Selamat! Membaca 🤗
🎉🎉🎉🎉
"Sial! Suara apa itu?"salah satu di antara mereka terlihat panik dengan suara pecahan kaca.
"Kau Cek!"titah pimpinan dari mereka.
"Baik bos!"
Salah satu diantara mereka keluar gudang untuk memeriksa, dan disaat pria itu datang Elif menjerat lehernya dengan seutas tali. Hingga membuat pria itu tidak berdaya dan tumbang dengan mudah, setelah memastikan pria itu tidak akan bangun lagi, Elif segera menyembunyikannya.
Sebelum meninggalkan pria itu Elif menggeledah saku baju dan celananya berharap ia menemukan sesuatu yang bisa di gunakan sebagai senjata pelindung diri untuk menghadapi musuh selanjutnya.
"Baiklah! Setidaknya ini bisa sedikit berguna untukku,"Gumamnya setelah mendapatkan Sebilah belati dari pria itu.
Elif kembali bersiap siaga ke tempat semula menantikan salah satu dari mereka keluar.
"Ke mana dia! Kenapa belum kembali hanya mengecek hal seperti itu saja!"Marah pimpinan, marah pimpinan karena anak buahnya belum kunjung kembali.
"Ijinkan saya untuk melihatnya Bos?"
"Lakukan!"
Setelah mendapat perintah dari sang pemimpin, satu pria kembali keluar untuk memastikan keadaan dan melihat rekannya yang tidak kembali.
Sama seperti rekan sebelumnya, di saat melintasi pintu utama gudang lelaki itu dijerat lehernya oleh Elif, namun kali ini tidak semudah yang sebelumnya karena pria itu mampu melawan Elif hingga terjadi sedikit pertempuran yang menciptakan kegaduhan dan memancing orang yang ada di dalam, tidak mau semua akan semakin riuh, Elif segera mengambil keputusan untuk menancapkan belati yang ia dapat sebelumnya tepat di dada sang pria.
Elif Shock dengan tindakannya kali ini, karena ini baru pertama kali ia melukai seseorang sampai separah ini bahkan mungkin lelaki ini mati, hingga membuat tangannya bergetar.
"Apa yang sudah aku lakukan!"
Di tengah ketakutan yang bercampur kepanikan, Elif kembali memberanikan diri untuk menyeret pria itu dan menyembunyikannya, ia mengatur nafasnya yang memburu dan menenangkan hati.
"Tidak Elif, kau tidak senaja melakukan ini. Ini bukan salahmu, tenang Elif!" Elif berusaha menenangkan dirinya.
Sementara di dalam Gudang.
Pimpinan dari gerombolan orang-orang itu, menyadari jika ada yang tidak beres.
"Kalian tetap di sini, biar saya yang melihatnya."
"Baik Bos!"
Elif yang melihat ketua musuh keluar, mengurungkan niat untuk melakukan hal yang sama dengan 2 orang sebelumnya.
Ia lebih memilih untuk mengendap-endap masuk kedalam Gudang.
"Ternyata masih banyak orang di sini,"gumam Elif, setelah melihat secara jelas situasi di dalam Gudang tempat Erdogan di sekap.
Di waktu yang bersamaan, bala bantuan dari Mario tiba.
Beberapa rombongan datang dan mengepung Gudang.
Karena panik, beberapa orang yang tersisa di dalam gudang menyusul sang pimpinan berniat membantu.
Hal ini di manfaatkan oleh Elif, ia keluar dari persembunyiannya dan menghadapi 3 orang yang tersisa tengah menjaga Erdogan.
"Apa kau cari mati!"sentak salah satu dari mereka ketika melihat Elif dengan berani berjalan ke arahnya.
Elif menanggapinya hanya dengan senyum miring.
"Lihat dia, sepertinya dia tengah mengejek kita."
"Benarkah! Cepat kau singkirkan keledai kecil ini."
Salah satu diantara mereka mulai menyerang Elif dengan santai, Ia pikir Elif tidak memiliki kekuatan seperti para pengawal yang lainnya melihat fisik Elif yang begitu kecil dan tidak terlalu tinggi dibandingkan Pengawal yang lainnya.
Namun apa yang mereka remehkan ternyata malah menjadi petaka, dengan sekali pukulan Elif mampu membuat salah satu dari mereka tersungkur dan mengadu kesakitan sambil memegangi perutnya.
"Sial!"umpat pria itu, dan ia kembali bangkit lalu menyerang Elif dengan tenaga full. Elif sedikit kesulitan namun ia berhasil menyingkirkan pria itu lalu ia melanjutkan menyerang kedua pria yang masih tersisa.
Setelah semua terkapar, Elif segera melepaskan ikatan Erdogan dan membawa lelaki itu keluar dari dalam gudang, biar bagaimanapun juga ia harus lebih mengutamakan Erdogan, mengamankan lelaki itu.
Sementara di luar Gudang, pertempuran dari kedua kubu semakin sengit, pimpinan dari kelompok penyerang itu sangat kuat dan saat ini ia berhadapan langsung dengan Mario. Beberapa orang suruhan Mario sudah terkapar karena tidak mampu melawan musuh.
"Cepat! Amankan tawanan,"titah ketua kelompok musuh.
"Baik Bos!"
Mereka berlari masuk kedalam gudang, dan ketika Mario mencoba mencegah, pimpinan dari mereka berhasil menghalanginya dan kembali terlibat pertarungan sengit.
"Dimana dia?"salah satu dari mereka panik ketika mendapati Erdogan telah menghilang, dan beberapa rekannya terkapar.
"Cepat cari, jangan sampai Bos marah!"
Mereka berpencar untuk mencari keberadaan Erdogan.
Elif yang berhasil membawa Erdogan keluar gudang, bersembunyi di sebuah pohon besar tidak jauh dari sana, ia menyaksikan betapa hebatnya pimpinan dari lawan sampai Mario saja kewalahan.
"Apa yang harus aku lakukan! Apa aku harus menolong Tuan Mario!"
Di tengah kebingungan Elif, Erdogan tersadar dari pingsannya.
"Tuan, Anda sudah sadar!"
Erdogan yang masih merasakan sakit di bagian kepala mencoba mengingat apa yang terjadi pada dirinya.
"Ibram!"panggilnya.
"Iya Tuan, ini saya Ibram. Anda baik-baik saja kan?"
Erdogan mengangguk, Ia berhasil mengingat tentang penyerangan yang ia alami beberapa jam yang lalu.
"Apa kau yang menyelamatkan saya?"tanya Erdogan.
"Bukan hanya saya Tuan, tuan Mario juga. Beliau tengah bertarung melawan musuh."Ucap Ibram seraya menunjuk ke arah Mario.
"Sial! Mereka cari Mati."Umpat Erdogan, yang melihat pertarungan Mario dan lawan yang berjumlah tidak sedikit.
"Anda jangan khawatir, saya akan membantu Tuan Mario."
Elif, sudah akan beranjak, namun Erdogan mencegahnya.
"Kau tenang saja, Mario pasti bisa mengatasinya."
Elif yang ragu dengan apa yang di katakan Erdogan, sedikit bimbang.
"Mario itu hebat! dia tidak terkalahkan!"sambung Erdogan, yang menyadari keraguan Elif atau Ibram pada Mario.
"Saya percaya itu Tuan,"sahut Ibram.
Ibram memutuskan untuk membiarkan Mario bertarung tanpa bantuan tambahan.
"Tuan, apa Anda terluka?"Tanya Ibram penuh dengan khawatir ketika melihat Erdogan memegangi kepalanya.
"Sedikit!"sahut Erdogan.
"Ijinkan saya untuk memeriksanya Tuan."
Tanpa menunggu persetujuan Erdogan, Ibram memeriksa belakang kepala Erdogan.
"Astaga! berdarah!"kejut Ibram, yang tak senaja menyentuh luka Erdogan.
"Aaaw.. Kenapa kau menekannya!"kata Erdogan, seraya menggenggam tangan Ibram.
Kedua manusia itu terkejut dan terdiam, ketika tangan mereka saling bersentuhan.
Erdogan tidak langsung melepaskan tangannya, bahkan ia melupakan rasa nyeri di kepalanya setelah menyentuh tangan lembut Ibram, ia merasakan ada getar-getar di dadanya.
Bersambung....
✨✨✨✨✨
Terima kasih sudah berkunjung ke cerita ini 🙏
Minta dukungannya ya 🤗
Tolong koreksi jika ada Kesalahan dalam tulisan ini 🙏
Lope banyak-banyak untuk semuanya ❤️❤️❤️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 136 Episodes
Comments
Winardy Winardi
hahhah.. makin seru lanjutin thorrrrr
2023-05-29
2