Ada Manis-Manisnya, tapi Sakit

Brian sekarang ada di hadapan gue. Sejak prestasinya berkilau, yaitu jadi bintang basket sekolah, cewek-cewek jadi naksir sama dia. Berbeda dengan gue yang naksir dia jauh sebelum itu.

"Lu ternyata suka sama sandwich buah ya?" tanya Brian. Anjir, ternyata doi merhatiin gue.

"Iya, Brian. Lu udah makan? Mau sandwich gue?" tawar gue. Kebetulan sandwich itu belum gue sentuh.

Brian menggeleng. "Gue lebih suka yang lain dan lebih butuh yang lain daripada sandwich buah," jelas Brian.

Duh, tanya ga nih ya doi suka dan butuh apa? Tanya ga nih? Tanya ga nih?

"Lu tahu apa yang lebih gue suka dan lebih gue butuhin?" Eh, malah doi yang tanya. Hihi.

Gue menggeleng. "Ga tahu," jawab gue.

Perlahan tangannya di atas meja mulai sedikit terangkat dan berpindah ke tengah, lalu...

telunjuknya dia arahin ke gue.

Gue refleks, gue ikut nunjuk diri gue sendiri sambil nanya, "Gue?"

Brian mengangguk dan tersenyum manis banget. Tulang pipi gue serasa kesemutan. Duh, jangan-jangan warnanya merah? Senyuman Brian nular banget, sampe gue jadi ikut senyum-senyum.

Brian pun meraih tangan gue dan menariknya pelan-pelan terus nempelin tangan gue ke dadanya dia.

"Lu rasain?" katanya. Gue pun membulatkan mata. Degupan jantung Brian samar-samar terasa di tangan gue.

"Ini yang selalu gue rasain setiap gue lihat elu, baik dari kejauhan apalagi saat dekat begini," lanjutnya.

Gue tarik tangan gue. Gue segan banget. Sambil nunduk dan menyeka rambut gue ke telinga, gue pun bilang, "Olahragawan selalu punya detak jantung yang lebih kuat dari orang lain."

Brian pun melirik ke sekeliling. Doi nampaknya nangkap kalau gue lagi malu banget sama orang-orang di sekitar. Tangan Brian pun memegang dagu gue dan membuat muka gue yang menunduk jadi terangkat kembali. Dia ngelakuin itu sambil bilang...

"Gue memang olahragawan, tapi yang bikin capek adalah lu."

"Kok gue?" gue jadi heran, kok gue yang disalahin. Kan yang olahraga dia sendiri, ga ada yang nyuruh juga.

"Karena lu selalu lari-lari di hati dan pikiran gue," jawab Brian. Alamak, gue sekarang auto kospley jadi lilin yang dipanasin. Gue meleleh.

Kami pun sama-sama tersenyum.

"Brian," panggil gue.

"Ya?" sahutnya.

"Mending lu makan siang sekarang deh? Jam istirahat mau kelar. Hihi..." Ya ampun, kok bisa itu yang keluar dari mulut gue! Padahal yang ada di pikiran gue beda. Gue pingin bilang, jadikan gue penghuni tetap di hati lu. Astogeeeee... Kenapa isi kepala sama mulut ga sinkron gini sih?

Brian pun melepas tangannya dari dagu gue. Hal yang bikin gue nyesel. Tahu gini tadi gue ga usah ngomong apa-apa deh.

"Iya, biar ga kelaparan ya di kelas nanti. Hihi. Lu perhatian banget sih. Seandainya gue punya pacar kaya lu," kata Brian.

Woaaah! Apa? Barusan Brian ngomong apa? Lu bisa ulangi ga Brian? Pingin gue rekam buat kenang-kenangan gue yang bakal gue putar setiap malam sebelum gue tidur.

"Sebentar ya, gue pesan makanan gue dulu," katanya. Doi pun bangkit dan berjalan pergi. Ga lama, doi pun balik lagi sambil bawa makanannya seporsi dan dua botol softdrink.

"Kok?"

"Soalnya lu kan nambah durasi duduk di sini buat nemenin gue makan. Tuh, minuman lu udah habis," kata Brian.

"Nambah durasi, hihihi... Nambah billing," kata gue.

"Kok lu tahu sih? Memang dulu suka ke warnet juga? Hahaha..."

"Oom gue, bukan gue," jawab gue. Iya, si Jiraiya kan udah kaya om-om buat gue. Ih, kok gue malah ingat tu orang sih?

"Oh omnya, om-om warnet? Hahaha..."

"Iya. Terus lu? Mas-mas warnetnya? Hahaha..."

"Hahahaha..."

Siang itu rasa grogi pecah oleh selera humor kami yang sama-sama receh.

Jam istirahat hampir selesai. Helen udah balik. Entah darimana dia. Gue dan Brian pun berpisah. Di langkah kaki ke sekiannya ninggalin gue, doi menoleh dan...

"Celine..."

"Ya?"

"Nanti sore jangan balik duluan ya?"

"Oke, Brian."

Ya ampun, gue seneng banget. Jadi Brian mau ngajak gue barengan gitu?

"Ciyeeeee... Yang diajak pulang bareng," ledek Helen.

"Sssst! Jangan berisik ih, malu tahu!" kata gue sambil melirik ke sekitar. Soalnya suara Helen gede banget. Untung yang merhatiin gue cuma dua orang.

"Idih, idih, idih... Sejak kapan seorang Celine malu-malu begini? Hihihi..." ledek Helen kembali tapi dengan suara yang lebih pelan.

"Ini buat sesajen gue. Yang ini dan ini punya Brian. Tinggal ditambahin sama sesajen lu," kata gue seraya ngasih duit ke Helen.

"Loh, loh, loh... Lu mau kemana?" tanya Helen.

"Toilet!" jawab gue yang udah beranjak dari tempat itu.

Gue pun ke toilet. Gue rasa ada yang ngikutin gue, tapi pas gue menoleh ga ada siapa-siapa.

Setelah gue menyelesaikan hajat gue, gue pun keluar bilik. Di dalam toilet tiba-tiba ada empat orang cewek yang menatap gue tajam sambil ada yang bertolak pinggang juga melipat tangan di dada.

Gue melewati mereka tapi ga bisa. Gue di dorong mundur. Mereka ngerubungin gue.

"Lu pikir lu siapa bisa deket-deket sama Brian kaya tadi?" kata salah seorang dari mereka. Kayanya dia leader geng ini deh.

Jadi ini soal kedekatan Brian sama gue tadi? Ini adalah jajaran orang-orang yang gue tikung pastinya.

"Brian yang ngedeketin gue di meja tadi. Gue tadi lagi..." kata gue, tapi omongan gue dipotong.

"Halah, banyak bacot lu! Sini, sini, sini... "

Gue pun ditarik ke depan wastafel dan salah satu mereka menyalakan keran dengan sumbat yang dipasang di lobang pembuangannya.

"Ngaca lu sini, biar lu sadar diri. Lu itu bukan siapa-siapa! Lihat muka lu yang di bawah standar itu! Lihat bentukanlu yang otaknya ga seberapa. Udah lihat?"

Gue dipegangin di kiri dan kanan gue sampe gue ga bisa bergerak. Sampe kepala gue juga ada yang pegangin. Belum sempat gue jawab apalagi ngapa-ngapain, kepala gue didorong masuk ke dalam air di depan gue.

Kepala gue ditahan dan gue dipaksa nyelem. Anjir, gue ga bisa napas. Untung gue ga pingsan karena kepala gue ditarik lagi ke atas. Gue dipaksa buat ngaca lagi dan kepala gue dimasukin ke dalam air lagi. Hal itu berulang-ulang dilakuin ke gue.

Badan gue udah gue coba bergerak, menggeliat, meronta, tapi mereka nahan badan gue kuat banget. Iyalah, gue kan dikeroyok.

Gue ga nyangka hal yang begitu manis gue cicip tadi bisa berujung menyakitkan banget kaya gini.

Akhirnya gue pasrah sampe gue lemes banget dan gue...

BRUUUUUK...

***Karya ini telah kontrak dengan NovelToon, dilarang membajak karya seperti mencetak ulang tanpa izin.***

***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***