Ruang kamar
Kikan yang bersemangat akan kehadiran Inara, lantas terlihat begitu sibuk menyiapkan segalanya. Dilihatnya beberapa pakaian yang baru saja di belikan Alvaro untuk Inara dan juga dirinya, membuat seulas senyum tak lama terlihat terbit dari raut wajahnya saat itu.
"Lihatlah, bukankah suami kita sungguh manis? Dia bahkan membelikan kita baju dengan model yang sama walau dengan warna yang berbeda. Aku tidak sabar untuk memakainya bersama dengan mu pasti akan terlihat begitu cantik, bukan?" ucap Kikan dengan senyum yang mengembang sambil mengangkat kedua baju tersebut, membuat Inara semakin merasa bersalah kepadanya.
Inara yang di kasih tunjuk baju dress tersebut hanya bisa tersenyum dengan kaku, seakan bingung harus berekspresi apa ketika Kikan mulai mengatakan dan membahas tentang sesuatu.
"Oh ya untuk nanti malam aku sudah menyiapkan baju spesial untuk mu, berikan Alvaro pelayanan yang memuaskan, ya? Kami berdua sudah perang dingin cukup lama, aku yakin Alvaro pasti membutuhkan sebuah kehangatan." ucap Kikan dengan raut wajah yang bahagia namun perlahan-lahan berubah menjadi sendu.
Melihat raut wajah sendu milik Kikan, lantas membuat Inara bangkit dari tempat tidurnya dan melangkahkan kakinya mendekat ke arah dimana Kikan berada.
"Apa kamu sungguh baik-baik saja mbak? Jika mbak mengatakan kepada saya untuk pergi sekali saja saya akan langsung pergi. Jujur pernikahan saya dan juga mas Alvaro terjadi karena sebuah kesalahpahaman dan saya rela jika harus langsung di jatuhi talak oleh mas Alvaro agar membebaskannya dari tanggung jawabnya." ucap Inara dengan nada yang merasa bersalah akan segala hal yang telah terjadi.
"Apa yang kamu katakan? Ini adalah permintaan pribadi saya kamu tak perlu merisaukan apapun. Soal perasaan tidak rela itu pasti ada di setiap hati perempuan yang di madu, tapi saya yakin saya siap menerima konsekuensinya." ucap Kikan seakan langsung membantah perkataan Inara barusan.
"Tapi mbak, kita sama-sama wanita dan aku tahu bagaimana sakitnya menjalani kehidupan ketika mengetahui cinta suami kita harus di bagi di depan mata kita, jadi aku harap mbak gak perlu berpura-pura kuat dan cepat akhiri semua ini sebelum terlambat." ucap Inara sambil menggenggam erat tangan Kikan seakan berusaha untuk menghentikan semua tindakan Kikan sebelum ia menyesal nantinya.
Kikan yang mendengar perkataan dari Inara barusan lantas tersenyum kemudian mengarahkan Inara untuk duduk di atas kasur. Kikan jelas tahu jika Alvaro tidak pernah salah dalam memilih pasangan dan Kikan yakin jika Inara adalah gadis yang baik.
Kikan kemudian melangkahkan kakinya menuju ke arah lemari dan membukanya secara perlahan. Diambilnya satu set lingerie dengan model renda di bagian dadanya dan sudah pasti terawang dengan baju kimono sebagai luarannya. Sambil mengulum senyum, Kikan mulai melangkahkan kakinya mendekat ke arah Inara sambil memberikan lingerie tersebut, membuat Inara yang melihat baju super terawang tersebut tentu saja terkejut sekaligus geli karena ini adalah pertama kalinya Inara melihatnya secara nyata. Biasanya Inara hanya melihatnya pada sebuah papan iklan ataupun di ponsel miliknya, namun kali ini ia sungguh-sungguh melihatnya secara langsung.
"Untuk apa ini mbak?" tanya Inara dengan polosnya membuat Kikan lantas tersenyum ketika mendengarnya.
"Ini adalah malam pertama mu, jangan lupa untuk memakainya dan buat anak kecil yang banyak, oke?" ucap Kikan dengan senyuman yang mengembang namun berhasil membuat Inara membulat dengan seketika.
"Yang benar saja mbak, bagaimana mungkin saya mengenakan pakaian ini di hadapan mas Alvaro? Bisa masuk angin nanti saya mbak." ucap Inara menolak dengan halus ide Kikan yang terdengar begitu absurd.
"Jangan menolaknya karena ini adalah suatu keharusan untuk pengantin baru jadi lakukan saja, oke? Biar aku yang mengurus sisanya." ucap Kikan kembali dengan nada yang penuh semangat sambil bangkit dari tempat duduknya.
"Tapi mbak..." ucap Inara hendak kembali menolak namun melihat raut wajah Kikan yang penuh semangat lantas membuat mulut Inara terdiam dengan seketika.
"Semangat Ra.. Jangan mengecewakan ku!" ucap Kikan dengan semangat empat lima sebelum pada akhirnya berlalu pergi dari kamar Inara.
Setelah kepergian Kikan dari kamarnya, pikiran Inara benar-benar melayang saat ini. Inara tidak tahu haruskah ia senang atau malah merasa bersalah ketika mendapatkan istri pertama yang begitu baik kepadanya. Inara bahkan tidak pernah menyangka jika ia akan berakhir dengan menjadi istri kedua seperti ini, membuat Inara hanya bisa termenung sambil menatap kosong ke arah depan. Entah kehidupan seperti apa lagi yang akan terjadi kepadanya, mengingat menjadi istri kedua sudah benar-benar mengejutkannya.
"Entah aku harus bagaimana saat ini, mbak Kikan dan juga mas Alvaro keduanya benar-benar begitu baik padaku, lalu jika begini aku harus bagaimana?" ucap Inara pada diri sendiri.
***
Malam harinya
Kikan yang tak melihat Alvaro dimanapun lantas memutuskan untuk mencari keberadaan suaminya. Kikan mengedarkan pandangannya ke arah sekitar ketika tak kunjung menemukan keberadaan Alvaro dimanapun. Sampai kemudian ketika Kikan sampai di ruang tengah, pandangan matanya terhenti pada sosok Alvaro yang saat ini terlihat tengah berdiri sambil termenung menatap ke arah kolam renang.
"Apa yang dilakukan olehnya malam-malam begini?" ucap Kikan pada diri sendiri dengan raut wajah yang mengernyit.
Melihat suaminya melamun sambil menatap kosong ke arah depan, Kikan lantas memutuskan untuk menghampiri suaminya. Dipeluknya tubuh Alvaro dari belakang, membuat Alvaro terkejut ketika mendapati sebuah tangan melingkar di pelukannya.
"Apa yang membuat mu termenung seperti ini? Ini sudah larut malam, kamu bisa masuk angin jika terlalu lama di sini." ucap Kikan dengan nada yang manja.
"Apa kamu bahagia sekarang Ki?" tanya Alvaro yang lantas membuat Kikan mengernyit ketika mendengarnya.
"Tentu saja, bagaimana dengan mu?" tanya Kikan sambil mengeratkan pelukannya kepada Alvaro.
Mendapat pertanyaan tersebut lantas membuat Alvaro melepas pelukan Kikan dan menatapnya dalam-dalam.
"Selama kamu bahagia akan aku pastikan aku juga bahagia." ucap Alvaro sambil mencium puncak kepala Kikan cukup lama.
"Jika memang seperti itu maka biarkan aku meminta sekali lagi, apakah kamu mau mengabulkannya?" ucap Kikan dengan raut wajah yang meminta.
"Apa yang kamu minta? Katakan kepadaku?" ucap Alvaro kemudian dengan raut wajah yang penasaran.
Mendapat pertanyaan tersebut lantas membuat Kikan tersenyum dengan simpul kemudian mengambil posisi sedikit berjinjit agar sampai tepat di sebelah telinga Alvaro.
"Aku minta penuhi kewajiban mu sebagai seorang suami kepada Inara, aku mohon sayang..." ucap Kikan dengan nada setengah berbisik, namun berhasil membuat manik mata Alvaro membulat dengan seketika begitu mendengar perkataan tersebut.
"Bagaimana bisa kamu meminta itu kepadaku Ki?"
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 113 Episodes
Comments