"Jian, haruskah aku membawa ini juga?" Rui menunjukkan ****** ********. Jian bergegas menyuruh Rui menyembunyikan itu.
"Kamu ini bodoh atau apa? Sembunyikan benda keramat itu! Bagaimana jika ada yang melihatnya?" Jian melongok ke arah jendela kaca yang terpampang lebar di dinding kamar mereka.
"Kamu bilang itu tidak transparan dari luar ...," Rui menggaruk kepalanya.
"Sudah, sudah! Masukkan ke dalam ransel. Lebih baik jangan bawa terlalu banyak, ransel kita harus lebih banyak berisi makanan. Mencari makanan di alam liar pasti sulit." Jian menasehati Rui supaya tidak salah membawa barang.
Tok tok tok!
"Teman-teman, buka pintunya!" Neo berseru dari luar. Jian menyuruh Rui segera menyembunyikan 'benda keramat' para gadis itu. Lalu membuka pintu untuk Neo.
"Perlu apa kamu ke sini?" Jian bertanya dingin.
Neo mengulurkan tangannya, ada tiga buah kantong uang di sana. "Ambil satu untukmu, dan satu untuk Rui."
"Apa gunanya ini? Kecil sekali." Jian melemparnya ke wajah Neo, "Aku tidak membutuhkan itu!"
Neo berdecak kesal, "Kamu sombong sekali!" Neo memungutnya karena terjatuh ke lantai.
Rui mengambil miliknya dari tangan Neo, "Apakah di dalamnya ada uang?"
Neo tertawa, "Tidak hanya uang, Rui. Kamu bisa mengisinya sebanyak yang kamu bisa. Lihat kantong milikku." Neo duduk di lantai, bergabung dengan Rui dan barang-barang yang hendak mereka bawa.
Neo mengeluarkan beberapa makanan ringan dari dalam kantong, kemudian puluhan kelereng, buku pelajaran, ponsel yang mati, kemudian buku kecil dan bolpoin, kemudian beberapa potong pakaian dalam, kemudian beberapa keping uang, kemudian ....
"Hei, Neo. Kamu tidak malu asal mengeluarkan benda keramatmu?" Jian memprotes melihat beberapa pakaian dalam Neo yang tergeletak di kamarnya.
"Uh, kamu menodai mata gadis-gadis ini!" Rui menutup matanya penuh drama.
"Dan kenapa kamu membawa kelereng juga? Seperti anak-anak sekolah dasar saja!" Jian berseru kesal.
Neo bersungut-sungut, memungut pakaian dalamnya dan kembali memasukkannya ke dalam kantong uang kecil, "Aku hanya bermaksud menunjukkan betapa luas kantong uang ini saja! Jadi aku keluarkan semua barang yang sudah kumasukkan ke dalamnya. Ini semua yang akan kubawa di perjalanan kita," jelas Neo.
"Kelereng itu bukankah hanya membuat sesak saja?" Jian tidak mengerti kenapa Neo membawa banyak sekali kelereng.
"Eh, aku hanya memindahkan apa yang tadinya berada di ransel sekolahku saja. Kamu tahu, kan? Bagiku, kelereng itu penting!"
Jian ingat, di sekolah dulu, Neo suka sekali mengerjai orang dengan kelereng yang dia bawa. Neo pernah dihukum lari tiga puluh putaran lapangan karena membuat anak kepala sekolah jatuh hingga pergelangan tangannya patah, saat itu Neo melemparkan kelerengnya ketika memergoki anak itu merundung siswa lain.
"Benarkah? Jadi ini kantong ajaib dengan energi sihir, ya? Apakah aku bisa membawanya pulang?" Rui bertanya tertarik.
"Terserah. Ratu memberikan benda ini secara gratis untuk perjalanan kita. Jadi kalian tidak perlu membawa ransel besar, cukup masukkan semua barang yang kalian butuhkan ke dalam kantong. Lalu mengikatnya di ikat pinggang kalian. Dijamin aman."
"Kalau begitu, aku akan membawa beberapa skincare. Setelah mencobanya, ternyata skincare buatan Kota Pubu sangat bermanfaat bagi kulitku." Rui menarik sebuah laci di meja. Di sana ada beberapa peralatan make up dan perawatan kulit. Rui memasukkan semuanya ke dalam kantong uang miliknya.
Jian memandang jijik, "Kamu pikir kita punya waktu untuk melakukan itu?"
"Aku akan memuat segalanya, Jian. Kamu juga tahu, ini mirip kantong ajaib Doraemon." Rui sibuk memasukkan segalanya ke dalam kantong kecil.
"Kamu membawa apa, Jian?" Neo bertanya, karena Jian tidak memasukkan apapun ke dalam kantong uangnya.
"Aku hanya akan membawa beberapa helai pakaian dan bekal untuk perjalanan."
"Wah. Dia sangat datar." Neo bertepuk tangan sambil terkekeh.
Puk!
"Hei!" Neo berseru protes, "Kenapa memukul kepalaku?!"
"Kamu terlalu cerewet."
...----------------...
Jian dan Rui berbaring di atas ranjang, tapi mereka belum menutup mata. Mungkin membayangkan hal apa yang akan mereka temui di perjalanan panjang ini?
"Rui, kamu sudah tidur, ya?"
"Belum." Rui menjawab pendek.
"Menurutmu, kamu masih percaya kita akan pulang?" Rui memperbaiki posisi tidurnya menghadap Jian yang berbaring sambil menatap langit-langit.
Rui mengangkat tangannya ke depan, dia menatap tangannya yang seakan memegang langit-langit kamar, "Menurutmu, aku percaya kita menjadi penyihir, Jian?"
Jian terkekeh, "Kamu benar. Ini memang tidak masuk akal. Lebih tidak masuk akal lagi jika kita benar-benar bisa pulang."
"Mari kita berjuang mendapatkan apa yang kita butuhkan, Jian. Setelah itu, kita tinggalkan dunia ini dengan tenang."
...----------------...
Matahari akhirnya terbit. Jian, Rui dan Neo berdiri menghadap Akademi Hudie yang menjadi tempat tinggal mereka selama satu bulan. Kini, sudah saatnya tiba. Mereka harus meninggalkan kastil indah ini.
Ratu Hudie melepas kepergian mereka di depan istananya. Seluruh murid akademi menonton mereka pergi dari jendela-jendela asrama. Bahkan Fu, Jez, Sue dan Tomu turun keluar asrama demi melepas kepergian mereka.
"Jian, Rui, Neo! Kami akan merindukanmu!" mereka melambaikan tangan ke arah mereka bertiga.
Ini perpisahan yang sedikit dramatis.
Jian, Rui dan Neo melambaikan tangan, bilang kalau mereka akan segera kembali. Perjalanan itu dirahasiakan, mereka hanya mengatakan ingin pulang ke rumah beberapa pekan sebelum kembali bersekolah lagi. Kini mereka benar-benar akan meninggalkan akademi sihir yang keren ini. Tidak tahu berapa lama mereka pergi.
"Jian, tunggu!"
Jian menoleh ke belakang. Agg berlari menghampirinya, "Jian, aku tidak tahu kamu pergi secepat ini. Pertarungan itu, apakah benar-benar terakhir kali?" Agg menatap Jian penuh penyesalan. Kenapa dia tidak mengenal gadis ini lebih awal saja?
Neo tiba-tiba menyeret Jian, "Jangan membuang waktu, Jian."
"Tunggu dulu, Neo," Jian menepisnya, "Agg. Jika ada sesuatu yang ingin kamu sampaikan, cepatlah, aku tidak punya waktu untuk menunda."
Agg mengeluarkan sebuah kalung mutiara, "Simpanlah ini. Aku tidak tahu kamu akan ke mana dan berapa lama. Tapi ini akan sangat berguna. Pastikan jangan menghilangkannya," Agg tersenyum.
"Apa ini?" Jian menatap kalung pemberian Agg.
"Ini sesuatu yang memiliki kekuatan magis unik. Berjanjilah jangan menghilangkannya, ya?"
Jian mengangguk, "Selamat tinggal, Agg."
Jian sedang berpikir. Haruskah dia tetap khawatir? Atau mulai meyakini keberhasilan yang jauh di depan mata? Yang bisa dia lakukan adalah memercayai teman-temannya. Jian melakukan ini karena teman-temannya melakukannya.
"Ingat, Teman-teman. Kita tidak boleh terpisah apapun yang terjadi." Jian mengatupkan rahang, menatap Rui dan Neo satu-persatu.
Neo nyengir lebar, "Apa kamu sudah memaafkanku, Jian? Kamu bahkan sudah menganggapku temanmu."
Jian tidak menanggapi.
"Baiklah. Aku memang tidak bersalah, apa yang harus kamu maafkan dari jiwaku yang suci ini?" Neo mengangkat bahu.
Tapi perjalanan ini, jauh dari apa yang Neo harapkan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 60 Episodes
Comments
Iyan
menunjukkan apa? apaa??
2023-07-11
0