Dituduh

Pada malam gerhana bulan, aku dan Rui keluar dari kamar karena mendengar kegaduhan dari luar. Neo juga keluar dari kamarnya karena alasan yang sama.

"Ada apa itu?" Rui bertanya heran.

Malam ini adalah malam di mana benda pusaka akan keluar dari segelnya untuk menanam segel baru dari energi bulan. Tapi aku mendengar dari jeritan hantu-hantu di tengah aula, kalau pusaka itu raib dicuri seseorang.

"Dicuri? Oleh siapa?" Neo memasang wajah terkejut.

Kami berdua langsung menatapnya tajam, "Neo, jangan bilang kamu—"

"Kamu mau menuduhku, Jian? Percayalah, aku tidak melakukan apapun sejak keluar dari kamarmu tadi sore. Kamu bilang tidak boleh membahas tentang mencuri lagi. Aku tidak berani melakukannya tanpa persetujuan kalian," Neo membantah tuduhanku.

Aku menatap Rui yang juga tengah kebingungan. Bagaimana ini? Siapa yang mencuri pusakanya? Bagaimana kami akan pulang jika pusakanya hilang?

"Baiklah, Neo. Aku memercayaimu untuk sekarang," aku memejamkan mata sambil merenung sejenak, "Sebaiknya kita bantu mereka mencarinya, itu bisa memberi kita kesempatan untuk dekat dengan mereka dan mendapatkan kepercayaan mereka," aku tersenyum menatap Rui, mencoba menyalurkan ketenangan di hatiku ke hatinya. Rui tidak boleh merasa sedih lagi.

Rui mengangguk, kami bertiga berlari keluar dari lorong, bersiap bergabung dengan Win, Yets, Bim dan para hantu lain.

"Berhenti di sana!" June mengarahkan tongkatnya pada kami, wajahnya tampak marah, kilatan kecil muncul dari jemarinya mengaliri tongkat sihirnya.

Aku, Rui dan Neo sontak berhenti di tempat, menatap keadaan dengan bingung. Ada apa ini? Kenapa mereka semua mengarahkan senjata kepada kami dengan wajah marah?

Dapat kulihat Win juga melakukan hal yang sama, tapi wajahnya menunjukkan ekspresi kecewa yang begitu mendalam.

"Win, ada apa?" aku mencoba bertanya dengan tenang.

"Sudahi tipu muslihatmu, Pencuri!" Kie berseru tegas, tingkat sihirnya tampak menyeramkan. Aku tidak tau apa yang harus kami lakukan. Tampaknya, mereka benar-benar menuduh kami mencuri benda itu.

"Kau, anak laki-laki pengecut! Kamu pasti kesal karena kami tidak meminjamkan benda pusaka kami kepadamu, kamu jadi mencurinya. Cepat kembalikan! Kalian harus menerima hukuman!" Paw juga menatap kami dengan tajam.

Aku dan Rui menatap Neo tidak mengerti, "Neo, benarkah kamu mencurinya?" tanyaku.

Neo menggeleng tegas, "Tidak, Jian. Aku berada di kamar sejak keluar dari kamarmu. Aku baru keluar saat mendengar keributan di sini. Lagipula, pikirkan dengan logika saja, bagaimana aku bisa mencurinya sendirian?"

Aku terdiam, Neo terlihat tidak sedang berbohong. Dia juga tidak mungkin bisa mencurinya dengan tangan kosong. Saat itu aku dan Rui langsung menolak, Neo tidak mungkin membuat keputusan sendiri. Dia tidak pernah mencuri benda pusaka itu. Aku harus memercayai temanku.

"Kalau begitu, kenapa tidak periksa saja mereka dan kamar mereka?" Win membuat keputusan.

"Benar, kita periksa saja mereka!" Kie berseru-seru membangkitkan semangat hantu-hantu lain untuk menuduh kami.

"Silakan kalau begitu, periksa saja! Aku tidak mencuri apapun, pusaka itu tidak ada padaku, apalagi pada dua perempuan ini!" Neo menyerahkan dirinya, membiarkan tubuhnya diperiksa setiap inci, dan pusaka itu benar-benar tidak berada di tubuhnya.

Beberapa orang memasuki kamar kami, Dan mereka semua kembali dengan tangan kosong. Itu cukup untuk membuktikan kalau bukan kami yang mencuri pusakanya.

"Ah! Tetap saja. Kita semua melihatnya sendiri, kan? Benda pusaka itu dicuri di hadapan kita. Pelakunya memakai pakaian seperti yang dipakai anak laki-laki itu! Meski benda pusaka tidak ada di kamarnya atau di pakaiannya, bisa saja dia menyembunyikannya. Dia tetap penjahat, mereka tetap pencuri! Kurung mereka di penjara!" Paw berseru lagi.

"Ya! Benar! Kurung mereka di penjara!" hantu-hantu lain ikut berseru sambil mengangkat tongkat sihir mereka ke depan.

"Maaf, Kawan! Tapi kami tidak bersalah!" Neo berlari sambil menarik tanganku dan Rui, "Kita harus kabur, Jian. Kamu tidak mau kita di penjara, kan?"

"Tapi, Neo. Kita tidak bisa melarikan diri begitu saja, kita harus menjelaskan kepada mereka kalau kita tidak mencuri benda pusaka," aku menepis tangan Neo.

Rui ikut berhenti, "Jian benar, kita harus menjelaskannya pada mereka, Neo," Rui melepaskan genggaman tangan Neo.

Neo mendengus, "Baiklah. Aku akan mengikuti perkataanmu sekali lagi," Neo menatapku.

Sekarang kami berdiri menghadapi kesalahpahaman ini. Tidak mungkin mereka semua keras kepala dan tidak tahu bagaimana berpikir, kan?

"Serang mereka!" Rux yang tiba-tiba muncul langsung mengeluarkan mantra sihir.

Aku terkejut, tidak sempat membuat tameng pelindung, terhempas lima langkah ke belakang, Rui terjatuh tak jauh dariku. Sedangkan Neo mengambang beberapa meter di udara.

"Kalian tidak boleh menyakiti teman-temanku!" Neo memukulkan Pru ke depan, ratusan panah air menghujani Aula Besar yang kini tampak buruk dengan ribuan serangan yang datang dari ratusan hantu.

Aku menatap Neo yang mengambang di atasku, dia terlihat berwibawa, sungguh menepati janjinya tentang ingin melindungi aku dan Rui.

"Jian, kita tidak bisa melawan ratusan orang sekaligus. Mereka sudah hidup ribuan tahun, sedangkan kita baru sebulan menguasai ilmu sihir," Neo membujukku agar kami melarikan diri.

"Tidak, Neo. Kita harus menjelaskan yang sebenarnya kepada mereka!" aku tetap menolak untuk pergi sekarang.

"Jian, kenapa penyakit keras kepalamu kambuh sekarang? Ini bukan saatnya mengatakan kebenaran, mereka tidak akan mendengarkan kebenaran itu, Jian! Kita harus pergi selagi masih bisa berlari kencang!" Neo berseru lagi, bagaimana ini? Aku tidak ingin kami memiliki hubungan buruk dengan orang-orang Akademi Dixia.

"Jian, kupikir aku setuju dengan Neo," Rui memegang lenganku. Wajahnya menunjukkan kecemasan, aku tahu dia merasa takut sekarang.

"Baiklah, Neo. Kita pergi dulu sekarang, tapi kita harus kembali lagi saat sudah memiliki persiapan," aku menghela napas.

Neo mengangguk, "Keluarkan binatang sihirmu, Jian. Buat penghalang besar agar kita memiliki kesempatan untuk kabur.

Aku menjentikkan jariku, Piu Piu melompat keluar dari udara kosong, kemudian langsung membentuk penghalang besar agar kami bisa melarikan diri.

"Mau lari kemana kalian?" Paw meraung kencang, tubuhnya berubah menjadi serigala salju yang besar, yang merusak penghalang Piu Piu dengan begitu mudah.

Tentu saja, Piu Piu baru keluar beberapa hari yang lalu, dan Paw sudah hidup ribuan tahun menjadi entitas sihir, dia pasti sangat kuat.

"Sekarang tidak ada jalan lain, Neo. Kita harus melawan!" aku mulai meladeni beberapa serangan. Rui melepas pegangan tangannya, Riu bergabung dengannya.

Kupikir Rui sudah banyak berubah, meski kadang sedikit merasa takut, tapi dia sudah lebih waspada dan terlatih saat menyerang lawan.

Kini, Neo sedang melawan, June, Rux, Paw dan Kie. Pru berubah menjadi pedang es yang panjang dan tajam. Aku tidak tahu kapan Neo menguasai kemampuan itu. Aku bahkan masih belum mampu menciptakan badai besar dengan hanya mengandalkan Jilly.

Rui melempari bola api biru ke sana kemari, dia tahu hantu-hantu itu kebal serangan api karena mampu menghindar cepat, tapi Rui tetap melakukannya agar sedikit memberi celah untuk teman-temannya melarikan diri.

Aku melompat ke sana kemari bergantian dengan Piu Piu. Entah bagaimana, aku bisa masuk ke dalam pikiran Piu Piu dalam tingkat konsentrasi tinggi, binatang sihir benar-benar bisa dikendalikan sepenuhnya oleh tuannya.

Piu Piu memasang penghalang di samping saat aku menyerang ke depan, begitupun sebaliknya. Kini, aku terpisah dari kedua temanku.

Sayangnya, serangan kami yang tanpa strategi ini benar-benar tidak bertahan lama. Aku terjatuh setelah terkena serangan belasan kali. Tubuhku rasanya remuk, banyak lebam di seluruh tubuh, aku meringis menahan sakit, Piu Piu memasang penghalang agar aku tidak terkena serangan lagi, tapi penghalang itu hancur lagi dan lagi. Aku kembali terbanting, Piu Piu melemah, lalu menghilang setelah tak kuat menahan serangan lagi.

Mataku mulai menatap tidak jelas, semuanya terlihat buram, aku mendengus, kenapa aku lemah sekali? Lihatlah! Rui dan Neo masih berdiri tegak di atas sana, menumbangkan banyak sekali hantu, tapi aku hanya sibuk memasang penghalang di sana-sini dan menghindar. Aku berusaha berdiri lagi. Piu Piu sudah tidak bisa membantuku, energi sihirnya sudah terkuras habis, dan Kalung Binatang Magis tidak bisa membantu banyak lagi. Aku kehilangan keseimbangan untuk kembali berdiri. Belum sempat berdiri tegak, sebuah hantaman membuat tubuhku terbanting belasan meter. Aku meraung kesakitan. Entah apakah aku bisa bertahan kali ini.

"Jian!" Neo berseru dari atas sana. Dia melihat seekor harimau mendekat ke arahku, harimau itu adalah hantu yang barusaja memukulku dangat keras.

"Jangan sakiti Jian lagi! Neo berdiri di depanku sambil merentangkan kedua tangan.

Darah mengalir dari pahanya, tangan kanannya yang memegang Pedang Pru terlihat gemetar. Tubuhnya penuh kotoran dan luka lebam. Tampaknya kondisi Neo tidak jauh lebih baik dariku.

Hantu harimau itu mengarahkan tinjunya lagi ke depan, Neo menghalanginya dengan menyilangkan kedua tangan ke depan. Tapi pukulan itu sudah melukainya dengan telak. Aku berseru tertahan, tapi aku tidak bisa membantu.

Rui berkali-kali menoleh ke belakang, dia tahu kami membutuhkannya, tapi dia bahkan tidak bisa bergerak dari tempatnya berdiri, ratusan hantu tidak membiarkannya pergi. Kini, dia dikepung sendirian. Tidak ada yang membantunya.

Aku mengeluarkan sisa tenagaku untuk mengisi energi Kalung Binatang Magis. Jika aku tida bisa membantu, setidaknya aku bisa mengirim Piu Piu untuk membantu Rui.

Neo menyentuh lenganku, tangannya bercahaya, "Aku membantumu, Jian," dia tersenyum, tampak buruk.

Akhirnya Piu Piu kembali keluar setelah beberapa upaya. Aku memintanya untuk membantu Rui belasan meter di depan sana.

Kini Aula Besar Akademi Dixia tidak berbentuk lagi, semuanya hancur dan tak terlihat menawan seperti sebelumnya. Gerhana bulan di atas sana sudah hampir berakhir.

Tubuh Rui mendadak bercahaya, dia mengangkat Riu lurus dengan tubuhnya, langit tiba-tiba mengeluarkan suara bergemuruh yang menyeramkan. Disusul kilatan petir yang menyambar Aula Besar Akademi Dixia hingga hangus tak bersisa.

Rui terkulai jatuh dan tidak sadarkan diri, aku berseru, temanku, kamu harus baik-baik saja.

"Mereka sudah melakukan pelanggaran berat! Bawa mereka ke penjara!" Rux berseru lagi.

Dia itu, entah muncul dari mana, mendadak memprovokasi semua orang untuk memberikan serangan kepada kami.

Setelah semua upaya, kami tetap dimasukkan ke penjara mereka. Tapi kami sungguh tidak mencuri benda pusaka. Sungguh, kami tidak berbohong.

Terpopuler

Comments

Iyan

Iyan

kok kamu keras kepala banget sihh😢

2023-07-12

0

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!