Selamat! Membaca 🤗
🎉🎉🎉🎉
"Tidak perlu mengantarnya!"ucap Erdogan, di saat Ibram hendak mengikuti langkah kaki David.
"Baik tuan!"
****
"Apa ada yang Anda butuhkan lagi tuan?"Tanya Ibram, setelah tidak ada David di Kamar itu.
"Tidak! Kau pergilah."
"Kalau begitu saya permisi Tuan."Pamit Ibram.
Erdogan menatap secara sembunyi-sembunyi Ibram yang berjalan menuju pintu keluar, ia menghembuskan nafas lega ketika Pengawalnya keluar dari kamar.
"Astaga! Ada apa ini,"gumam Erdogan seraya menepuk-nepuk dadanya yang sejak tadi berdebar.
✨✨✨✨
"Kemana saja kau! Apa kau sudah lupa dengan sumpahmu?"
"Maafkan saya tuan Mario, saya sangat menyesal dan saya berjanji tidak akan mengulanginya lagi,"kata Wendy dengan penuh penyesalan.
Ya, saat ini Mario tengah mengintrogasi Wendy yang tidak bisa di hubungi di saat situasi darurat.
"Sudahlah, Mario, lagi pula ini bukan sepenuhnya salah dia, dia mematikan ponselnya di saat hari libur, itu alasan yang bisa kita terima kan!"sahut Erdogan.
"Maaf Tuan, sekalipun mereka libur, tapi mereka tidak di izinkan untuk menonaktifkan ponsel, dan lelaki inipun sudah bersumpah akan selalu siap siaga selama 24 jam dalam 1 Minggu penuh untuk Anda."
"Baiklah! Terserah kau mau melakukan apa."Pasrah Erdogan.
Erdogan bangun dari duduknya, ia berlalu meninggalkan Mario dan Wendy di ruang yang biasa mereka gunakan untuk berdiskusi dalam keamanan Erdogan.
***
Mario sama sekali tidak menerima alasan dan maaf dari Wendy, karena tidak ada kata maaf bagi Mario untuk kesalahan sekecil apapun jika itu menyangkut keselamatan Erdogan.
Tapi Mario tetap memberikan kesempatan Wendy untuk bekerja bersama, hanya saja posisi lelaki itu di pindahkan, ia hanya menjadi pengawal yang bertugas di Rumah sama seperti penjaga lainnya, tidak lagi menjadi pengawal pribadi Erdogan.
Wendy sangat tidak terima dengan keputusan Mario
Tapi ia tidak bisa berbuat apa-apa, karena jika ia sampai protes sudah pasti ia akan di depak dari skuad Erdogan.
Tapi yang paling membuat Wendy tidak terima adalah! Mario memberi penghargaan khusus untuk Ibram yang sudah menyelamatkan Erdogan dari bahaya musuh.
Rasa iri Wendy semakin membuncah pada Ibram karena posisi yang ia impikan untuk menjadi pengawal pribadi satu-satunya Erdogan pupus!
"Sekarang! cepat pergi dari sini, berada lah di posisimu, dan jangan pernah melakukan kesalahan untuk yang kedua kalinya."Kata Mario dengan tegas!
"Baik Tuan, saya permisi."
Dengan langkah kaki yang berat dan hati yang panas, Wendy berjalan, menelusuri pilar-pilar besar yang menjulang di kediaman Erdogan.
"Kau berjaga di sebelah sana."Ucap seorang pria yang bertugas mengawasi pengawal di Rumah Erdogan, seraya menunjuk pintu masuk utama.
Wendy mengangguk tanpa suara dan ia segera memasang badan tepat di pintu, di mana Erdogan biasa lintasi di setiap harinya.
✨✨✨✨
Di dalam kamar.
Elif tengah risau, pertemuannya dengan Dokter David sangat menggangu pikiran gadis itu. Bukan hanya David yang merasa kenal dengan sosoknya yang sudah bertranformasi sebagai Ibram itu, tapi Elif pun merasa tidak asing dengan David.
"Tapi di mana aku bertemu dengannya! aaah, kenapa aku harus bertemu dengan orang yang bisa menggangu ketenanganku seperti ini."Kacau Elif.
Elif mengeluarkan kartu nama yang David selipkan di Jasnya, ia meneliti setiap yang tertulis di sana berharap menemukan petunjuk, tapi nihil, tidak ada apapun yang bisa membantu Elif mengingat David.
"Aaaahh.., ini semakin membuatku pusing saja!"Elif meletakkan kertas berukuran kecil itu di atas meja, ia sudah tidak mau lagi mengingat siapa David, yang terpenting sekarang ia menjalankan apa yang menjadi tugasnya dan mengumpulkan banyak uang.
"Sepertinya aku perlu istirahat sejenak,"gumam Elif, dan ia merebahkan diri di atas kasur.
✨✨✨✨
"Cepat! kau minta Erdogan untuk datang kesini!"paksa Mila, seraya menyodorkan ponsel pada Erina.
"Untuk apa Ma?"
Dengan menahan diri agar tetap tersenyum, Mila menyentuh tangan Erina, sebenarnya ia sudah tidak bisa bersikap manis dengan Erina, tapi Mila harus tetap melakukan itu agar kakak perempuan Erdogan itu patuh dengannya.
"Erina, bukankah kita ini keluarga besar! apa kau tidak merasa sedih melihat hubungan Papamu dan Erdogan yang teramat dingin, Mama selalu membayangkan keluarga kita bersatu dan harmonis, yang paling Mama impikan, hubungan antara Erdogan dan Papamu hangat layaknya anak dan orang tua, dan hanya kau yang bisa melakukan itu Nak. Erdogan sangat menyayangimu dan selalu mendengarkan mu, ia juga selalu menuruti apa yang kau minta tanpa menolak , jika Mama atau Papa yang meminta Erdogan datang sudah pasti ia akan menolaknya, Mama hanya ingin memperbaiki hubungan Erdogan dan Papamu dengan cara mereka lebih sering untuk bertemu dan bersama, kau mengerti kan maksud Mama?"
Erina mengangguk.
"Aku mengerti Ma."
Ia segera menghubungi adik satu-satunya itu, namun kecemasan nampak di wajah Erina ketika ia mendengar kabar jika Erdogan dalam kondisi tidak sehat.
"Apa Erdogan sakit!"Mila berpura-pura panik! padahal ia sangat senang, mengira sakitnya Erdogan di sebabkan racun yang telah bereaksi.
"Iya Ma, aku harus kesana."
"Tidak-tidak, kau tidak boleh pergi ke sana,"cegah Mila, inilah hal yang paling di hindari Mila, tidak membiarkan Erina untuk datang ke kediaman Erdogan dengan alasan apapun.
"Kenapa Ma?"
Otak Mila berpikir keras, untuk memberi alasan yang tepat.
"Sayang, kita ke rumah Erdogan bersama Papa saja ya, bukankah dengan begitu akan semakin mendekatkan Erdogan dan Papa!"
"Tapi aku harus tau keadaan Erdogan sekarang Ma, bukankah Papa baru akan kembali besok!"
"Kamu jangan khawatir, Mama akan mengutus Riko untuk melihat keadaan Erdogan secara langsung, dan Mama minta tolong buatkan sesuatu yang bisa Erdogan makan, Mama khawatir jika ia tidak bernafsu makan, tapi jika kau yang memasak untuk Erdogan pasti ia akan senang dan memakannya."
Mila berhasil mengelabui Erina, terbukti dengan anggukan dari gadis itu dan segera menuju dapur untuk memasak bubur yang biasa mendiang ibunya masak ketika anak-anaknya dalam kondisi sakit.
Mila tersenyum puas, walaupun gagal mengundang Erdogan tapi ia berhasil mengirim sesuatu di sana, ia beranjak dengan tidak sabar menuju ke kamar Riko dan meminta Anaknya untuk bersiap-siap.
"Kau taukan apa yang harus kau lakukan?"Kata Mila penuh dengan penekanan.
"Mama jangan khawatir, aku yang mempunyai rencana ini, tentu saja aku tau apa yang harus aku lakukan."
"Anak pintar,"ucap Mila dengan bangga,"kau tunggu di sini, Mama ingin melihat apakah Erina sudah selesai dengan buburnya."Sambungannya.
✨✨✨
Setelah siap semua, Riko berangkat dengan beberapa pengawal yang mengantarnya.
"Riko, tolong kau pastikan Erdogan memakan bubur itu dan meminum obat,"ucap Erina sebelum Riko beranjak.
"Kak Erina tenang saja, aku pastikan Erdogan memakan habis bubur ini,"sahutnya dengan senyum seribu Wat.
"Karena itulah yang aku inginkan."
Bersambung....
✨✨✨✨✨
Terima kasih sudah berkunjung ke cerita ini 🙏
Minta dukungannya ya 🤗
Tolong koreksi jika ada Kesalahan dalam tulisan ini 🙏
Lope banyak-banyak untuk semuanya ❤️❤️❤️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 130 Episodes
Comments
marlaina marliana
huhhhhhh kenapa Erina gak bisa sensitif dgn keadaan dan harusnya kan Thor erdogan pasang cctv tersembunyi untuk kknya dirumah papahnya bahkan bisa jadi bukti untuk orang tua itu Ais bikin gedeg aja 😡
2024-01-11
1