Bacot Helen Nyaris...

Gue tepar.

"Ni anak udah mampus, geng!"

"Iya. Kabur yuk!"

"Ayok kabur!"

"Mampus lu, cewek ga tahu diri!"

"Cin, buruan!"

Ya, Tuhan. Kepala gue berat banget. Setelahnya, gue pun ga sadarkan diri.

"Cel! Celine! Bangun Cel!"

"Helen? Aduh."

"Lu pingsan Cel! Dan kenapa lu basah-basahan kaya gini?" tanya Helen panik. Doi sambil ngebantuin gue duduk.

"Kepala gue pusing banget, Len," kata gue dengan suara yang super lemes.

"Iya, iya. Yang mana yang sakit?" Baik banget Helen bantuin gue dengan pijat-pijat kepala gue.

"Lu bakal kedinginan kalau kaya gini ceritanya. Sebentar ya, gue ke koprasi dulu, ngambilin lu baju," kata Helen.

Helen pun pergi ninggalin gue sendirian. Gue pun bangkit pelan-pelan sambil pegangan terus gue masuk ke dalam bilik dan pintunya gue kunci dari dalam. Gue pun nungguin Helen sambil duduk di kloset yang tertutup ini.

Ga lama ada anak-anak yang masuk. Gue kira Helen.

TOK TOK TOK...

"Hallo? Spada?"

"Kayanya yang itu rusak, Jun."

"Ya udah, gue gantian saja sama lu."

Gue diam seribu bahasa. Jangan sampai orang tahu kondisi gue yang kaya gini. Malu banget, sumpah. Biar gue nunggu Helen aja di sini.

Setelah lama menunggu Helen pun datang.

"Cel? Celine? Celine?"

"Di sini..." jawab gue.

NGIIIIK...

"Sorry gue lama ya? Tadi orang koprasi lagi rempong banget jadi lama deh. Ini baju baru lu." Helen pun ngasihin gue satu stel seragam yang masih terbungkus plastik.

"Lu beliin baju buat gue?" Gue ga nyangka sampe segininya banget Helen baik sama gue. Gue berhutang budi sama Helen.

"Iya. Udah buruan ganti, terus masuk kelas. Lu udah telat tahu. Pelajaran udah dimulai," kata Helen.

Gue pun ganti baju. Ukurannya pas. Memang badan gue dan badan Helen ukurannya ga beda jauh sih.

"Jadwalnya Pak Enom ya?" kata gue dari balik bilik.

"Iya. Beliau sempat nanyain elu sih tadi, jadi gue inisiatif nyari lu deh. Tahu ga, gue udah nyari lu di perpus eh lu ga ada di sana. Rupanya lu ada di sini," jelas Helen dari luar bilik.

"Oh, gitu? Thanks ya udah mau gue repotin," kata gue.

"Iya, tapi jangan sering-sering! Lagian lu ngapa sih, kok bisa sampe pingsan di sini? Bentar, bentar... Gue tebak lua abis dikeroyok sama fans-nya Brian ya?" tebak Helen.

"Udah ga usah dibahas. Kita masuk kelas aja yok!" Gue ga mau membahas hal memalukan ini sama Helen. Jadi, mending gue skip aja dan langsung ngajak Helen pergi dari sini.

"Udah lu ngaku aja. Pasti tebakan gue bener kan? Gue bilang juga apa..." kata Helen sambil jalan bareng sama gue.

"Sssst... Ga usah berisik di koridor!" kata gue menghentikan ocehan Helen. Gue pun naruh baju basah gue yang terbungkus plastik ini ke dalam lemari locker. Setelahnya gue pun membawa Helen jalan lagi.

"Katanya mau ke kelas? Kok belok?" tanya Helen.

"Ke UKS dulu. Gue mau minta obat pusing," jawab gue.

"Oke," sahut Helen.

Setelah dari UKS, gue dan Helen pun masuk kelas.

TOK TOK TOK...

"Selamat siang Pak," kata gue.

"Ya, kalian. Masuk, masuk," kata guru gue.

Gue dan Helen pun mendekat ke meja guru tempat Pak Enom lagi duduk.

"Maaf Pak, saya terlambat masuk," kata gue. Helen masih berdiri di samping gue buat nemenin gue.

"Memangnya kamu tadi darimana?" tanya Pak Enom.

"Celine habis... Emmm..." Nyaris! Untung gue cepat-cepat membekap mulut clemes Helen, kalau enggak bisa jatuh harkat dan martabat gue seantaro kelas!

"Saya habis dari UKS Pak," jawab gue.

"Itu kenapa mulut teman kamu dibekap begitu?" tanya Pak Enom lagi.

Gue pun mendekat dan berbisik ke guru gue, "Saya sedang nyeri datang bulan Pak. Saya malu kalau Helen bilang itu di depan teman-teman."

"Oh... " Pak Enom pun mengangguk-angguk.

"Ya sudah, kalian silakan kembali ke meja kalian," kata guru gue.

"Terimakasih Pak," kata gue dan Helen bersama-sama.

"Nyaris! Bacotlu bahaya banget Len," gerutu gue.

"Ya maaf. Gue kan prihatin sama elu," jawab Helen pelan.

"Iya makasih ya Helen yang baik hati," balas gue.

"Hehe... Tentu sohib gue tersayang," kata Helen yang mau meluk gue.

"Jangan meluk! Jangan! Ga kondusif!" cegah gue.

"Oops... Kebiasaan," kata Helen.

Waktu pun berganti. Pelajaran demi pelajaran terlewati.

KRIIIIING...

Akhirnya bel pulang berbunyi juga. Gue pun memberesi peralatan tulis gue di meja.

"Lu yakin mau pulang bareng Brian? Ga kapok lu?" tanya Helen.

"Udah resiko gue jalan sama seleb. Semua orang yang dekat sama seleb pasti ngalamin apa yang gue alamin, Len," jelas gue.

"Konyol lu Cel! Bisa-bisanya lu nerima resiko yang ga sepadan kaya gini," ucap Helen.

"Sepadanlah, Len! Gue malah berharap setelah ini gue dan Brian jadian. Biar mereka yang nge-bully gue itu yang jadi pecundangnya. Gue bakal menang dengan cara yang anggun," kata gue.

"Ampun gue. Nyerah deh gue, nyerah. Gue ga habis pikir sama isi kepalalu. Kamera mana kamera?" balas Helen.

"Mau ngapain lu nyariin kamera?" Ni anak aneh-aneh aja. Segala nyari kamera.

"Gue mau melaimbaikan tangan ke kamera. Gue udah ga sanggup," kata Helen.

"Lu berdiri di depan kelas noh! Ada CCTV di ujung koridor! Lagian emang acara syuting hantu pake acara melambaikan tangan ke kamera segala!" protes gue.

"Iya, elu hantunya!" kata Helen. Dia pun langsung lari dan berhenti di depan pintu cuma buat menjulurkan lidah ke gue.

"Kampret lu! Awas lu ya!" Gue pun ngejar Helen dengan rasa jengkel. Masa gue dikatain hantu.

Pas gue lagi kejar-kejaran sama Helen, tiba-tiba...

BRUUUUK...

Astaga si Eengaas yang gue tabrak. Doi pun berbalik. Mukanya udah kaya mau ngeluarin bom atom Hiroshima-Nagasaki, tapi ga jadi. Pinter banget doi berekting. Bisa banget nahan marah kaya gitu.

Kepalan tangannya yang nyaris jadi bogem buat gue tiba-tiba langsung dibuka dan doi langsung ngelus-elus kepala gue. "Murid cantik jangan petakilan di lorong sekolah ya," katanya sambil senyum.

"Mampus lu gue buat ntar. Tunggu gue di rumah." Kali ini suaranya pelan banget dan nyaris berbisik.

Sementara di ujung koridor dari balik badan Bagas gue lihat Brian melambaikan tangan ke gue.

Gue pun ngacangin Bagas dan langsung pergi ngedatengin Brian.

"Dasar murid nakal. Ga sopan. Gue gurunya malah dikacangin." Sayup-sayup gue denger Bagas menggerutu, tapi bodo amat. Gue siap menjemput hari bahagia gue sekarang.

Terpopuler

Comments

🐊⃝⃟ ⃟🍒⁰¹

🐊⃝⃟ ⃟🍒⁰¹

ya jangan petakilan disekolah ya cantikn😂😂

2023-06-19

0

🐊⃝⃟ ⃟🍒⁰¹

🐊⃝⃟ ⃟🍒⁰¹

bahasa Anak Gaul ya😂

2023-06-19

0

рaᷱyͥmͩeꙷnͣᴛ⁰³🇮🇩

рaᷱyͥmͩeꙷnͣᴛ⁰³🇮🇩

Lha iya, celline nih, kok cari perkara saja

2023-06-16

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!