Kamar Berhantu

Orang-orang udah pada ga kedengaran lagi suaranya. Apa mereka udah pergi?

CEKLEK...

NGIIIIKKK...

Gue buka pintu kamar gue pelan-pelan dan bukanya dikit-dikit. Gue ngintip. Bener-bener ga ada orang ya? Gue tambah intensitas bukanya sampe kepala gue bisa gue tongolin ke luar.

Gue mau ke toilet ah, udah ga tahan. Sekarang pintu udah lebih lebar lagi sampe ga cuma kepala aja yang bisa nyelip di antaranya, kaki gue juga bisa gue julurin.

"Masa ga boleh lihat-lihat sih?" Suara guru centil itu mengarah dari belakang.

NGIIIIK... CEKLEK...

Gue tutup lagi pintu kamar gue dan gue kunci dari dalam. Gue ngos-ngosan, padahal ga habis lari. Adegan ini kaya manusia lagi sembunyi dari kejaran alien, anjir! Menegangkan banget.

Gue lihat di sekeliling. Bisa aja cewek itu maksa masuk ke sini. Gue dengan cepat masukin barang-barang ke kolong kasur dan untungnya seprai kasur menjuntai sampai lantai jadi barang-barang di kolongnya ga kelihatan.

"Tapi tadi aku lihat pintu ini bergerak, Bagas," suara itu sekarang terdengar tepat di depan pintu kamar gue.

Gue cepet-cepet beresin kamar ini. Ah, kayanya udah cukup aman. Gue pun masuk ke dalam lemari pakaian. Pahit, pahit, pahit... jangan sampai si centil itu nemuin gue di sini.

"Ga ada siapa-siapa di sini Ratna. Mungkin itu cuma halusinasi kamu doang," kata Bagas.

"Pokoknya aku mau lihat isi kamar ini! Kalau misalnya penglihatan aku benar, bisa aja kan ada maling masuk rumah kamu terus sembunyi di dalam sini?"

"Percaya sama saya deh, ga ada. Beneran ga ada," Bagas mencoba meyakinkan Bu Retno.

"Atau aku telepon polisi aja biar mereka yang gerebek maling itu?"

"Eh ga usah! Jangan, jangan! Baiklah, begini... Ada yang mau saya kasih tahu ke kamu tentang sebuah rahasia," kata Bagus. Aduh, tu anak, ga usah aneh-aneh deh! Mau ngebocorin rahasia pernikahan kita?

"Tapi kamu janji jangan panik, berisik apalagi bertingkah aneh sampai ngebuka paksa pintu ini! Gimana?" kata Bagas.

"Iya deh. Rahasia apa itu?"

"Sebenarnya kamar ini angker. Yang menghuninya adalah makhluk gaib," kata Bagas. Gue yang denger Bagas ngomong gitu langsung nahan mulut gue, nyaris ngakak. Tahan, Celine, tahan! Anjir, gue ga tahan pengen ngakak.

"BERARTI YANG AKU LIHAT TADI BENAR! PINTU INI TERBUKA TADI!"

"Sssst... Jangan berisik! Kan udah janji?"

"Pokoknya buka pintu ini! Buka!" Idih, tu orang ga tahu diri banget. Ini bukan rumah elu, Kambing! Pake maksa-maksa tuan rumah segala.

"Ga bisa. Ini tuh..."

"Atau aku yang dobrak?" kata Bu Retno.

"Eh! Jangan! Jangan! Iya, iya saya bukain ya... BUAT PENGHUNI GAIB YANG ADA DI DALAM SANA... BERSIAPLAH! LENYAPKAN DIRIMU, PULANG KE DUNIAMU." Bagas ngasih kode ke gue biar gue sembunyi dengan cara teriak-teriak. Emangnya gue makhluk gaib? Ada-ada aja Bagas.

"Eh, mau kemana?"

"Cari kunci pintu ini di belakang," kata Bagas.

"Oh, oke."

Bagas pun kembali dan...

CEKLEK...

NGIIIIKKK...

"Tuh, ga ada siapa-siapa kan? Ga ada tanda-tanda kehidupan di sini," kata Bagas.

"Iya. Tapi aku lebih percaya yang tadi itu maling, bukan hantu. Bisa aja dia sembunyi di..."

SRUUUK...

Bu Ratna tiba-tiba menggeser gorden di jendela.

"Ga ada ya. Hem... jangan-jangan di lemari baju," kata Bu Retno. Mampus! Gimana nasib gue, astaga... Doi menuju ke mari dan gue mejemin mata kuat-kuat bahkan nahan napas.

Gue bisa merasakan tangannya memegang handle lemari. Aduh, sebentar lagi ni pintu lemari dibukanya. Tolong hambaMu ini, ya Tuhan.

"Apa itu?" Bu Ratna berjongkok di depan lemari.

"AAAAAAA.... "

Perempuan itu langsung berlari menjauhi lemari, dia merengek ke Bagas.

"Itu ada darah! Di situ... Aaaaa... takut."

"Tuh kan, dibilangin kamu ga percaya sih!"

"Iya, iya, percaya. Kamar ini angker! Cepat pergi dari sini. Aku ga mau di sini."

NGIIIIKKK...

CEKLEK...

Sepertinya sudah aman buat gue keluar lemari. Gue buka lemarinya dikit banget dan gue ngintip dulu. Mereka udah pergi, pintu udah tertutup.

Gue pun bisa bernapas lega. Gue keluar dari lemari.

Tadi apa yang bikin wanita centil itu ketakutan ya?

Gue menyapu pandangan dengan berdiri di depan pintu lemari. Ya Tuhaaaan...

Gue segera memeriksa celana di bagian seelangkaangan. Benar ternyata. Jadi yang tadi dilihat Bu Retno dan bikin dia heboh adalah daraah mensstruasi gue yang tercecer di lantai ini. Hahaha...

Gue nunggu di kamar sambil nahan pipis. Gue tahan pakai tangan, sesekali gue berdiri sambil goyang-goyang kaya orang joget buat nahan biar ga ngompol. Gue mondar-mandir. Astaga, lama amat sih!

"POOOL... CEPOL..." Bagas manggil gue.

Gue menempelkan diri di pintu kamar. "Tu orang udah pergi?" kata gue.

"Udah," jawab Bagas.

Gue muter-muter handle pintu. "Lu ngunci gue dari luar?"

"Iya, sabar, sabar, gue bukain. Lupa gue," kata Bagas. Bisa-bisanya lupa!

Setelah pintu terbuka sedikit, gue pun langsung narik pintunya dan gue tabrak badan Bagas. Gue lari ke kamar mandi.

"Kambing! Ngapain lu lari-lari begitu!"

"UDAH GA TAHAN... KEBELET!" gue teriak sambil lari ke kamar mandi. Terus gue tutup pintu kamar mandinya pun ga terkontrol,

BRAAAAAK...

langsung gue banting gitu aja.

"LU KALAU CEMBURU SAMA GURU GANJEN ITU, JANGAN LU LAMPIASIN KE PINTU! NTAR RUSAK, BERABE!" Bagas tahu-tahu ada di depan pintu kamar mandi sambil ngomel-ngomel.

Beberapa saat kemudian gue udah selesai menunaikan hajat gue dan udah bersih-bersih, gue pun keluar. Di depan kamar mandi udah ga ada Bagas, dia udah pergi entah kemana.

Gue jalan menyusuri koridor, rupanya Bagas lagi santai di ruang TV.

"Yang cemburu siapa? Najis gue cemburu sama pasangan ganjen kaya kalian berdua. Kalian udah cocok tuh. Kenapa ga lu nikah sama dia aja sih?" kata gue sambil berdiri. Niatnya cuma lewat doang.

"Lu banting-banting pintu berarti lagi emosi, gue tahu kok. Ga usah klarifikasi," kata Bagas.

"Heh! Gue daritadi nahan pipis, Kambing! Lu pikir enak nahan-nahan begitu, mana tu cewek ga pergi-pergi, lagi!" kata gue sambil bertolak pinggang.

Dengan muka yang bodo amat tanpa ngelihat muka gue Bagas menjawab dengan santainya, "Cemburu aja udah. Ga apa-apa. Ga usah pasang alibi macem-macem."

Gue datangi Bagas dengan keselnya.

"Enak aja lu bilang!"

Tapi, gue kesandung.

"Eh eh eh..."

Dan tubuh gue jatuh tepat di atas tubuh Bagas yang lagi selonjoran di sofa.

Gue ada di atas tubuh Bagas. Mata gue membulat, dengan tatapan yang sama seperti Bagas menatap mata gue yang kami berjarak kurang dari satu jengkal.

Terpopuler

Comments

ᥫᩣ 🕳️ Chusna

ᥫᩣ 🕳️ Chusna

dh kblettt bangbangggg

2023-06-20

0

ᥫᩣ 🕳️ Chusna

ᥫᩣ 🕳️ Chusna

hahahahahha cel. kok bisa sampai gtu darahx kmna mna

2023-06-20

0

ᥫᩣ 🕳️ Chusna

ᥫᩣ 🕳️ Chusna

hahahah cel. darahmu tah

2023-06-20

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!