Banyu membawa Alvaro berkeliling pulau sebentar sambil menjelaskan beberapa hal tentang pulau ini. Segala hal yang ada di pulau ini benar-benar membuat Alvaro takjub dan juga kagum ketika melihatnya secara langsung.
Setelah berkeliling cukup lama, Banyu kemudian terlihat menghentikan langkah kakinya pada sebuah rumah kayu dengan ukuran yang tidak terlalu besar, namun tersusun dengan cantik seperti sebuah rumah panggung yang ada di negara melayu.
"Ini adalah rumah yang kami persiapkan untuk anda tinggal selama melakukan penelitian di sini. Saya minta maaf jika rumahnya tidak sesuai dengan harapan anda Pak, ya.. Maklum di desa jadi rumahnya tidak sebagus yang di kota." ucap Banyu dengan nada merendah.
"Akh pak Banyu bisa saja, rumah ini sudah cukup untuk saya tinggali anda tidak perlu merendah seperti ini, saya malah sangat bersyukur karena anda menyambut saya dengan baik." ucap Alvaro yang lantas di balas senyuman oleh Banyu ketika mendengar perkataan dari Alvaro barusan.
Disaat kedua orang tersebut tengah sibuk berbicara, sebuah suara yang berasal dari arah belakang nampak menyapa keduanya membuat Alvaro dan juga Banyu langsung menoleh ke arah sumber suara.
"Permisi pak, apa bapak memanggil saya?" ucap sebuah suara yang lantas membuat Alvaro tertegun seketika begitu mendengarnya.
Sebuah suara yang begitu lembut dan terdengar menyejukkan hati, hingga membuat Alvaro terlena begitu mendengar suara tersebut. Seorang gadis cantik dengan kulit putih bersih di sertai dua gigi gingsul yang menambah kecantikannya, membuat Alvaro langsung terpesona akan kecantikan alami yang di miliki oleh gadis tersebut tanpa polesan make up sama sekali. Hanya bibir warna pink natural yang menghiasi bibir gadis itu namun sama sekali tak mengurangi kecantikannya.
"Ah Inara... Saya ingin meminta tolong kepadamu kemarilah biar saya kenalkan kamu pada seseorang." ucap Banyu sambil melambaikan tangannya ke arah Inara, membuat Inara lantas mulai melangkahkan kakinya mendekat ke arah dimana Banyu berada.
"Ini adalah pak Alvaro yang bapak bicarakan beberapa waktu lalu, saya harap kamu bisa membantunya untuk melihat beberapa tanaman obat yang ada di pulau kita." ucap Banyu mulai menjelaskan segalanya.
"Tentu pak dengan senang hati." ucap Inara dengan senyuman yang simpul.
"Baiklah pak Alvaro saya tinggal dulu, selanjutnya saya serahkan kepada Inara, mari..." ucap Banyu sebelum pada akhirnya melangkahkan kakinya meninggalkan keduanya.
**
Di sebuah hutan yang berada di tengah pulau ini, terlihat Alvaro dan juga Inara tengah melangkahkan kakinya berkeliling di area hutan tersebut. Setelah kepergian Banyu dari sana, Alvaro memutuskan untuk langsung melakukan riset daripada harus beristirahat dan berdiam diri di rumah.
Alvaro dan juga Inara terus menyusuri area hutan dengan langkah kaki yang perlahan. Awalnya suasananya nampak begitu canggung karena memang keduanya yang baru bertemu dan langsung melangkahkan kakinya berduaan, membuat suasananya kian terasa aneh. Namun setelah beberapa kali melangkah dan berjalan bersama, sikap Alvaro yang begitu ramah membuat Inara sedikit lebih bebas dalam bersikap namun masih dalam tempatnya dan bisa menjaga diri.
Inara tersenyum dengan simpul ketika sesekali melirik wajah tampan milik Alvaro. Inara benar-benar kagum akan sosok Alvaro yang terlihat berwibawa dan juga sopan, sungguh berbeda dengan bayangan Inara tentang pemuda kota pada umumnya.
"Aku tidak menyangka jika masih ada pemuda kota yang baik hati sepertinya." ucap Inara dalam hati sambil terus melangkahkan kakinya menyusuri area hutan bersama dengan Alvaro.
Disaat Inara tengah sibuk dengan pemikirannya sendiri, pandangannya lantas terhenti pada sebuah tanaman yang sedari tadi di cari oleh keduanya.
"Ayo kita pergi ke sana mas, lihatlah..." ucap Inara tanpa sadar sambil menarik tangan Alvaro begitu saja.
Alvaro yang di tarik hanya bisa mengikuti arah tarikan Inara tanpa protes ataupun marah akan tarikan tersebut. Alvaro malah tersenyum ketika Inara menarik tangannya dengan penuh semangat seakan bisa melupakan segala kepenatan yang ada di kepalanya sejenak saat itu.
Inara yang tanpa sadar menarik tangan Alvaro, lantas menghentikan langkah kakinya kemudian menatap seulas senyum yang terlihat terbit di wajah Alvaro saat itu.
"Ah maaf aku benar-benar tidak sadar, tadi aku hanya ingin membawamu ke sini dan menunjukkan itu..." ucap Inara sambil melepas pegangan tangannya yang melingkar di pergelangan tangan Alvaro.
"Tidak perlu minta maaf santai saja, memangnya apa yang ingin kamu tunjukkan kepada ku?" ucap Alvaro dengan senyum simpul di wajahnya.
Mendengar nada lembut Alvaro membuat Inara lantas tersenyum dengan simpul kemudian mulai menunjuk ke arah tanaman yang memang sedari tadi ingin ia tunjukkan kepada Alvaro.
"Ini adalah tanaman yang kamu cari, aku tidak sebegitu tahu tentang tanaman ini hanya saja kata nenek ku tanaman ini bisa menjadi anti aging yang bisa menghambat proses penuaan. Tidak hanya itu tanaman ini bisa di gunakan untuk obat seperti gatal-gatal dan juga obat kulit lainnya." ucap Inara mulai menjelaskan secara singkat tentang tanaman tersebut.
Alvaro tersenyum ketika mendengar semua penjelasan dari Inara tentang tanaman tersebut. Alvaro begitu terkesan pada sosok Inara, meski ia adalah gadis yang tinggal di desa namun Inara bukanlah gadis kolot dan juga bodoh. Inara sangat cerdas dan juga ceria, terlihat ketika Inara menjelaskan secara detailnya tentang tanaman tersebut. Jarang sekali gadis di seusia Inara mengerti tentang berbagai jenis tanaman dan juga beberapa hal yang ada di desanya. Apapun yang Alvaro tanyakan, Inara selalu bisa menjawabnya dengan jawaban yang tepat dan mudah di mengerti oleh Alvaro. Membuat Alvaro seakan hanyut akan setiap jawaban yang di berikan oleh Inara.
Disaat keduanya tengah asyik bertukar pikiran akan beberapa tanaman yang ada di sana, cuaca yang tiba-tiba panas mendadak berubah menjadi mendung di sertai dengan hujan yang lebat. Baik Alvaro maupun Inara sama sekali tidak mengira jika tiba-tiba akan turun hujan dengan lebat seperti ini secara mendadak. Membuat Alvaro lantas langsung menarik tangan Inara untuk berlari sekaligus mencari tempat untuk berteduh sebelum baju mereka basah semua karena terkena air hujan.
Keduanya lantas berlari dan terus berlari membelah rintikan hujan dengan berpegangan tangan. Entah bagaimana keduanya bisa akrab secepat ini, membuat Alvaro dan juga Inara tidak lagi merasa canggung dan malah sesekali tertawa di bawah rintikan air hujan yang membasahi tubuh mereka.
**
Tak lama setelah mereka berlari dan menembus rintikan air hujan, sebuah gubuk yang berada tak jauh dari posisi keduanya lantas membuat Alvaro memilih untuk berteduh di sana sambil menunggu hujan reda.
"Mengapa jantung ku berdebar dengan kencang? Apa yang sebenarnya terjadi?" ucap Inara dalam hati ketika keduanya baru saja sampai di gubuk tersebut.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 113 Episodes
Comments