Blup!
Neo menahan napas. kepalanya terkubur ke dalam tanah empuk, kakinya berada di atas. Neo segera berdiri, dan menyadari dirinya mendarat pada sesuatu yang empuk tapi terlihat menjijikkan.
"Iuh! Ini apa?" Neo bergedik, segera menyingkir dari sesuatu yang empuk itu. Warnanya kuning cerah, dan berbau aneh. Tapi banyak hewan-hewan kecil yang datang mengumpulkannya ke dalam wadah kecil untuk dibawa ke suatu tempat.
"Ini sebenarnya tempat apa?" Neo bergumam pelan, dia memeriksa sekeliling dan hanya menemukan gumpalan-gumpalan empuk berwarna kuning itu di beberapa tempat.
Neo melihat ada padang rumput luas jauh di depan sana. tampaknya rumput itu tinggi menjulang, lebih tinggi dari tinggi badannya saat ini. Di mana Neo bisa menemukan Jian dan Rui di tempat antah-berantah ini?
"Jian! Rui!" Neo berseru sambil meletakkan kedua tangannya di depan mulut.
"Kalian di mana?!"
"Apakah kalian mendengar suaraku?!"
Neo terdiam cukup lama setelah berteriak kencang. Menyadari tidak ada sahutan, Neo mengembuskan napas kecewa, "Tahu begini seharusnya aku tidak perlu ikut campur dan terseret masuk ke sini. Jika saja aku tidak membuntuti mereka, mungkin aku sedang dalam perjalanan pulang ke rumah." Neo menyesali perbuatannya yang terbilang mengada-ngada ini.
"Tapi jika bukan aku yang melihat mereka masuk, mereka mungkin tidak bisa kembali lagi," Neo membayangkan konsekuensi yang dia dapatkan jika tidak ikut masuk ke dalam ruangan. Jian dan Rui akan menghilang dan mungkin tidak akan kembali dalam waktu lama. Dia tidak bisa membiarkan hal itu terjadi.
"Baiklah. Mari kita berkeliling sebentar. Sambil mencari makanan, mungkin aku akan bertemu dengan mereka lagi. Walaupun kami tidak pernah berteman dengan baik, setidaknya mereka akan berutang budi padaku jika aku menyelamatkan mereka dari dunia aneh ini." Neo bertekad dalam hati. Memang hanya dia yang bisa menyelamatkan Jian dan Rui, tapi entah apakah Neo bisa menyelamatkan dirinya sendiri di tempat yang mungkin saja berbahaya ini?
Neo masuk ke hutan di belakangnya. Hutan itu dipenuhi gumpalan-gumpalan empuk berwarna kuning itu. Neo sampai menutup hidung karena hutan ini dipenuhi bau aneh dari gumpalan itu.
"Sebenarnya mana buah yang aman dikonsumsi?" Neo mendongak, semua pohon tinggi ini memang berbuah. Tapi buahnya memiliki warna terang yang tidak umum seperti buah-buah yang dia lihat selama hidup.
"Sebenarnya ini dunia apa? Aku harus segera menemukan Jian dan Rui agar bisa segera mencari jalan pulang." Neo memanjat salah satu pohon. Pohon itu berbuah lebat, ada sekelompok burung kecil yang memakan buahnya, Neo yakin buah satu ini tidak beracun dan aman dikonsumsi.
Neo mengambil buah itu sebanyak yang dia bisa. Begitu terkumpul banyak, Neo segera turun dan memakan satu buah, dia menyimpan yang lain di dalam ransel sekolahnya, "Jian dan Rui pasti lapar saat kami bertemu nanti," begitu pikirnya.
Neo keluar dari hutan bergumpalan kuning, dia melihat langit cerah yang dipenuhi hewan-hewan terbang dan sesuatu yang terbang lebih tinggi. Neo tidak bisa melihatnya karena terlalu tinggi dan terlihat kecil dari bawah.
...----------------...
Di padang rumput yang luas itu, Jian dan Rui sedang bermain petak umpet dan berlarian dengan tawa yang menyenangkan.
"Rui, lihat aku!" Jian berseru, tubuhnya dipenuhi kapas dari ilalang yang mengelilingi mereka. Ilalang tinggi itulah yang memenuhi padang rumput ini. Rui tertawa renyah, "Kamu terlihat seperti putri kapas, Jian, keren sekali!" Rui bertepuk tangan.
"Eh, eh! Rui, apa yang terjadi padaku?! Rui! Aku akan terbang, tariklah tanganku, Rui!" Jian berseru panik. Kapas-kapas di tubuhnya membawanya terbang sangat tinggi. Rui melompat-lompat berusaha meraih Jian yang terbang semakin tinggi.
"Jangan khawatir, Jian! Aku akan menangkapmu!" Rui berlari di bawah, sesekali mendongak memastikan ke mana angin membawa Jian pergi.
"Rui! Ternyata ini menyenangkan! Pasanglah kapas-kapas itu di tubuhmu, Rui! Kamu akan menyusulku terbang! Cepatlah!" Jian berseru, Rui segera memanjat ilalang tinggi, kapas-kapas itu menempel sendiri di tubuhnya, tapi dia tidak langsung terbang seperti Jian.
"Jian, kenapa aku tidak terbang sepertimu?!" Rui berseru khawatir. Dia takut Jian akan terbang tinggi hingga dia tidak mampu menjangkaunya.
"Tambah lagi kapasnya, Rui!" Jian berseru, suaranya semakin jauh.
Rui segera menambah kapasnya, perlahan, tubuhnya terangkat, Jian tertawa melihat Rui yang berteriak panik begitu tubuhnya terangkat ke udara.
"Rui! Cepat kejar aku!" Jian berseru, kini tubuhnya melesat cepat di antara awan-awan rendah yang mengambang di langit.
Rui tertawa, "Ini menyenangkan, Jian!"
Tanpa disadari, mereka terbang menjauhi wilayah padang rumput penuh ilalang kapas itu. Begitu keluar, angin yang semulanya mampu menerbangkan tubuhnya yang penuh kapas itu pun mulai menghilang.
Kapas-kapas di tubuh Rui dan Jian terlepas dari tubuh mereka. Jian dan Rui berteriak panik. Kini tubuh mereka terjun bebas dari ketinggian ratusan meter.
"Aaaaaaaaaaaaa!"
Teriakan itu terdengar hingga tempat Neo istirahat. Neo mendongak, "Itu apa?" dia bertanya-tanya.
Mata Neo menyipit, "Itu orang jatuh?"
Mata Neo segera membulat begitu mengetahui apa ya6bg sebenarnya jatuh itu, "Jian, Rui!"
Neo segera mencari cara agar Jian dan Rui tidak jatuh dengan rasa sakit. Dia menyadari gumpalan kuning mampu melindunginya dari rasa sakit ketika terjatuh dari portal dimensi.
Neo segera mengumpulkan gumpalan itu seperti yang dilakukan hewan-hewan kecil. Dengan tangannya yang lebih besar dari wadah-wadah hewan kecil, Neo mengumpulkan gumpalan dengan waktu yang cukup singkat.
Blup!
Jian dan Rui jatuh dengan kepala terbenam ke dalam gumpalan kuning. Neo tertawa terpingkal melihatnya. "Kalian konyol!"
Jian dan Rui segera berdiri. Merapikan seragam sekolah mereka, dan melihat Neo dengan benar.
"Neo?" Jian dan Rui saling tatap, "Kamu sedang apa di sini?"
Neo menepuk dahi, "Kamu yang sedang apa! Jelas-jelas aku datang untuk menyelamatkan kalian. Kalian tampak bersenang-senang, seharusnya tidak perlu kuhiraukan." Neo bersungut-sungut kesal.
Jian dan Rui sekali lagi saling menatap, "Apa yang kamu bicarakan, Neo?"
"Huh!" Neo mengeluh, "Seharusnya aku yang bertanya. Bagaimana kalian bisa menemukan dunia antah-berantah ini? Dan memasukinya dengan mudah? Kau tidak tahu, jika kita sekarang tidak berada di sekolah kita lagi. Kita mungkin bahkan sudah tidak berada di bumi lagi! Kita tersesat di dunia lain, Jian, Rui!" Neo menjelaskan dengan penuh emosi, "Kita harus mencari jalan keluar agar kita bisa pulang!"
Jian dan Rui saling tatap lagi, Rui menunduk, "Tapi tempat ini menyenangkan," gumamnya.
Neo memandang Rui dengan jijik, "Kamu anak kelas sebelas SMA apakah masih tidak bisa berpikir rasional? Meski aku bodoh, aku tahu apa yang seharusnya dihindari dan apa yang seharusnya dihadapi. Sekarang kita berada di situasi yang harus kita hindari sejauh mungkin!" Neo mengetuk dahi Rui dengan gemas, "Dengar, Rui. Kita terjebak di dunia lain. Sedangkan di dunia kita, kita menghilang entah ke mana, guru-guru pasti panik begitu menyadari tiga muridnya hilang begitu saja di perpustakaan sekolah. Orang tua kita yang mendengarnya pasti lebih panik lagi dan menelepon polisi untuk menemukan kita. Sedangkan kalian di sini bersenang-senang tanpa memikirkan itu? Kita saja sekarang entah apakah bisa pulang atau tidak. Jangan asik-asikan di sini bermain kapas terbang. Lebih baik segera mencari jalan keluar sebelum gelap."
Jian dan Rui terdiam. Sepertinya penjelasan laki-laki bodoh di depan mereka ada benarnya. Bersenang-senang sebentar tidak akan membuat mereka senang selamanya. Mereka pasti akan mengalami masa di mana mereka ingin pulang dan merindukan keluarga mereka.
...----------------...
Lelah memarahi Jian dan Rui, Neo memutuskan untuk mengajak mereka beristirahat dengannya, "Makanlah, buah ini aman dikonsumsi. Aku menebak kalian belum memakan apapun dan memilih bermain-main." Neo menyodorkan beberapa buah kepada Jian dan Rui.
"Sebenarnya kapan kamu datang ke sini, Neo? Kau bahkan sempat mengambil beberapa buah." Jian bertanya saat pikirannya sudah tenang.
"Aku datang beberapa menit setelah kalian, mungkin." Neo cuek mengeluarkan pulpen dan buku.
"Apa yang kau lakukan?" Jian bertanya lagi melihat yang dilakukan Neo.
"Apalagi? Ini adalah jurnalku. Aku akan mencatat apa saja yang kita lakukan selama berada di dunia ini. Mungkin jika kita menceritakannya di stasiun TV saat kita kembali nanti, kita akan jadi sangat terkenal, " Neo tertawa pelan, "Itu keren, kan?"
Jian dan Rui tidak menanggapi.
"Baiklah, bagi kalian biasa-biasa saja." Neo merengut kesal.
"Neo, bisa berikan satu buah lagi?" Rui menyeka tangannya di baju. Lalu menyodorkan kembali tangan kanannya di depan Neo.
Neo menatapnya jijik, "Kamu ini pintar tapi sangat rakus! Kita harus membagi jatah makanan kita. Makanan ini bukan mudah didapatkan di mana saja. Harus memasuki hutan itu! Itu pun sulit sekali menemukan buah aman dimakan. Beberapa diantaranya beracun dan tidak layak makan." Neo dengan baik hati menjelaskan.
"Sebaiknya kita mulai berjalan saja, Rui, Neo, kamu bilang kita harus mencari jalan keluar, kan?"
Rui dan Neo mengangguk, mereka segera merapikan ransel sekolah mereka, Neo memimpin jalan. Jian bilang dia dan Rui tidak melihat hutan gumpalan kuning saat mendarat tadi, langsung menjejak di Padang Rumput, mereka tidak tahu ke mana harus pergi. Alhasil, Neo hanya membawa mereka berkeliling memeriksa jalan mana yang bisa mereka lewati.
"Hei, menurutmu, apakah tempat ini ada makhluk hidupnya?" Rui bertanya acak.
Neo menepuk dahi, "Jika tidak ada makhluk hidup, kita akan kelaparan, Rui."
Rui yang mengerti maksud jawaban Neo segera menimpuknya, "Maksudku, bukan hewan dan tumbuhan. Tapi manusia seperti kita."
Jian mengangguk, "Mungkin ada, tapi kita belum tiba di pemukiman mereka saja. Sejauh ini memang hanya ada padang rumput, kan?"
"Ada, Teman-teman." Neo menghentikan langkahnya. Jian dan Rui ikut berhenti. Neo mengeluarkan suara 'sstt' untuk menyuruh Jian dan Rui diam.
"Kalian dengar itu? Seruan itu suara manusia. Meski kita tidak mengerti bahasanya, tidak mungkin hewan yang berseru dengan nada dan intonasi seperti teriakan minta tolong." Neo maju sedikit, "Tolooonggg!!!!" dia berteriak sangat keras hingga Jian dan Rui menutup telinga mereka.
Begitu Neo berteriak, suara teriakan dari kejauhan itu hilang, Neo menunggu mereka berteriak lagi.
"Siapa di sana?" itu adalah suara teriakan dari jauh, tetapi menggunakan bahasa yang tidak dimengerti mereka.
Jian, Rui dan Neo saling menatap, ini mungkin petunjuk pertama mereka!
Jian, Rui dan Neo berlari ke arah teriakan itu. Mereka menemukan sekelompok manusia berbadan kecil dan sedikit gempal sedang menarik rekannya yang terjebak dalam formasi cahaya aneh.
Cahaya itu menari-nari sambil terus menyeret salah satu kurcaci untuk masuk ke dalamnya. Tiga rekannya membantu menarik kurcaci itu agar tidak terseret ke dalam.
Neo berlari mendekati mereka, "Ayo kita tolong mereka!"
"Heh, Neo. Kita tidak bisa asal membuat keputusan. Bagaimana jika mereka berbahaya? Lalu berniat memakan kita setelah kita menyelamatkan mereka?" tampaknya Rui memiliki pikiran rasionalnya sendiri.
"Hei, apakah mereka tampak menyeramkan hingga membuatmu berpikir kalau mereka akan memakan kita? Lihatlah tampang mereka yang menggemaskan itu, tidak mungkin mereka pemakan manusia." Neo menepis kekhawatiran Rui yang berlebihan.
Mereka memutuskan membantu para kurcaci menarik rekannya yang nyaris terseret lingkaran cahaya menari-nari.
"Fiuh!" Neo menyeka keringat di dahi. Akhirnya kurcaci itu berhasil di keluarkan dan kembali berkumpul dengan teman-temannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 60 Episodes
Comments
Iyan
lelaki selalu kalah, sabar ya neo
2023-07-09
0