Perjanjian Berdarah

"MAAA… CELINE PULANG!"

Gue teriak sambil menepuk-nepuk pipi gue. Rasanya kedua pipi gue ini jadi beku setelah gue turun dari motor matic gue.

Gue yang menuruti perintah Ibu Negara tadi langsung otewe dengan kecepatan maksimal 100 km/jam. Untung motor gue bukan Supra batok getar, kalau iya bisa terbang gue. Bukannya sampai ke rumah yang ada gue nanti bakal nyasar ke dunia Mimi Peri.

Gue pun menghampiri nyokap gue yang gue bisa tebak beliau pasti lagi di teras belakang.

Tuh kan, bener. Ternyata beliau lagi duduk lesehan menikmati semilir angin sore sambil mengupas kulit bawang.

"SEINDAHNYA BUNGA SAKURA DI SANA TAK KAN SEINDAH KISAH CINTAKU…"

Anjay, nyokap gue lagi nyanyi-nyanyi dengan earphone di telinga tanpa menyadari kehadiran gue di belakangnya. Eh? Gue kaya familiar dengan…

"AAAAA… EARPHONE GAMING GUEEE!"

Seketika gue pun langsung melepaskan barang milik gue itu dan menggosoknya dengan baju kaos yang lagi ada di badan gue.

"Ni anak, datang-datang bukannya salam malah mengganggu keasikanku," gerutu nyokap gue.

"Maaaa… Ini kan punya Celine," rengek gue. Gue pun mengendus-endus di depan benda ini. "Tuh kan! Mamaaa… Earphone gaming Caline jadi bau bawang nih. Aaa…" lanjut gue merengek.

"Masalahnya apa? Biasanya juga kamu dikata-katai sama teman-temanmu sebagai wibu. Wibu, wibu bau bawang… Wibu bau bawang… gitu." Asem bet nyokap gue malah nambah-nambahin emosi jiwa gue.

"Ga usah mengalihkan duduk perkara kejahatan Mama! Mama udah nyolong earphone gaming Celine! Mama berdosa! Lagipula biarpun Celine wibu, Celine ga bau bawang. Nih, tuh. Pesona Roll On, wanginya tahan seharian." Gue malah endors deodoran sambil mengangkat ketiak gue, anjoy.

"Heleh. Cuma pinjam sebentar saja merepetnya panjang banget. Sudah sana cuci tanganmu lalu bantu Mama potong-potongin wortel tuh," kata nyokap gue.

Gue pun menuruti perintah nyokap gue. Gue simpan earphone gue di kamar, gue cuci tangan, cuci muka, cuci kaki, ganti baju kaos, ganti celana pendek, baru deh gue siap berdinas dengan urusan dapur. Cuma cuci tangan doang dan langsung berdinas? No! Yang ada nanti komedo bakal bermunculan, hantu-hantu sepatu yang bau kaki bergentayangan dan baju branded gue jadi ternodai sama aroma dan noda-noda dunia perdapuran.

Gue pun bantuin nyokap di teras. Gue nanya ke beliau soal siapa tamu yang akan datang nanti. Nyokap gue pun bilang bahwa itu adalah keluarga Almarhum Kakek Surili, temannya kakek gue. Gue pun auto melotot sampai rasanya ni mata gue mau copot semua dan menggelinding di lantai.

Lagian kakek gue kenapa gabut amat sih pakai acara mengundang mereka makan malam?

Waktu pun berlalu. Tiba saatnya pertemuan keluarga itu berlangsung. Gue dari tadi kospley jadi robot. Muka gue kaku, ga bisa senyum, jarang ngomong kalau pun ngomong suara gue datar seperti Tante Gugel, selera humor gue nol, tapi enggak dengan selera makan gue. Ya kali gue ga makan masakan yang gue masak sendiri tapi dibagi-bagi ke orang lain. Enak aja!

"Maksud saya mengundang kalian semua untuk berkumpul di sini adalah seperti ini…" Kakek gue udah memulai mukadimahnya. Semua orang di ruang makan ini langsung serius menyimak omongan kakek gue.

"Seperti yang kalian semua tahu saya dan Almarhum Surili adalah dua sahabat yang sudah seperti saudara sendiri. Kami telah melalui banyak pertempuran di medan peperangan. Dan kini beliau sudah tidak bersama kita lagi," kata kakek gue.

"Dulu kami pernah berjanji akan menjodohkan anak-anak kami. Kami ingin benar-benar berada dalam ikatan keluarga yang sesungguhnya. Tapi, seperti yang kalian tahu bahwa anak-anak kami, Kamu, Dion dan Kamu, Frans, kalian adalah laki-laki. Jadi, bagaimana mungkin kami menikahkan kalian berdua. Hahahaha…" lanjut kakek gue.

"Iya, bagaimana bisa laki-laki menikah dengan laki-laki. Hahaha… Ada-ada saja," sahut bokap gue. Semua orang pun tertawa, kecuali gue. Gue punya firasat ga enak, selain itu gue sekarang lagi kospley jadi robot, jadi ga bisa ketawa.

Oh ternyata cowok menyebalkan yang duduk di hadapan gue ini juga lagi kospley robot. Dia ketawa tapi dipaksain. Kaku banget, anjir.

"Jadi…" lanjut kakek gue. Orang-orang pun berhenti tertawa dan kembali ke mode menyimak.

"Berhubung cucu-cucu adalah sepasang laki-laki dan perempuan, apalagi mereka sudah akrab sekali. Sedari kecil Celine dan Bagas sudah bertetangga…" ucap kakek gue.

"Jadi?" potong Bagas. Bagas ga sabar untuk mendengar inti dari pembicaraan ini.

Sementara gue, gue… Gue lagi kospley robot, kayanya power gue bentar lagi anjlok nge-down dan gue bakal pingsan deh.

"Jadi, saya ingin menjodohkan Celine dan Bagas agar nantinya dapat menikah," jawab kakek gue.

"APAAA? MENIKAH?" teriak gue dan Bagas bersama-sama.

"Kek ga bisa gitu dong, Kek!" protes gue.

"Saya dan Celine ga mungkin menikah, Kek!" sambung Bagas.

"Loh kenapa? Bagas kan laki-laki, Celine perempuan, tidak terikat pertalian darah, tidak punya riwayat penyakit reproduksi, jadi tentu saja bisa dong," jawab kakek gue.

"Kek, pernikahan bukan soal laki-laki dan perempuannya saja. Kami tidak saling mencintai, Kek! Lagipula Celine lulus SMA pun belum. Bang Bagas juga masih kuliah, boro-boro bekerja. Nanti bagaimana dengan masa depan Celine, Kek?" jelas gue.

"Maksud lu masa depan lu bakal suram gitu kalau menikah sama gue? Gue kerja kok, bentar lagi maksud gue. Gue kan balik ke sini karena gue mau ngajar di sekolah," balas Bagas.

"Halah, paling-paling cuma jadi guru magang doang. Secara kan kuliah lu belum lulus, Bang! Entah kapan lulusnya. Mau jadi mahasiswa abadi kayanya," kata gue.

"Hei, kalian! Kenapa kalian malah berantem lagi?" tegur nyokap Bagas. Tapi suaranya yang ga ber-damage membuat ga ada efek apapun terhadap gue dan Bagas.

Kakek mengacungkan telapak tangannya. Beliau memberi isyarat agar kami berhenti berdebat. Sementara sebelah tangannya lagi memegang dada. Kakek tampak kesakitan tapi tidak bicara apapun.

"AYAH! AYAH BAIK-BAIK SAJA KAN?" ucap bokap gue dengan panik.

Malam itu juga kakek gue dibawa ke rumah sakit. Beliau langsung masuk ke ruang perawatan. Semua keluarga menunggu di luar ruangan.

"INI KARENA KALIAN! KALIAN ITU HARUSNYA TAHU SIKON! GARA-GARA KALIAN TIDAK MAU MENIKAH, KAKEK

JADI JATUH SAKIT SEPERTI ITU!"

"IYA. BETUL! KALIAN TAHU SUDAH BERAPA LAMA KAKEK MENUNGGU AGAR KELUARGA BESAR KITA BISA MENYATU? KAKEK MENUNGGU KELAHIRAN KALIAN LALU MENUNGGU KALIAN BERTUMBUH! ITU BUKAN WAKTU YANG SEBENTAR!"

Gue dan Bagas pun diceramahin sama keluarga kami sendiri. Serasa lagi ada di sidang perkara pidana, anjir.

Gue pun langsung lihat-lihatan sama Bagas. Seolah kami lagi bertelepati, Bagas langsung paham apa isi kepala gue lalu dia mengangguk dari jauh.

"Ma, Pa, Om, Tante, Celine dan Bagas butuh waktu untuk bicara berdua. Kami mau permisi dulu," kata gue.

Semua orang pun mempersilakan kemudian gue dan Bagas pun jalan bareng mencari ruangan yang kondusif buat mengobrol.

Kami pun mengobrol di taman rumah sakit. Di sana ada sebuah bangku panjang dengan lampu taman berbentuk bulat bertiang di sampingnya.

Disaksikan para nyamuk-nyamuk yang gue biarin mereka nemplok dan menyedot darah gue dan darah Bagas, kami pun bersepakat untuk menerima perjodohan ini.

"Demi Kakek!"

"Demi Kakek!"

kata gue dan Bagas secara bergantian sambil saling meninju kepalan tangan lawan. Setelah kami menyetujui perjanjian itu, gue pun mulai nepuk-nepukin nyamuk di badan gue. Ada yang udah gendut-gendut lalu jadi meninggoy dengan darah yang berceceran. Begitu juga dengan Bagas.

Kami pun menyebutnya dengan 'Perjanjian Berdarah'.

Terpopuler

Comments

dearifa✅

dearifa✅

seneng amat tereak2🤐

2023-06-21

0

🐊⃝⃟ ⃟🍒⁰¹

🐊⃝⃟ ⃟🍒⁰¹

bengek bacanya 🤣😂😂

2023-06-19

0

🐊⃝⃟ ⃟🍒⁰¹

🐊⃝⃟ ⃟🍒⁰¹

trnyta mamanya di Cepol lucu juga ,🤣🤣😂😂

2023-06-19

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!