Selamat! Membaca 🤗
"ERDOGAN!"bentak Erson.Yang kesal, karena ia sangat tahu apa maksud dari ucapan Erdogan dengan membawa pengawal di rumahnya.
"Sudah pah! Tenang!"ujar Mila menenangkan suaminya.
Erson mengatur nafasnya yang mulai naik turun, ia benar-benar selalu dibuat marah jika Erdogan datang berkunjung ke rumahnya.
"Anak ini selalu menganggap keluarganya sebagai musuh."Ucapnya, dengan menatap Erdogan yang sudah duduk dengan nyaman di kursi makan yang sebelumnya ditarik dan dibersihkan oleh Wendy.
"Sudah pah, tidak usah diperbesar. Tidak masalahkan jika Erdogan datang dengan pengawalnya."Sahut Mila.
"Tidak masalah! Dia datang ke sini dengan membawa pengawal seperti itu karena dia tidak mempercayai keluarganya sendiri, dia menganggap kalau keluarganya ini musuh yang akan menikamnya secara terang-terangan."Marah Erson.
Namun Erdogan tidak peduli dengan ocehan orang tuanya itu.
"Sudah pah, tidak baik jika kita ingin makan tapi diawali dengan keributan seperti ini,"kata Erina kakak kandung Erdogan, yang baru saja bergabung.
Melihat kakak perempuannya datang, Erdogan segera bangkit dan memeluknya.
"Bagaimana dengan kabarmu, sudah lama kau tidak datang ke sini."Kata Erina, dengan menyambut hangat pelukan adik lelakinya itu.
"Aku baik kak, lalu bagaimana dengan kabarmu, apa mereka semua memperlakukanmu dengan baik di sini."
Sahut Erdogan seraya menguraikan pelukannya dan melirik ke arah Mila dan 3 putranya.
"Kau jangan khawatir, kakak baik-baik saja di sini."
"Erdogan apa maksud dari ucapan?"Erson kembali terpancing dengan kata-kata yang keluar dari bibir Erdogan, namun seperti biasa lelaki itu hanya menganggap ucapkan Erson hanyalah hembusan angin yang sekedar lewat di telinganya.
"Sudah pah."Mila kembali menenangkan Erson karena ia juga tidak mau makan malam ini berakhir dengan keributan antara ayah dan anak.
Hening....
Tidak ada sepatah kata pun keluar dari mulut manusia yang tengah duduk di kursi makan selain suara denting sendok yang membentur piring.
Semua tengah khusyu menikmati santapan mewah yang ada di piring masing-masing.
Mario, Wendy dan Ibram tentu tidak ikut bergabung menikmati makanan karena mata mereka tengah menjelma menjadi sebuah CCTV memperhatikan gerak-gerik manusia yang ada di meja makan itu.
"Jangan lengah, apapun bisa terjadi di sini, perhatikan setiap orang yang ada di meja makan terkecuali Nona Erina."Bisik Mario kepada Wendy dan Ibram.
"Baik tuan."
Beberapa menit berlalu dan tidak terjadi sesuatu yang menegangkan di sana, semuanya nampak tenang dan damai, tapi. Tiba-tiba Riko menumpahkan air minum di bajunya sendiri, dan hal itu mengharuskan Riko pamit dari meja makan untuk mengganti bajunya yang basah.
"Setelah mengganti pakaian kembalilah Riko, karena kau belum menghabiskan makananmu,"sahut Erson ketika Riko putra keduanya dengan Mila berpamitan.
"Baik pah."Riko berlalu.
Tapi kepergian Riko justru menarik perhatian Ibram, Ibram terus memperhatikan langkah lelaki itu yang menuju ke dalam tapi entah kenapa ada sesuatu yang lain ditangkap oleh firasat Ibram. Dan firasat itu menuntun Ibram untuk mengikuti langkah Riko.
"Kau mau kemana?"tanya Wendy mencegah Ibram yang ingin beranjak, sementara Mario tidak ada di sana karena Ia mendapat telepon dari anak buahnya yang berjaga di gerbang pintu Rumah Erson.
"Aku ingin ke Toilet, kau tetap disini dan awasi semua orang yang ada di meja makan seperti apa yang dikatakan Tuan Mario dan pastikan jika Tuan Er baik-baik saja."Ujar Ibram.
"Sial! Kau berani memerintah ku!"marah Wendy.
"Bukankah kau sangat bernafsu ingin menarik perhatian Tuan Er! Inilah saatnya,"bisik Ibram.
Wendy terdiam dan kemudian Ia berpikir tentang rencananya yang ingin mengambil perhatian sepenuhnya Er, dan menyingkirkan Ibram.
"Baiklah! Pergi sana."Usir Wendy ketika ia sudah memiliki ide di otaknya.
Ibram tersenyum, dan ia berlalu menuju tempat di mana Riko masuk.
Rumah yang teramat luas dan berliku membuat Ibram sedikit kesulitan menemukan jejak bekas Riko.
"Dimana kamar lelaki itu, apakah di lantai atas! Tapi aku tidak tau jalan menuju lantai atas,"gumam Ibram yang sejak tadi, ia tidak menemukan tangga menuju lantai atas.
"Maaf, apa yang tengah anda lakukan di sini?"sapa seorang wanita yang berseragam hitam putih, yang merupakan salah satu pelayan di Rumah Erson.
"Eh, saya... Ingin ke Toilet!"sahut Ibram terpaksa memilih tempat Toilet seperti alasannya pada Wendy, karena tidak mungkin jika ia mengatakan jika tengah mencari Riko.
"Toilet ada di sebelah sana, Tuan." Kata wanita itu sambil menunjukkan sebuah tempat.
"Terima kasih!"
"Sama-sama Tuan, jika tidak ada lagi sesuatu yang anda butuhkan, saya ijin ke dapur."
"Baik, silahkan. Terima kasih."
Pelayan itu berlalu menuju dapur dan Ibram hendak melangkah menuju tempat yang tadi di tunjuk pelayan.
Tapi.
"Kenapa kau keluar, bukankah kita harus segera mempersiapkan makanan penutup! Sekitar 10 menit lagi makan malam selesai."
"Madam Shar memintaku keluar, karena ia tengah berbicara dengan Tuan Riko."
Perkataan pelayan wanita tadi dengan rekannya, membuat Ibram menghentikan langkah kakinya, karena salah satu dari mereka menyebut nama Riko, orang yang tengah di carinya.
Ibram melirik kearah dua pelayan.
"Baiklah, mari kita kerjakan yang lain terlebih dahulu,"ucap salah satu dari mereka dan memutar arah tidak jadi memasuki dapur.
Ibram yang masih di tempat berpura-pura berjalan menuju Toilet, dan ketika 2 wanita itu menjauh dan sudah di pastikan tidak melihatnya, Ibram berjalan menuju tempat yang ia duga dapur.
Tentu saja untuk memastikan apa yang di lakukan Riko di dapur, bukankah tadi ia berpamitan ingin mengganti pakaiannya, tapi kenapa malah ke dapur.
Sesampainya di dapur, Ibram tentu tidak akan langsung masuk karena sudah bisa di pastikan ia akan di usir, Ibram melihat beberapa pelayan yang juga meninggalkan dapur dan Ibram sembunyi di balik pilar besar untuk menghindari berpapasan.
Setelah memastikan tidak ada lagi pelayan yang keluar, Ibram melangkah mendekati dapur, ia mengintip di balik celah pintu dan melihat Riko memberikan sesuatu pada seorang wanita yang Ibram dugaan ialah yang bernama madam Shar.
Apa benda yang di berikan Riko?
Pertanyaannya itupun hadir di benak Ibram, karena ia tidak mendengar apapun dari dua orang itu yang menggunakan bahasa isyarat.
Apapun itu, Ibram tentu harus mengetahuinya karena gerak-gerik dua orang itu sangat mencurigakan, seperti apa yang di katakan Mario, jika semua manusia yang ada di rumah ini sangat berbahaya untuk tuan Er terkecuali Erina.
Ibram kembali bersembunyi, ketika Riko berbalik menuju pintu keluar.
Ibram kali ini tidak mengikuti Riko, karena ia lebih tertarik dengan benda yang ada di tangan Madam Shar.
Terlihat dari celah pintu, Madam Shar membuka bungkusan kecil yang ia terima dari Riko, kemudian wanita paruh baya itu menaburkannya di hidangkan yang tersusun di meja, tidak semua hidangan. Hanya satu hidangan yang ia bubuhi bubuk dari plastik transparan itu.
Bersambung....
💫💫💫💫
Terima kasih sudah berkunjung ke cerita ini 🙏
Minta dukungannya ya 🙏
Tolong koreksi jika ada Kesalahan dalam tulisan ini 🤗
Lope banyak-banyak untuk semuanya ❤️❤️❤️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 141 Episodes
Comments
Soraya
ibram cerdas
2023-11-06
2