“Bisa angkat tangan kanan mu?” pertanyaan tersebut lah yang berhasil Aruna dengar saat ia berusaha untuk membuka matanya. Suara laki-laki yang kini mengalun begitu lembut di telinga nya. Namun matanya seolah enggan untuk terbuka.
Namun ia merasa bisa untuk mengangkat tangan kanannya sesuai dengan permintaan dari laki-laki tersebut, walau ia tak bisa untuk mengangkat nya terlalu.
“Dokter!” suara teriakan dari laki-laki yang memanggil dokter tersebut akhirnya yang terakhir ia dengar. Tak ada lagi suara yang dapat ia dengar setelah nya. Aruna bisa merasakan kesadarannya mulai kembali. Namun membuka matanya masih sulit untuk saat ini.
Bahkan Aruna dapat merasakan ada nya benda asing dalam mulut nya. Hingga perlahan akhirnya setelah berusaha begitu keras. Ia dapat membuka matanya. Bersamaan dengan dokter yang datang ke ruangannya untuk memeriksa Aruna.
Di luar ruangan. Kini Casia tampak menggenggam tangan putra nya dengan begitu erat. Melihat Dokter Residen yang selama ini menjaga anak nya di IGD kini berlari dengan terburu-buru mengambil telepon dan seperti tengah menelepon Dokter utama.
“Aruna akan baik-baik saja kan Alister?” Casia kini memejamkan matanya menggenggam tangan Alister dengan begitu erat nya. Ia begitu takut terjadi sesuatu yang buruk pada anaknya tersebut.
“Semua akan baik-baik saja Ma. Casia akan baik-baik saja,” ucap Alister yang kini berusaha untuk menenangkan Ibu nya tersebut.
Casia memejamkan matanya. Sampai akhirnya seorang Dokter yang menangani anaknya kini keluar dari ruang IGD dan menghampiri mereka.
“Apa yang terjadi Dokter? Apa anak saya baik-baik saja?” tanya Casia yang langsung menyambar Dokter tersebut dengan pertanyaannya.
“Kali ini Anda harus berbahagia. Karena akhirnya Pasien kini membuka matanya,” ucapan Dokter tersebut kini membuat Casia dan Alister tampak terkejut. Casia kini tampak begitu lemas. Kini akhirnya yang mereka tunggu telah terjadi.
“Anda mengatakan yang sebenarnya Dokter?” tanya Alister dengan tatapan penuh harap nya jika kali ini ia tak bermimpi. Dokter tersebut tersenyum sambil menganggukkan kepalanya.
“Kami akan memeriksa dan memastikan sampai malam ini. Jika malam ini semua nya baik-baik saja. Besok pasien bisa untuk di pindah ke ruangannya,” ucap Dokter tersebut yang membuat mereka kini dapat bernafas dengan lega.
“Terima kasih Dokter. Terima kasih atas kerja kerasnya selama ini,” ucap Casia pada Dokter di depannya itu yang kini tersenyum.
“Semua ini juga berkat kalian yang tak pernah putus mendoakan Aruna,” ucap Dokter laki-laki tersebut.
“Dokter, terima kasih karena sudah selalu menemani dan menjaga Aruna,” ucap Casia pada Dokter residen yang selalu menamni anak nya tersebut.
“Tentu Bu,” ucap Dokter residen laki-laki tersebut.
Setelah mereka saling berbincang dengan ringan kini akhirnya dokter tersebut segera pergi dari sana. Dan sesuai dengan ucapan Dokter tersebut malam ini Aruna masih berada di sana hingga dipastikan jika semuanya membaik.
***
Aruna kini terus saja menatap ke arah luar jendela. Ia baru saja dipindahkan ke ruangannya sendiri. Namun sedari mereka berada di ruangan tersebut. Aruna sama sekali tidak membuka matanya. Tatapannya hanya fokus melihat ke luar jendela.
Alister dan Casia kini tengah merapikan barang milik mereka di ruangan tersebut. Mereka tak tahu berapa lama mereka berada di sana namun kini mereka sudah membawa banyak barang yang mereka letakkan di ruangan naratama.
Alister kini berjalan ke arah Aruna. Saat di lihat nya gadis yang begitu ia sayangi tersebut hanya melihat ke luar jendela.
“Aruna, kamu lagi mikirin apa?” pertanyaan tersebut begitu lembut mengalun di telinga Aruna. Namun gadis tersebut hanya diam dan melihat ke luar jendela yang kini tampak begitu asing.
“Kamu mikirin pacar kamu yang tidak bertanggung jawab itu?” pertanyaan tersebut kini berhasil menarik perhatian Aruna, hingga gadis tersebut mengalihkan perhatiannya pada Alister dan menatap kakak nya itu dengan penuh tanda tanya. Mengapa kakak nya mengatakan jika Kai adalah laki-laki yang tidak bertanggung jawab? Apa karena ia yang tidak memakai helm? Padahal saat itu semua karena dirinya yang memaksa Kai untuk mengizinkannya membuka helm.
Dan kini ia malah merasa khawatir dengan Kai. Apa yang terjadi pada Kai saat kecelakaan tersebut. Karena hingga kini ia belum melihat kekasih nya tersebut. Ia begitu takut terjadi sesuatu pada Kai.
“Pacar kamu melarikan diri. Bahkan saat kita sampai di rumah sakit dia sudah melarikan diri. Dia sangat pengecut dan tidak bertanggung jawab. Melihat keadaanmu yang mengenaskan bahkan sama sekali tidak membuat nya Iba, dia malah pergi dan melarikan diri,” papar Alister menyampaikan tentang kekasih adik angkat nya yang tak iab ketahui siapa namanya itu. Karena Aruna memang tak pernah memperkenalkan kekasih nya itu pada keluarga nya.
Aruna yang mendengar ucapan dari kakak angkat nya tersebut kini terdiam. Tampak terkejut sekaligus tak percaya mendengar hal tersebut. Aruna hanya menggelengkan kepalanya dengan mata nya yang kini mulai berkaca-kaca.
“Kakak mengatakan yang sebenar nya Aruna. Apa kamu sekarang melihat keberadaannya? Tidak bukan? Dia baik-baik saja saat kecelakaan waktu itu. Papa juga sudah mendatangi rumah nya, tapi rumah nya kosong. Dia melarikan diri ke tempat yang bahkan kita tidak tahu di mana, dia udah gak cinta lagi sama kamu,” ketus Alister. Semua penjelasan kakak nya itu kini berhasil membuat tangis Aruna pecah. Ia ingin tak percaya dengan ucapan Alister. Namun ia tahu Alister tak mungkin membohongi nya.
Ingin sekali rasanya Aruna menolak fakta tersebut namun ia tak bisa. Kini hanya air matanya yang bisa menjelaskan betapa hancurnya ia saat ini.
“Kenapa hanya diam Aruna?” tanya Alister. Casia yang mendengar ucapan anaknya tersebut segera menuju ke arah Aruna lalu menggenggam tangan Aruna dengan begitu erat nya.
“Aruna,” panggil Casia pada Aruna. Namun Aruna sama sekali tidak menjawab. Ia hanya diam saja sambil menangis. Melihat hal tersebut Casia menjadi begitu tak tega pada gadis tersebut.
“Bunda tau, pasti ini sulit untuk Aruna. Tapi apa yang Alister katakan itu benar adanya. Kekasih kamu melarikan diri nak,” tegas Casia yang kini mendukung ucapan Alister. Aruna memejamkan matanya menahan sesak yang kini menggumpal di dada nya.
“Semua pasti sulit untuk kamu nak. Tapi Bunda mohon, perlahan kamu harus melupakan dia. Kita akan memulai hidup baru ditempat yang baru hm,” ucap Casia sambil menggenggam tangan Aruna dan mengelus nya dengan begitu lembut.
“Bunda sama Alister keluar dulu ya cari makan. Kamu pasti perlu waktu untuk menenangkan diri,” ucap Casia lalu mengajak anaknya itu untuk keluar. Namun saat sampai di depan ruangan Aruna mereka menghentikan langkah nya.
“Bunda tunggu di sini ya. Kamu makan dulu, kita gantian jagain Aruna,” pinta Casia. Ia jelas tak tega meninggalkan Aruna benar-benar sendiri dalam keadaan seperti ini. Ia hanya ingin memberikan waktu untuk Aruna menenangkan dirinya.
Alister menghembuskan nafas nya sambil menganggukkan kepalanya mendengar ucapan Ibu nya tersebut. Setelah nya ia segera pergi dari sana untuk mencari makan.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 107 Episodes
Comments