini ia berjanji pada Aruna untuk menjemput nya terapi. Alister melihat jam di tangannya, sebentar lagi Aruna sudah akan pulang terapi jadi ia terburu-buru melajukan mobilnya untuk menuju ke arah rumah sakit. Tak ingin membuat Aruna menunggu lama.
Tepat saat Alister sampai di depan rumah sakit kini terlihat Aruna dan Ibu nya yang berjalan keluar. Senyumannya mengembang melihat Aruna dengan bantuan Ibu nya kini berjalan dengan tongkat nya.
Sudah satu bulan ini Aruna memang sudah diizinkan menggunakan tongkat karena perkembangannya yang perlahan membaik. Alister tentu saja merasa senang karena kini akhirnya Aruna bisa pulih. Apalagi proses pemulihan Aruna yang tergolong cepat.
Alister segera keluar dari mobilnya lalu berlari ke arah Aruna dan membantu Aruna untuk masuk ke dalam mobil nya. Aruna dan Casia kini berada di belakang bagian penumpang.
“Berasa pak supir,” keluah Alister saat kini ia sudah masuk ke dalam mobil.
“Gak usah banyak proses, ayo buruan,” tegas Casia yang membuat Alister hanya berdecih mendengarnya. Aruna kini hanya menggelengkan kepalanya mendengarkan pertengkaran antara Ibu dan Anak tersebut.
“Mau mampir dulu?” tanya Alister sambil melihat ke arah spion tengah mobil nya melihat kedua perempuan berbeda usia tersebut.
“Langsung pulang aja deh Kak,” ucap Aruna yang Alister balas dengan anggukan.
Suara dering dari ponsel Alister membuat Alister dengan segera menyembunyikan ponselnya pada mobilnya. Hingga terlihatlah nama Januar yang berada di sana. Alister dengan segera menjawab nya.
“Kenapa Jan?” tanya Alister saat ia sudah menjawab telepon tersebut.
“Lo ada di rumah? Gue sama anggota inti OSIS mau ke rumah lo, ada yang perlu dibahas,” ucap Januar di seberang sana.
“Ya udah dateng aja, gue lagi di jalan bentar lagi sampe,” jawab Alister.
“Oke gue sama yang lain otw,” ucap nya. Tanpa menjawabnya Alister segera menutup panggilan tersebut.
“Temen kamu mau ke rumah?” tanya Casia pada Alister.
“Iya Bun, anggota OSIS paling jga mau bahas kegiatan yang bentar lagi mau di gelar,” jelas Alister yang Casia balas dengan anggukan.
“Gimana tadi terapi nya?” tanya Alister pada Aruna sambil menatap gadis tersebut dengan tatapan le,baut nya.
“Lancar dong kak. Aku berharap banget bisa cepet pulih,” ucap Aruna dengan senyumannya yang membuat Aruna membalas senyuman Aruna dan menganggukkan kepalanya.
Tak lama mereka akhirnya sampai di depan rumah Alister. Dan terlihat mobil dan motor yang kini terparkir di depan rumah nya. Bisa ditebak jika anggota nya kini sudah datang. Casia lebih dulu keluar untuk mengambil tongkat milik Aruna. Sedangkan Alister kini segera keluar dan menuju ke arah Aruna lalu menggendong Aruna.
“Aku mau jalan aja kak,” protes Aruna yang sama sekali tidak di pedulikan oleh Alister yang tetap saja menggendongnya ala bridal style dan membawa nya memasuki rumah mereka. Casia yang melihat nya hanya tersenyum sambil menggelengkan kepalanya melihat tingkah anaknya itu.
Saat mereka sampai di ruang tamu ternyata kini sudah ada teman-teman Alister yang tampak terkejut melihat kedatangan Alister yang menggendong Aruna.
Hingga kini keenam orang yang berada di sana yang masih membeku di tempat nya juga terkejut tersebut di sadar kan oleh ucapan Casia.
“Eh ada temennya Alister?” tanya Casia dengan begitu bersemangat nya dan tersenyum begitu ramai yang membuat keenam orang tersebut kini dengan segera menyalami tangan Casia.
“Tunggu bentar ya, gue ke kamar dulu,” ucap Alister lalu segera menuju ke arah Lift dan menuju ke arah kamar Aruna. Aruna kini rasanya begitu malu berada dalam gendongan Alister, hingga ia menyembunyikan wajah nya dalam dada Alister karena terlalu malu.
“Tante buat minum dulu kalian santai aja,” ucap Casia lalu setelah nya ia segera menuju ke arah kamar Aruna untuk memberikan tongkat gadis tersebut. Setelahnya ia baru menuju ke arah dapur untuk membuatkan minuman untuk tamu Alister.
Disisi lain kini Alister membantu Aruna untuk duduk di ranjang nya. Hingga tak lama Casia masuk dan meletakkan tongkat milik Aruna di dekat gadis tersebut.
“Kakak turun dulu ya. Kalau butuh sesuatu panggil pelayan yang di depan kamar kamu ya!” ucap Alister yang Aruna balas dengan anggukan.
“Bunda juga turun dulu ya, nanti bunda bawain makanan buat kamu,” ucap Casia yang Aruna balas dengan anggukan.
Alister dan keluarga nya benar-benar memperlakukannya dengan begitu baik. Bahkan mereka juga meminta pelayan selalu berada di depan kamar Aruna saat tak ada Alister atau Casia yang menjaga nya.
Setelah kepergian Alister dan Casia, Aruna segera mengambil tongkat milik nya lalu berjalan ke arah balkon kamar nya dan memilih untuk duduk di sofa yang sudah berada di sana sambil menikmati pemandangan di depannya.
Entah kenapa rasanya kini Aruna tak tenang melihat ada perempuan yang berada di bawah. Ia tak pernah melihat Alister dekat dengan perempuan jadi saat melihat ada perempuan di lingkungan Alister kini ia merasa khawatir. Tidak, ia menolak untuk cemburu. Jadi ia mengatakan jika hatinya tak tenang.
Dengan helaan nafas kasar nya kini Aruna memilih menuju ke arah ruang CCTV yang berada di lantai tiga rumah tersebut.
“Nona mau kemana?” tanya pelayar yang berjaga di depan kamar Aruna.
“Aku mau ke ruang atas bentar Bi. Nanti kalau ada Bunda bilang aja makannya tarok dalem, Bibi gak usah ikut aku mau sendiri aja,” ucap Aruna lalu segera pergi dari sana. Sang pelayan sudah akan protes namun kini Aruna malah sudah pergi.
Saat berada di ruang pengawas Aruna segera mengetuk pintu lalu masuk ke ruangan tersebut yang kini ada dua penjaga yang berjaga dan melihat CCTV tersebut.
“Nona, nona ngapain di sini?” tanya salah satu dari mereka saat melihat keberadaan Aruna yang kini berada di sana.
“Gak papa Pak, gabut aja. Lanjut aja pak, Aruna boleh pinjem satu kursi nya?” tanya Aruna yang dijawab dengan anggukan dan segera mengambilkan Kursi untuk Aruna duduk.
Tatapannya kini terus saja tertuju pada CCTV yang menampilkan ruang tamu di rumah nya.
“Ngeliatin Den Alister ya Non?” tanya salah satu penjaga yang kini menggoda Aruna.
“Enggak kok, orang gabut doang,” ucap Aruna dengan wajah cemberut ya yang membuat sang penjaga kini menggelengkan kepalanya. Padahal begitu jelas terlihat jika Aruna kini terus saja menatap Alister dengan tatapan tajam nya. Memperhatikan semua gerak gerik Alister yang kini begitu serius membahas masalah OSIS bersama dengan teman-temannya.
Dan ada satu gadis yang kini membuat Aruna kesal karena gadis tersebut terus saja melihat ke arah Alister dengan tatapan memuja nya. Bahkan sesekali gadis tersebut tampak mendekati Alister.
“Gak tau malu, ish,” kesal Aruna yang membuat penjaga di sana mengulum senyum nya melihat tingkah dari anak angkat majikannya itu.
“Pak Aruna pinjem ponselnya dong,” ucap Aruna pada penjaga tersebut yang segera memberikan ponselnya pada Aruna.
Dengan kekesalannya kini Aruna menelpon Alister beruntung ia menghafal nomor Alister dan di ponsel penjaga itu pun ada nomor Alister.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 107 Episodes
Comments