Alister kini tampak terburu-buru menuju ke arah kelas nya. Namun melihat lift yang saat ini penuh ia jadi malas untuk lewat lift. Akhirnya ia memutuskan untuk naik ke kelas nya yang berada di lantai dua menggunakan tangga.
Ia baru saja selesai untuk membicarakan tentang pelantikan osis yang akan dilaksanakan hari senin, empat hari lagi adalah pengangkatannya sebagai ketua OSIS jadi banyak yang harus ia persiapkan. Jadi ia tadi berangkat begitu pagi. Bahkan ia berangkat sebelum Aruna bangun.
Saat baru saja ia menaiki tangga. Ponselnya berdering. Alister segera memeriksa ponselnya dan ternyata ada panggilan dari Ibu nya. Alister tampak mengerutkan kening nya, namun akhirnya ia tetap menjawab panggilan tersebut.
“Halo kak,” sapa orang di seberang sana yang membuat Alister tersenyum senang mendengar orang yang menelponnya ternyata Aruna. Aruna kini memang belum memegang ponsel sendiri semenjak kecelakaan yang dialaminya. Jadilah setiap menelpon Alister atau kakek neneknya ia selalu meminta bantuan pada Casia.
“Iya cantik, kenapa?” tanya Alister dengan begitu lembut nya. Nada suara yang tak akan bisa didengar siapapun kecuali Aruna dan Casia.
“Hari ini aku m…mau ketemu dokter sama Mama. Aruna berdoa semoga jadwal latihan b…bicara nya bisa di kurangi. Kan bicara Aruna sudah lancar,” ucap Aruna yang membuat Alister terkekeh mendengar nya.
“Semoga aja ya. Aruna harus semangat. Inget apapun yang terjadi kakak akan selalu dukung Aruna,” ucap Alister yang membuat Aruna menganggukkan kepalanya dengan begitu semangat.
“Sekarang latihannya harus semangat ya. Kakak pengen Aruna cepet sembuh biar Aruna bisa beraktifitas kayak sebelum nya,” ucap Alister dengan permohonannya. Sembuh adalah kata yang begitu diharapkan oleh Aruna lebih dari apapun.
“Iya kak, Aruna berangkat dulu ya. Dah kakak, semangat sekolah nya,” ucap Aruna yang membuat Alister kini terkekeh melihat Aruna yang menelponnya hanya sekedar untuk melapor.
Dengan langkah tegas nya kini Alister berjalan menuju ke arah kelas nya IPA 1. Saat pintu kelas nya kini sudah terpampang di depannya. Alister tampak bingung melihat kehebohan sekolah yang sedari pagi di lihat nya kini kembali ia lihat di kelas nya.
Alister segera memasuki kelas nya dan menuju ke arah teman-temannya yang kini tengah bermain game online di ponsel nya.
“Ada apa pada rame?” tanya Alister pada sahabat nya yang kini sontak menoleh ke arah Alister.
“Itu katanya pada nemu akun medsos nya si Andra, anak IPS yang terkenal itu,” jawab Irgi yang paling tahu tentang keadaan sekolah nya. Meskipun ia tak mengetahui dengan jelas. Ia hanya mendengarnya dari teman kelas nya yang lain.
“Heboh banget,” ucap Alister sambil menggelengkan kepalanya lalu duduk di tempat nya.
“Iye kan, heran gue seheboh itu cuma karena nemu akun medsos. Apa kabar kalau akun medsos lo yang ketemu ye kan,” ucap Dery tampak mengalihkan pandangannya dari ponsel di depannya.
“Gue emang gak punya,” sungut Alister pada sahabat nya itu yang kini tampak serius. Bahkan Dery sampai meletakkan ponselnya dan kini menatap serius ke arah Alister.
“Lo gak ada niatan mau bikin?” tanya Dery yang di jawab dengan gelengan dengan begitu santai nya oleh Alister.
“Buat apa?” tanya Alister dengan mengerutkan kening nya.
“Ini sangat diperlukan Alister. Lo bisa lebih update dan juga ini butuh loh pas kuliah nanti,” ucap Dery dengan begitu heboh nya.
“Kalau Aruna punya gak?” tanya Vian dengan begitu antusias nya. Sepertinya laki-laki tersebut sulit untuk mengabaikan kecantikan Aruna.
“Punya,” jawab Alister singkat. Ketiga sahabat nya yang mendengar nya kini sontak mencondongkan tubuh nya untuk bisa mendengar lebih jelas nama akun media sosial milik Aruna.
“Punya gue,” ucap Alister singkat yang membuat sahabat nya kini hanya bersungut kesal mendengar nya. Mereka bahkan sudah begitu serius mendengarkannya namun Alister malah mengatakan hal yang membuat mereka kesal.
“Gue udah nungguin padahal,” kesal Irgi yang kini diabaikan oleh Alister. Laki-laki tersebut lebih memilih untuk membuka buku pelajaran pertama nya.
“Btw ya Tar. Sorry nih gue nanya begini. Kalau boleh tau nih ya,” ucap Irgi dengan terlalu banyak basa basi nya.
“Inti nya?” tanya Alister yang sudah tak sabaran menunggu pertanyaan dari sahabat nya itu.
“Aruna bisa begitu kenapa ya?” tanya Irgi dengan hati-hati. Mendengar pertanyaan Irgi kini Alister menghentikan aktivitasnya.
Sebenar nya sahabat nya itu sudah begitu penasaran sejak kemarin namun mereka tak enak menanyakannya takut jika tiba-tiba Aruna atau orang tua Alister datang dan mendengar nya.
“Kecelakaan,” jawab Alister dengan wajah datar nya. Sebuah jawaban singkat yang merupakan penegas jika Alister tak ingin membahas nya lebih panjang lagi. Sahabatnya yang mengerti akhirnya hanya menganggukkan kepalanya. Ia cukup tau jika Aruna mengalami kecelakan.
Alister kini memilih untuk melanjutkan kegiatannya membawa buku. Keadaan tiba-tiba saja menjadi hening di antara mereka.
“Gak usah di pikirin, gue gak papa,” ucap Alister memecah keheningan tersebut. Ia mengerti jika sahabat nya kini merasa tak enak dengannya.
Akhirnya setelah mendengar ucapan Alister mereka bisa bernafas dengan lega dan melanjutkan kehebohan mereka untuk bermain.
“Eh btw hari minggu main futsal yuk? Kalian pada gak sibuk kan?” tawar Vian dengan begitu semangat nya.
“Gue gak bisa, gue mau ajak Aruna jalan,” tolak Alister yang membuat sahabat nya kini menganggukkan kepalanya mengerti.
“Kalian gimana?” tanya Vian pada kedua sahabat nya lain.
“Boleh aja sih, ajakin yang lain juga lah sekalian cari lawan,” ucap Dery yang dijawab dengan anggukan setuju oleh Irgi.
“Gampang lah itu nanti,” ucap Vian.
Setelah nya mereka terus melanjutkan acara bermain mereka sambil bercengkrama bersama. Hingga tak lama akhirnya guru yang mengajar di kelas mereka datang. Atensi semua murid sontak tertuju pada guru tersebut begitu pun dengan Alister yang kini tampak serius memperhatikan pembelajaran di depannya.
***
Aruna kini tengah menatap Dokter terapi di depannya dengan tatapan serius nya. Menunggu keputusan dokter untuk menurunkan frekuensi terapi bicara Aruna. Dokter tersebut kini tampak melihat nilai dari kecakapan gadis tersebut.
“Semua nya sudah membaik. Dan bicara pun kini Aruna sudah banyak perkembangan. Aruna berkembang dengan cepat,” ucap Dokter tersebut yang membuat Aruna dan Casia kini tersenyum senang mendengar nya.
“Kalau begitu kita kurangi jadwal latihannya menjadi sepuluh hari sekali ya,” ucap Dokter tersebut yang membuat Aruna mengangguk dengan begitu semangat nya.
“Dokter, terima kasih sudah banyak membantu kami,” ucap Casia pada Dokter wanita di depanya.
“Harusnya saya yang berterima kasih pada Aruna yang mudah bersemangat,” ucap Sang Dokter membuat Aruna merasa senang dengan pujiannya.
“Baiklah kita atur jadwal latihannya sepuluh hari sekali ya,” ucap sang Dokter.
“terima kasih banyak dokter,” ucap Casia lalu setelahnya ia segera membawa putrinya itu untuk keluar dari ruang latihan dan menuju ke arah rumah mereka.
Aruna rasanya kini begitu senang ia tak sabar untuk memberitahu kabar bahagia ini pada Alister.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 107 Episodes
Comments