Abang Guru, I Kehed You!

Abang Guru, I Kehed You!

Perkara Kondom

Kampret banget kelompok gue, anjir! Bisa-bisanya gue ditumbalin buat beli barang kaya gini. Tangan gue sampai tremor pas mau memberikan barang ini ke kasir. Gue melirik ke belakang gue dulu. Kira-kira ada ga, ya, orang yang memperhatikan gue? Gue pun steady berdiri sempurna kaya lagi mau upacara bendera. Ini cuma perkara ngasih barang belanjaan ke kasir, anjir. Ribet banget. Gue melakukan ini buat nutupin barang gue biar ga dilihat orang-orang yang ngantri di belakang gue.

PRAAAK…

Ada suara di bawah gue. Barusan gue menjatuhkan apa, ya?

"Sorry, ga sengaja." Seorang cowok pun mengambil sesuatu yang jatuh di bawah rok gue. Ternyata itu adalah ponsel!

"ANJIR, LU MESUM YA?" bentak gue.

Setelah gue lihat ternyata dia adalah…

"BANG EENGAAS! ASTOGE! UDAH SETUA INI KOK LU MASIH MESUM AJA SIH, BANG?" kata gue.

Cowok itu adalah Bagas. Udah tiga tahun gue dan doi ga ketemu karena doi melanjutkan studinya ke luar kota. Gue memanggilnya dengan sebutan yang sesuai dengan isi otaknya, Eengaas. Coba balik cara bacanya, mwehehehe.

Dia adalah musuh bebuyutan gue sejak zaman orok. Meskipun doi tiga tahun lebih tua dari gue, harga diri gue ga pernah bisa doi injak-injak. Walaupun keluarga kami berhubungan baik bahkan udah seperti saudara sendiri, tapi sampai kapanpun gue ogah berdamai sama doi. Enak aja! Najis!

Sekarang doi mau mesum ke cewek dan ternyata itu adalah gue? Siap-siap aja buat menerima siksa neraka dari gue. Mampus aja doi kalau berani menghadapi Katon Gōkyaku no Jutsu milik gue. Kalau doi mau adu bacot sama gue, ya bakal gue gas!

Sejak dulu pertarungan gue dan Bagas memang selalu ga kenal tempat dan waktu, walau kekuatan kami ga seimbang. Bagas itu udah sejompo Jiraiya jadi bukan tandingan gue yang adalah jelmaan Sarada di dunia nyata. Meskipun Bagas punya Cho Odama Rasengan yang bisa meledakan gunung, tapi itu kan dulu. Paling sekarang doi cuma bisa meledakkan balon ulang tahun Tami, anak tetangga kami.

Soalnya, dia itu udah beda generasi sama gue. Gue masih muda, enerjik, keturunan Uchiha pula. Bahkan tanpa mata Sharingan pun gue udah bisa nebak dia mau menyerang gue dengan cara apa. Jadi sorry-sorry aja, melawan gue sama aja bunuh diri.

Panggilan yang gue sebut dengan lantang tadi yaitu '*****', membuat Bagas melirik ke sekitar sambil menggaruk punuknya. Wekawekaweka, mampus kan lu! Pasti lu lagi malu banget. Rasain!

"Eengaas, eengaas… Nama gue Bagas, kambing!" protesnya.

"Ehem… Harganya dua puluh empat ribu, ya, Dik." Suara petugas kasir menghentikan perdebatan gue dan Bagas. Ni orang ngegas banget ngomongnya. Gue pun segera mengambil uang di saku baju gue dan membayarkannya.

Bagas kepo lalu menengok ke barang yang gue beli.

"ANJAY, KOONDOOM! LU NGATAIN GUE EENGAAS, LU SENDIRI BELI KOONDOOM! Anjir, gede banget suara Bagas, tolong!

Sekarang giliran gue yang jadi malu-maluin. Rasanya gue pengen menghilang dari sini, tapi sayangnya seumur-umur gue ga punya senjata yang namanya bom asap. Jadi, gue harus membela harkat dan martabat gue di sini.

"EH BACOT, DENGERIN DULU, DENGERIN!" jawab gue.

"APA LU? MAU NYARI ALASAN APA? LU ITU MASIH DI BAWAH UMUR, CEPOL! BISA-BISANYA PERGAULAN LU UDAH SEJAUH INI."

Cepol. Udah lama gue ga mendengar panggilan itu. Dia adalah satu-satunya orang yang mempopulerkan panggilan itu di depan teman-temannya dan keluarganya. Cepol diambil dari nama gue yang adalah Celine Putri Olivia. Orang lain manggil gue Celine, Puput, Oliv, Pia, yang semuanya terdengar sebagai nama panggilan yang wajar. Eh, doi malah manggil gue Cepol.

Selain itu doi juga sering protes sama gue karena rambut gue selalu gue cepol. Katanya gue ga ada feminim-feminimnya sama sekali, ga enak dilihat, seperti bukan cewek dan nyuruh gue dandan. Enak aja nyuruh-nyuruh gue, emang doi siapanya gue? Gue juga ogah banget kalau doi jadi naksir sama gue gara-gara gue mengikuti seleranya. Hih, amit-amit!

"BACOT, BACOT, BACOT! DIBILANGIN DENGERIN DULU MALAH CERAMAH. GUE BELI BARANG INI KARENA MAU GUE PAKAI BUAT TUGAS EKSPERIMEN GUE DI SEKOLAH. JANGAN SOTOY LU! LAGIAN YANG PERLU DENGAR CERAMAH ITU ELU, BIAR LU TOBAT DARI KEBIASAAN LU YANG MESUM ITU!" Gue konter serangan Bagas dengan ngembaliin kata-katanya ke dirinya sendiri.

"GA USAH BAWA-BAWA AGAMA! KAYA LU PUNYA AGAMA AJA," balas Bagas.

"LU NGATAIN GUE ATHEIS? SINI GUE BUAT MAMPUS LU, BIAR LU KETEMU SAMA TUHAN GUE!" kata gue dan gue langsung menjambak rambutnya yang sebahu itu.

Bagas pun menarik sebelah kuping gue lalu dia pelintir. Bangsat, sakit banget. Tangan Bagas satunya lagi menahan jambakan gue dan satu lagi menjewer kuping gue. Akhirnya gue gigit aja tangan Bagas yang lagi ngejewer gue biar kuping gue bisa terlepas dari serangannya yang membagongkan ini.

"AAAAA…"

Gue senang melihat Bagas kesakitan. Sayangnya gue ga punya taring yang panjang biar lengan doi bolong dan gue rubah doi jadi manusia serigala. Sayangnya gue ga bisa.

Seorang ibu-ibu pun mencoba melerai kami, tapi karena beliau adalah rakyat jelata yang ga punya ninjutsu seperti kami, jadi beliau pun mental.

"MAMPUS LU, MAMPUS!" kata gue.

"ELU YANG BAKAL GUE BUAT MAMPUS, SAT!" balas Bagas dengan posisi kami yang masih jambak-jambakan.

"DIAAAAAM… DIAM KALIAN! PERGI KALIAN DARI TOKO SAYA! PERGI!"

Suara bapak-bapak ini menggelegar. Kayanya dia punya ninjutsu tersembunyi. Atau jangan-jangan dia adalah hokage yang lagi menyamar? Ampun, gue. Kali ini kena mental gue, serius. Sepertinya Bagas pun langsung kena mental juga.

"Iya, nih. Bikin pusing saja."

"Hei, kalau mau berantem di lapangan sana, bukan di sini!"

"Sudah pergi sana kalian. Kami mau bayar belanjaan kami!"

Seketika hilang dong muka gue karena kena force out dari masyarakat. Gue pun berbalik sambil mengernyitkan dahi. Gue tutup sisi muka gue pakai tangan gue. Sementara Bagas sih mau-mau aja minta maaf. Doi mengangguk-angguk minta maaf sambil mengatupkan kedua tangannya lalu mendorong punggung gue biar gue mempercepat langkah gue keluar.

"Elu sih, Pol! Malu-maluin gue aja lu!" kata Bagas ketika kami sudah di teras toko.

"Enak aja, yang ada elu yang mulai duluan tadi! Kata-kata gue dan Bagas ga sekencang tadi.

"Lu ngapain beli-beli barang haram kaya gitu?" tanya Bagas.

"Lu budeg apa gimana sih, Bang? Gue tadi udah bilang itu bahan buat tugas eksperimen gue di sekolah! Bukannya ngedengerin malah sotoy," jawab gue.

Gue dan Bagas adu mulut sampai langkah kami tiba di tempat parkir.

"Lagian lu ngapain sih nongol-nongol di sini? Bukannya lu lagi studi di Bandung? Hidup gue itu udah tenang tanpa lu, eh lu malah nongol kaya gini. Mana bikin harga diri gue jatuh, lagi!" kata gue merepet.

Belum sempat Bagas membalas repetan gue, ponsel gue pun bergetar. Barengan sama ponsel doi juga. Deringnya gede banget, anjir. Mana sound-nya soundtrack Doraemon lagi. Haha…

Gue pun mengambil ponsel gue dan tulisan di layar ponsel gue adalah 'Ibu Negara sedang memanggil…"

"Halo? Ya, Ma?" kata gue.

"Cepat pulang! Bantuin Mama masak," kata Ibu Negara alias nyokap gue.

"Masak-masak buat apaan sih, Ma?" tanya gue.

"Acara pertemuan keluarga apa sih, Pa? Apa yang dipersiapin, kayanya heboh banget? Tinggal satset-satset langsung berangkat kan bisa," kata Bagas yang juga lagi teleponan.

Gue pun sengaja menginjak kaki Bagas. Gue tutup ponsel gue pakai tangan sebentar terus negur Bagas. "Berisik lu, Bang!" kata gue.

Gue dan Bagas pun berpisah. Gue langsung gercep pulang menuruti perintah nyokap gue. Kata beliau akan ada keluarga kerabat yang bertamu jadi kami harus masak-masak. Oke deh, Bos! Gue pun otewe.

Terpopuler

Comments

audi

audi

ngakak dehh😂

2023-07-16

0

audi

audi

suka banget ama ceritanya 😊

2023-07-16

0

Aszenapena

Aszenapena

wkwkwk.. ngaaakkkkaaakk

2023-06-22

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!