Selama proses penyembuhan Aruna dan terapi yang dijalani Aruna Alster sama sekali tidak pernah meninggalkan gadis tersebut. Laki-laki tersebut lah yang selalu ada untuk Aruna, menemani dan memberikan semangat untuk Aruna. Di saat Aruna lelah dengan terapi yang dijalani nya, Alister selalu memberikannya pelukan dan menjadi penenang untuk nya.
Seperti saat ini. Aruna tak pernah merasa begitu lelah menjadi terapi nya selama ini, ia selalu bersemangat untuk sembuh. Namun kali ini ia bener-benar merasa begitu lelah dengan keadannya.
Tangisnya pecah saat ia tengah terapi untuk bisa berjalan kembali. Kini ia sudah terduduk di tangga tempat nya berlatih berjalan dengan Alister yang kini berada di depannya sambil menggenggam tangannya.
“Hey kenapa nangis hm?” tanya Alister dengan begitu lembut sambil menggenggam tangan Aruna dengan begitu lembut. Namun Aruna hanya diam saja dan menumpahkan tangis nya. Alister menghembuskan nafasnya kasar sambil memeluk Aruna membiarkan gadis tersebut menangis dalam pelukannya.
Ia mengisyaratkan dokter juga perawat yang menemani Aruna terapi untuk keluar terlebih dulu dan memberikan mereka waktu.
“Capek ya?” tanya Alister yang kali ini dijawab dengan anggukan oleh Aruna. Ia benar-benar lelah dengan terapi yang selama ini Aruna sebut sebagai sebuah pertarungan jangka panjang.
“Gak papa kalau capek kita istirahat dulu ya,” ucap Alister dengan begitu menenangkan sambil mengelus puncak kepala Aruna dengan begitu lembut.
“Kakak ngerti kamu pasti capek. Tapi perjuangan kita udah sejauh ini untuk kamu nyerah. Kondisi kamu udah sembuh 70 persen, hanya tiga puluh persen lagi, perjuangan kita akan berakhir. Sebentar lagi, tunggu sebentar lagi hm. Kita tahan sebentar lagi saja dan semua akan membaik,” ucap Alister yang terus menenangkan Aruna. Ia mungkin hanya bisa berbicara namun yang menjalani nya adalah Aruna ia tak benar-benar tahu apa yang Aruna rasakan.
“Kakak akan terus disini nemenin kamu. Kakak gak akan pergi. Kita jalani ini bersama ya?” pinta Alister. Aruna mengatur nafas nya lalu menganggukkan kepalanya. Alister tersenyum lalu melepaskan pelukan mereka.
Alister kini tersenyum dengan begitu menenangkan sambil menggenggam tangan Aruan dengan begitu lembut nya.
“Kakak percaya kamu bisa melewati semua ini. Sedikit lagi kita akan berada di garis akhir. Kakak akan temani kamu sampai akhir, ok?” pinta Alister yang dijawab dengan anggukan oleh Aruna.
“Kita sekarang pulang dulu ya, latihannya di lanjut besok?” tukas Alister namun Aruna segera menjawab dengan gelengan. Tidak ia tidak bisa untuk menunda ini karena dengan begitu ia hanya akan menunda kesembuhannya saja.
“Kita…lanjut saja,” ucap Aruna dengan sedikit terbata. Walau sekarang bicaranya masih ada beberapa kata yang membuat nya terbata namun perkembangannya sudah begitu baik. Ia sudah bisa berbicara lebih panjang dari sebelum nya. Ia bisa berbicara banyak hal dan semua ini berkat Alister yang selalu menemani nya.
“Ok kalau kamu mau kita lanjut, kita latihan sebentar lagi ok?” tanya Alister yang dijawab dengan anggukan oleh Aruna. Senyuman Alister terlihat lalu ia mengelus puncak kepala gadis di depannya itu sayang.
Setelah nya Alister segera meminta perawat dan dokter untuk segera masuk dan mulai melatih Aruna.
Selama berlatih Aruna kini tampak begitu semangat. Alister yang melihat nya tersenyum dengan begitu indahnya. Setelah selesai berlatih Alister segera menghampirinya lalu membantu Aruna menuju ke arah kursi roda nya.
“Mau langsung pulang?” tanya Alister yang kini dijawab dengan anggukan oleh Aruna.
“Ok kita pulang,” ucap Alister lalu setelah nya ia segera membawa Aruna untuk pulang. Karena sudah beberapa bulan yang lalu Aruna diperbolehkan untuk pulang dan rawat jalan. Kontrol setiap dua minggu sekali juga terapi yang tidak ada libur nya. Rasanya begitu lelah untuk Aruna.
Bahkan kini saat berada di dalam mobil gadis tersebut langsung tertidur karena terlalu lelah. Alister yang melihat hal tersebut hanya tersenyum sambil mengelus puncak kepala gadis yang dicintainya itu sayang.
***
Alister kini tengah berada di ruang keluarga menemani Aruni belajar. Gadis tersebut kini berada di kelas dua semester satu SMA. Aruna yang tak ingin tertinggal sekolah nya memutuskan untuk mulai bersekolah dengan home schooling.
“Kakak ambil minum dulu ya, kamu lanjut aja baca nya,” perintah Alister yang Aruna balas dengan anggukan. Alister kini segera berjalan ke arah dapur untuk mengambil minuman untuk nya juga untuk Aruna.
Saat tengah mengambil air. Alister tak sengaja bertemu dengan Ibu nya yang juga berada di dapur.
“Loh mau ngapain nak?” tanya Casia pada anaknya tersebut dengan menaikkan sebelah alisnya bingung.
“Ambil minum Bun,” ucap Alister mengambil dua gelas kosong yang diisi dengan jus jeruk.
“Gak mau bilang Bunda. Biar Bunda yang ambilin,” protes Casia pada anaknya yang hanya tersenyum sambil menggelengkan kepalanya.
“Udah lah Bun,” ucap Alister sambil mengelus tangan Ibu nya.
“Besok kamu ada pemilihan osis kan? Biar besok Bunda yang anter Aruna untuk cek up, mulai sekarang kalau kamu sibuk jangan terlalu memaksa untuk meluangkan waktu, ada Bunda dan Papa yang jagain Aruna,” peringat Casia pada anaknya tersebut yang kini menghembuskan nafasnya kasar.
“Apa Alister mengundurkan diri aja Bun? Alister gak tega kalau Aruna gak ada temennya,” ucap Alister dengan pertimbangannya. Casia menghembuskan, ia mengerti jika anaknya mengkhawatirkan Aruna karena selama ini ia lah yang selalu ada untuk Aruna.
“Aruna gak mau kalau ka…kak harus mengorbankan apa yang kakak i…nginkan sedari dulu harus hancur karena aku,” ucap Aruna yang tiba-tiba saja datang. Alister yang mendengar ucapan tersebut sontak menoleh dan mendapi Aruna dengan kursi roda nya yang kini berada tak jauh dari mereka.
“Aruna ada Bunda yang ja…gain,” ucap Aruna yang di jawab dengan anggukan dan senyuman oleh Casia. Casia kini berjalan ke arah Aruna lalu mengelus pundak gadis tersebut.
“Kamu gak perlu khawatir, kalau kamu nanti jadi ketua osis dan akhirnya sibuk. Bunda akan selalu nemenin dan jagain Aruna,” ucap Casia yang di jawab dengan anggukan oleh Aruna. Alister menghembuskan nafas nya kasar sambil menganggukkan kepalanya. Jika kini kedua perempuan yang ia sayangi itu sudah berkata demikian maka tak ada yang bisa ia lakukan selain menurut.
“Ok fine, tapi janji sama Kakak kamu harus semangat terapi nya dan harus cepet sembuh biar kamu bisa sekolah seperti biasanya,” ucap Alister dengan begitu tegas nya sambil mengelus puncak kepala gadis tersebut sayang.
“Udah kan? Sekarang kita balik buat belajar lagi ya,” ucap nya lalu setelah nya mereka segera menuju ke arah ruang tamu untuk melanjutkan kegiatan belajar mereka.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 107 Episodes
Comments