Selamat! Membaca🤗
🎉🎉🎉🎉
Setelah selesai dengan urusannya menabur bubuk misterius kedalam makanan penutup yang akan pelayan bawa ke meja makan, Madam Shar keluar dari dapur untuk memanggil kembali para pelayan. Dan di kesempatan inilah Ibram menyingkirkan makanan yang di taburi bubuk misterius tersebut, bukan hanya itu, Ibram juga mengambil sampel dari makanan untuk ia selidiki apa yang di tabur madam Shar di makan tersebut.
***
"Di mana Ibram! Kenapa dia tidak ada di sini untuk menjaga Tuan Er?"tanya Mario yang melihat tidak ada Ibram, padahal ia sudah mewanti-wanti Ibram untuk fokus dan tidak meninggalkan Erdogan.
"Ibram pergi Tuan, ia menerima panggilan telepon, mungkin dari kekasihnya dan sampai sekarang belum kembali,"sahut Wendy, berbohong.
"Ibram!"geram Mario, "Cepat cari dia, dan seret kehadapan saya."
"Baik tuan."Wendy berjalan menuju tempat di mana Ibram masuk, ia mengembangkan senyum puas, karena, pasti Mario akan marah, marahnya Mario sama saja murkanya Erdogan.
"Tapi kemana dia! Kenapa ke toilet lama sekali,"gumam Wendy yang sudah beberapa menit berkeliling tapi tidak menemukan keberadaan Ibram.
"Tunggu!"Wendy menahan pelayan yang mondar-mandir dengan kesibukannya.
"Iya Tuan, ada yang bisa saya bantu?"
"Di mana Toilet?"
"Di sebelah sana Tuan."
"Baik! Terima kasih."
Wendy bergegas menuju tempat yang tadi di tunjuk pelayan.
***
"Makanan utama sudah kalian bereskan?"tanya Madam Shar pada para pelayan.
"Sudah Madam."
"Kalau begitu, cepat bawa hidangan penutup, jangan membuat para Tuan di rumah ini menunggu."
"Baik!"
Beberapa pelayan bergegas membawa hidangan penutup yang di buat sepenuh hati oleh Koki terbaik di Rumah Erson.
"Yang itu biar saya saja yang membawanya,"cegah Madam Shar. Ketika pelayan hendak membawa menu di piring yang beberapa menit lalu ia bubuhi sesuatu.
Pelayan mengangguk.
***
"Silahkan Tuan, Nyonya, ini hidangan penutup terbaik dari koki kami, dan ini hidangan khusus di masak untuk menyambut kedatangan Anda Tuan Er."Ujar madam Shar, sambil menyodorkan piring berisi puding Coklat yang terlihat menggoda selera.
Riko yang sudah kembali ketempat semula, mengulas senyum. Dalam hatinya girang luar biasa. Sebelum Erdogan menyantap hidangan yang di suguhkan madam Shar, Mario terlebih dahulu mencicipinya, lelaki itu menaruh rasa curiga pada madam Shar yang mengkhususkan hidangan untuk Erdogan.
"Erdogan! Apa-apaan ini!"marah Erson, ia tersinggung dengan aksi Mario.
"Kenapa?"sahut Erdogan dengan santai.
"Apa kau tidak mempercayai keluargamu sampai membiarkan Mario untuk mencicipi hidangan ini?"
Erdogan tersenyum simpul.
"Seperti yang di katakan Mario sebelumnya, tidak ada yang bisa menjamin keselamatanku dimana pun aku berada."
"ERDOGAN!"
Bentak Erson.
"Sudah Pah, jangan di permasalahkan. Mario hanya mencicipi hidangan untuk Er, itu tidak masalah! Dan jika Er mau, biar Mama yang mencicipi makanan ini."Kata Mila, yang kembali harus menenangkan suaminya.
"Apa kau lihat ini Er! Mama mu sampai rela mengatakan hal seperti ini, apa kau masih tidak mempercayai kami?"
Erdogan sama sekali tidak terpengaruh dengan ucapan dari kedua orang yang lebih tua darinya itu. Dan Mario tetep menjalankan apa yang sudah menjadi tugas besarnya. Memastikan apa yang masuk di dalam perut Erdogan aman dan baik.
Sementara Rohan, anak tertua Erson dan
Mila memasang wajah was-was karena ketakutan dalam hatinya.
"Riko! Kenapa kau terlihat tenang! Apa kau tidak lihat apa yang ada di hadapanmu saat ini!"bisik Rohan dengan sangat pelan di telinga adiknya.
"Kau tenang saja, semua akan berjalan lancar."Sahut Riko dengan santai.
"Apa kau sudah gila, Mario mencicipi makanan itu bagaimana jika dia yang mati!"
"Sudahlah, kau tidak perlu khawatir, karena itu tidak akan terjadi. Dan jangan berbisik-bisik seperti ini karena akan membuat Erdogan dan Mario mencurigai kita,"sahut Riko yang masih berbisik.
Rohan sedikit tenang, tapi ia juga kesal, dengan ucapan adiknya. Apakah Riko tidak menjalankan tugasnya untuk menaburkan racun di makanan Erdogan? itulah yang ada di pikiran Rohan.
"Apa kalian tengah membicarakanku?"tanya Erdogan pada dua saudara tirinya itu.
"Benar, kami benar tengah membicarakanmu. Membicarakan rasa kagum kami pada sosokmu yang begitu hebat dan luar biasa,"jawab Riko. yang memang sangat pandai berbual, dari kedua saudaranya.
Erdogan tersenyum mengejek, tentu saja ia tidak akan percaya dengan kata-kata kedua lelaki yang duduk di hadapannya ini.
Setelah beberapa saat melihat tidak ada reaksi apapun yang ditunjukkan oleh Mario, dan Mario merasakan jika tidak ada hal yang aneh dari hidangan tersebut mempersilakan Erdogan untuk menyantapnya.
"Kau lihat sendiri kan Er, tidak ada kesalahan atau bahaya apapun dari makanan ini. Kau benar-benar sudah mengacaukan selera makan kami,"kata Erson. Yang benar-benar sangat marah kepada sikap dan kelakuan putra sulungnya, namun seperti biasa. Erdogan tidak akan pernah menggubris kemarahan orang tua itu.
**
"Kau dari mana saja, kenapa kau melalaikan tugas yang saya berikan untuk menjaga Tuan Er. Tapi kau malah asik berkencan lewat telepon dengan kekasihmu!"marah Mario ketika melihat Ibram kembali.
"Berkecan!"
"Jangan berpura-pura bodoh seperti itu, jika sampai terjadi sesuatu pada Tuan Er karena keteledoranmu meninggalkan beliau. Tentu saja kau harus membayarnya dengan nyawa yang saat ini masih tertanam di tubuhmu."
Ibram sampai menelan ludahnya, mendengar perkataan Mario yang serasa mencekik.
"Ini pasti ulah Wendy yang berkata tidak tidak kepada tuan Mario."Batin Ibram.
"Maafkan saya Tuan, saya meninggalkan Tuan Er bukan untuk berkencan. Tapi saya justru ingin menyelamatkan Tuan Er dari marabahaya yang tengah mengintainya."
"Apa maksudnya?"
"Saya akan menceritakannya nanti setelah kita keluar dari Rumah ini, karena saya rasa, di Rumah ini terlalu banyak telinga yang siap mendengar setiap kata yang keluar dari mulut kita, dan akan mereka jadikan senjata untuk melawan Tuan Er."
Mario cukup terkesan dengan tutur kata Ibram, sepertinya Pengawal satu ini memang benar-benar bisa diandalkan. Baru satu kali ia mengikuti Erdogan mengunjungi Rumah tuan Erson, tapi ia sudah mengetahui situasinya. Itulah kekaguman yang saat ini terpapar di pikiran Mario.
Namun Wendy yang diperintahkan untuk menyusul Ibram malah tak kunjung kembali, bahkan sudah 30 menit lamanya, entah di mana lelaki itu berada. Mungkin saja dia tersesat di Rumah Erson yang sudah seperti kastil Barbie.
"Kita pulang!"ajak Erdogan yang sudah tidak betah berlama-lama di rumah Erson, setelah 10 menit mereka membicarakan soal perusahaan yang akan diturunkan kepada ahli warisnya.
"Papa belum selesai bicara Er, apa kau mau pulang begitu saja sebelum kita memutuskannya?"
"Terserah pada Papa saja, aku tidak butuh perusahaan itu, dan untuk apa Papa meminta pendapatku ketika aku mengajukan perusahaan itu diserahkan kepada Kakaku, tapi papah menolaknya mentah-mentah dengan alasan, karena kakakku itu perempuan. Jika Papa ingin memberikannya kepada tiga anak istri kesayangan Papa silakan, aku tidak peduli." Sahut Erdogan.
Bersambung.
✨✨✨
Terima kasih sudah berkunjung ke cerita ini 🙏
Minta dukungannya.
Tolong koreksi jika ada kesalahan dalam tulisan ini 🙏
Lope Banyak-banyak untuk semuanya ❤️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 130 Episodes
Comments
Daniel Somawi
Lope lope untuk Elif alias Ibram
2023-06-15
1