Mata gue dan Bagas saling beradu. Gue bisa merasakan hangat napasnya yang keluar dari hidungnya yang nyaris beradu dengan ujung hidung gue.
Satu... Dua... Tiga... Empat... Mau berapa detik adegan ini berlangsung?
"Anjay..." bisik Bagas.
"Heh!" Gue langsung bangkit tapi tangannya dilingkarkan ke pinggang gue terus nahan gue.
"Ga usah bangun," kata Bagas.
"Mesum lu!" gue maksa mencoba melepaskan diri.
"Ah, elu. Belum juga gue slebew," kata Bagas sambil senyum-senyum genit. Kedua tangannya membuka dan menutup. Gue jadi geli ngelihatnya. Lalu gue lihat ke dada gue dan langsung menyilangkan tangan gue ke dada gue.
Gue udah berdiri depan dia, gue ambil aja bantal sofa terus gue lempar ke muka dia.
TOK TOK TOK TOK...
Gue dan Bagas saling melotot.
"Retno!" ucap kami setengah berbisik.
"Ngapain sih tu cewek balik lagi ke sini?" keluh gue sambil ngacak-ngacak rambut gue.
"Buru ngumpet!" kata Bagas.
Gue sibuk nyari-nyari barang di ruang tamu.
"Ngapain lu?" tanya Bagas masih setengah berbisik. Terus dia narik gue dari ruang tamu.
"Kali aja barang tu orang ketinggalan. Kan bisa lu kasih depan pintu tanpa doi harus masuk ke dalam rumah lagi!" kata gue sambil jalan diseret Bagas.
Gue ngerem mendadak. "Gue sembunyi dimana? Bahkan di kamar gue sendiri oun doi bisa nerobos masuk!" kata gue.
Tangan bagas di pinggang dan satu lagi garuk-garuk kepala. Dia celingukan ngelihat ke sekitar. Matanya pun melotot lalu jarinya diarahkannya ke...
lubang plafon.
"Gila lu!" kata gue.
TOK TOK TOK TOK...
Tu orang ga berhenti ngetukin pintu mulu bikin gue dan Bagas semakin panik.
"Demi keselamatan bersama!" kata Bagas.
Gue pun naik ke lemari yang ada di bawah lubang langit-langit itu.
"Tinggi, gue ngeri jatoh."
Bagas pun dengan gercep bantuin gue dengan mendorong bookong gue.
"Heh! Mesum!"
"Ga ada waktu mesum-mesuman! Buru naik! Berat nih!"
"Iya susah guenya!"
"Kambing, paantattlu bau, lagi!"
"Anjir, mana ada!" Gue sambil dengan sekuat tenaga narik badan gue ke atas. Gue udah bergelantungan. Udah gue geser plafon penutupnya.
"Lu kentut awas lu!" ancam Bagas.
Dengan sekuat tenaga dan effort sebesar-besarnya, akhirnya gue berhasil masuk ke lubang plafon. Setelah gue duduk di plafon, gue pun menutup kembali lubang itu dengan menyisakan sedikit celah buat tempat gue ngintip.
Bagas pun pergi. Semoga tu cewek cepat pergi, semoga tu cewek cepat pergi!
Beberapa saat kemudian...
"CEL..."
"Helen?" Cewek itu berdiri di bawah gue sambil mendongak.
Gue bernapas lega. Ternyata yang datang adalah Helen, bukan Bu Retno si cewek genit.
"Kak, serius Celine ada di atas sana?" tanya Helen.
"Serius. Panggil aja," jawab Bagas.
"Celine..."
Penutup plafon bergeser perlahan. Gue bisa nongolin muka gue di lubang itu. Gue nyengir. "Hehe..."
"Lu ngapain di situ?" tanya Helen.
"Hehe... Ngapain ya? Annuu... Guee..." Gue ngapain di sini ya? Alasan apa yang bisa gue pake ya?
"Doi benerin kabel antena di sana. Tadi siarannya goyang," sambut Bagas.
"Nah, itu. Bener! Gue lagi benerin kabel antena. Hehe..." kata gue.
"Kok yang ngurusin masalah pertukangan kaya gitu Celine sih? Celine kan cewek?" protes Helen.
"Ya kamu lihat sendiri badan saya sebesar ini, bagaimana bisa muat masuk ke sana. Celine saja, ga apa-apa. Bukan masalah dia cewek, kalau urusan bisa dikerjakan sama cewek kenapa enggak," kata Bagas.
"Oo gitu. Ya udah Celine, lu turun! Ngapain lama-lama di sana? Udah selesai kan kerjaan lu nukang?" kata Helen.
"Hehe... Gue takut. Bang, bantuin gue napa, Bang!" kata gue. Bagas pun menghampiri dan bersiap di bawah gue.
"Kok Bang sih? Katanya pamannya?" gerutu Helen.
"Kami memang begini, Helen. Ga perlu formal-formal. Umur kita pun ga jauh kan?" jawab Bagas.
Kaki gue memijak ujung-ujung lemari pelan-pelan. Gue bergerak ragu, agak gemetar. Badan gue membelakangi apa yang gue pijak jadi gue ga bisa ngelihat tumpuan kaki gue.
Gue bisa merasakan bahu Bagas dengan kaki gue. Gue injak aja bahunya.
"Gila, berat amat lu kaya kingkong!" kata Bagas.
SLEEEEPH...
Gue kepeleset dan sekarang paantaatt gue ada di muka Bagas.
"YAAA TUHAAAAN..." rengek Bagas.
"Sorry, ga sengaja." Gue udah duduk di bahu Bahas. Kedua paha gue menjuntai di kedua bahunya itu.
Gue pun berpegangan pada lemari dan Bagas merendah pelan-pelan sampe jongkok buat nurunin gue.
"Apees... apees..." keluh Bagas. Bagas pun pergi.
"Eh, Kak, mau kemana?" tanya Helen.
"Gue mau ke kamar mandi. Eh saya. Muka saya habis ternodai," jawab Bagas sambil berjalan meninggalkan kami. Helen pun kembali melihat ke arah gue.
"Ckckck... Sohib gue ini memang luar binasa," kata Helen.
"Biasa! Binasa... binasa... Lu mau membinasakan gue?" protes gue.
"Iya itu maksudnya. Ah lu baper amat." Helen dan gue berjalan ke ruang TV. Gue tunjuk sofa, "Duduk dulu gih. Gue buatin minum," kata gue.
"Iya deh. Thanks ya," kata Helen.
Gue pun berpapasan dengan Bagas. Gue ke kiri doi ke kiri, gue ke kanan doi juga ke kanan.
"Ah, minggir lu!" kata gue.
"Kenapa sih? Lu masih mau deket-deket sama gue?" tanya Bagas.
"Heh, yang ada elu yang menghalangi jalan gue! Ngapa jadi nuduh gitu!" protes gue. Gue pun berhasil melewatinya. Gue pergi ke dapur dan gue bikin minuman es sirup.
Pas gue balik lagi ke ruang TV, Bagas dan Helen lagi ngobrol-ngobrol asik. Kelihatan banget keganjenan Helen. Doi daritadi senyum-senyum sendiri gitu.
Gue pun nongol dan ngasihin minuman buat Helen.
"Gue ga nyangka kalian tinggal bareng. Tahu gini gue bakal sering-sering main ke sini," kata Helen.
"Iya."
"Jangan!" Eh kok Bagas malah bilang jangan? Gue melotot ke Bagas.
"Maksudnya em... em... Jangan ragu-ragu kalau mau datang. Hehe..." lanjut Bagas.
Idih, ni anak kenapa dah?
"Iya. Makasih Kak. Oh iya Kak, kalau Helen ada kesulitan di pelajaran Bahasa Inggris boleh kan Helen nanya-nanya sama Kakak di sini?" kata Helen.
Mulai nih, Helen gercep cari kesempatan buat ngedeketin Bagas.
"Ya udah. Kalian ngobrol aja di sini ya? Gue mau istirahat. Capek. Mana lemes banget gelaaa..." kata gue sambil membalik badan gue.
"Idih? Lu ga mau ngerjain kerjaan rumah dulu Pol? Kan jatahnya elu?" protes Bagas.
"Lu kan udah tahu gue lagi dapet. Ga ada kasihan-kasihannya ya lu ma gue. Lemes gue tuh lemes!" balas gue. Gue pun pergi meninggalkan mereka berdua. Entah Bagas ngoceh apa lagi, gue cuma nyanyi-nyanyi ga jelas biar ocehannya ga kedengeran sama gue.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 24 Episodes
Comments
ᥫᩣ 🕳️ Chusna
bagasss ngelsss aja
2023-06-20
0
ᥫᩣ 🕳️ Chusna
kentutin aja cel🤣
2023-06-20
0
ᥫᩣ 🕳️ Chusna
astgaaaa . bisa dsruh naik ke lubang plafon
2023-06-20
0