Chapter 09

"Aakkhhh!!!" Teriak seseorang diikuti tangisan seseorang lainnya.

"Tolong! Aku mohon selamatkan suamiku" Teriak seorang wanita mencoba mencari bantuan. Gulf dan Mew yang mendengar suara itu pun bergegas mendekatinya.

"Ada apa?" Tanya Gulf.

"Suamiku kesakitan. Aku mohon tuan tolong dia" Ucapnya mencengkram tangan Gulf erat.

"Boleh kami melihatnya?" Tanya Mew. Wanita itu pun langsung membawa keduanya masuk.

Keduanya terkejut melihat orang itu tampak sangat kesakitan. Mew langsung mendekatinya dan memeriksa beberapa bagian tubuhnya. Mew merapalkan mantranya, Gulf dan wanita itu hanya melihatnya tidak mengerti. Seketika orang itu pun menjadi tenang.

"Apa yang terjadi padanya?" Tanya wanita itu sedikit panik.

"Tenang saja. Dia hanya tertidur sekarang dan juga berikan sesuatu yang pahit untuk membuatnya muntah. Maka sedikit demi sedikit racunnya akan keluar" Ucap Mew.

"Terimakasih tuan anda telah menolong suamiku" Wanita itu menggenggam tangan Mew dengan erat.

"Iya sama-sama" Wanita itu melihat suaminya yang sudah tampak tenang dan kekhawatirannya pun mulai mereda.

"Tuan apa kau seorang dokter?" Mew dan Gulf saling bertatapan, mereka bingung harus menjawab apa.

"Bukan. Tapi aku hanya tahu sedikit tentang pengobatan" Ucap Mew. Tidak mungkin ia mengatakan jika dia adalah seorang pemburu vampire, orang-orang tidak akan mempercayainya.

"Benarkah? Tapi tuan kau hebat bisa mengatasi penyakit ini, aku melihat orang-orang yang membawa dokter ke rumahnya namun tidak mendapatkan hasil apa-apa. Semuanya menyerah tidak bisa mengobatinya" Mew hanya tersenyum canggung.

"Sejak kapan suamimu menderita penyakit ini?" Tanya Gulf.

"Sejak dua hari yang lalu. Suamiku pergi untuk mengambil makanan yang dibagikan di balai desa, namun saat kembali dia tampak pucat dan mengalami kejang-kejang. Aku beruntung bisa bertemu kalian berdua"

"Dimana balai desanya?"

"Tidak jauh dari sini. Tapi akan percuma jika kalian kesana, pembagian makanan disana sudah berhenti sejak kemarin. Orang-orang mencurigai jika penyakit itu dari makanan yang mereka berikan"

"Kau tahu siapa yang membagikan makanan itu?"

"Orang-orang mengatakan itu dari istana kerajaan" Gulf memejamkan matanya menahan kesal, tentu saja membuat Mew khawatir. Gulf pun tanpa berpamitan langsung pergi keluar. Ia tidak pernah memberi perintah untuk membagikan makanan di desa ini.

"Maaf tapi aku rasa kami harus segera pergi. Semoga suamimu cepat pulih. Kalau begitu kami pamit" Mew pun lagi-lagi harus mengejar Gulf yang sedang marah.

Tidak seperti yang dipikirkan Mew, Gulf hanya berada tidak jauh dari rumah yang baru mereka kunjungi. Ia pun mendekatinya.

"Apa yang kau lakukan padanya?" Tanya Gulf yang sejak tadi penasaran.

"Aku hanya membantu menghilangkan kutukannya"

"Apa maksudmu?"

"Aku tidak yakin tapi mungkin makanan itu yang menyebabkan mereka keracunan. Tapi yang lebih mendominasi adalah kutukan yang diberikan padanya. Racun itu tidak terlalu berbahaya, namun kutukan yang memperburuk kondisinya dan jika dibiarkan akan menyebabkan kematian"

"Tapi bagaimana bisa dia mendapat kutukan? Dia hanya petani biasa"

"Jika tebakanku tidak salah. Ada seseorang yang meminta bantuan para vampire untuk melakukan hal ini"

"Apa?! Siapa yang berani di dalam kerajaanku?!" Gulf mempercepat jalannya menuju istana, namun langkahnya terhenti.

"Tapi bukankah vampire tidak diketahui oleh manusia?" Tanya Gulf.

"Ya itu benar. Tapi bisa saja jika ada vampire yang menawarkan bantuannya" Gulf semakin bingung memikirkannya. Urusan kerajaan saja sudah membuatnya pusing, sekarang ditambah makhluk yang selama ini di anggap mitos pun menjadi nyata dan menyebabkan masalah dikerajaannya.

...****************...

Gulf dan Mew sampai di balai desa yang disebutkan oleh wanita tadi. Tampak sepi, namun masih ada bendera-bendera yang tertinggal. Yang membuat Gulf kesal adalah bendera yang terpasang memang menandakan jika semua makanan yang diberikan berasal dari istana.

"Kenapa sangat kacau disini?" Tanya Mew melihat tempat itu yang berantakan.

"Pasti para warga yang melakukannya. Mereka pasti marah karena apa yang diberikan disini membuat mereka sakit" Mew pun mengangguk.

...****************...

Bright bersama Mew dan Gulf berkumpul di ruang kerja Gulf.

"Aku benar-benar tidak pernah mendapatkan laporan seperti ini. Aku akan tanyakan pada tuan Pan mengenai ini" Ucap Bright setelah mendengar pembicaraan Gulf. Gulf pun mengangguk.

"Dan juga Mew-" Ucap Gulf tanpa meliriknya.

"Oh kau memanggilku Mew? Kurasa kau lebih muda dariku" Ucap Mew. Tak ada respon, Gulf maupun Bright sedang dalam kondisi yang serius, keduanya hanya menatap Mew. Mew pun mengalihkan pandangannya, ia sebenarnya ingin mencairkan suasana yang cukup tegang, namun sepertinya kurang tepat baginya untuk bercanda.

"Ah baiklah maaf aku lupa kau rajanya. Kau boleh memanggilku Mew" Ucap Mew.

"P'Mew" Panggil Gulf. Mew tentu saja terkejut sekaligus senang, ia langsung menatap Gulf dengan semangat. Bright langsung menatap Gulf sedikit tidak percaya.

"Yang mulia"

"Tidak apa-apa. P'Mew bukan termasuk rakyatku. Jadi aku bukan rajanya"

"Aku minta bantuanmu dan pemburu lainnya" Mew dan Bright terdiam mendengarkan.

"Kalian para pemburu bisa mencabut kutukannya. Jadi aku mohon bantu rakyatku" Ucap Gulf berdiri dan langsung membungkuk, tentu saja membuat Mew dan Bright panik dan otomatis langsung berdiri.

"Oh apa yang kau lakukan? Tidak perlu seformal itu. Tentu saja aku akan membantu" Mew tidak menyangka Gulf akan membungkuk padanya demi rakyatnya. Rumor yang beredar tentang raja Traipipattanapong jelas tidak benar.

"Yang mulia bangunlah" Ucap Bright. Ketiganya duduk kembali.

"Tanpa kau suruh pun aku pasti akan menolong. Ini juga tugas kami sebagai pemburu vampire"

...****************...

Pagi pun kembali datang, cahaya matahari yang memasuki kamar Gulf pun membangunkannya. Dilihatnya Bright yang tengah membuka tirai kamarnya.

"Selamat pagi yang mulia" Sapa Bright.

"Jam berapa sekarang?"

"Sudah jam 8 pagi"

"Hmm aku tidur terlalu lama" Gulf pun bangun dan segera mandi.

...****************...

Setelah selesai Gulf menikmati sarapan paginya bersama Bright.

"Dimana dia?" Tanya Gulf.

"Tuan Mew? Dia pagi sekali sudah kembali. Dia bilang akan mendiskusikannya dengan tuan Mile" Ucap Bright.

"Oh ya 2 hari lagi peringatan kematian ratu. Apa ada hal lain yang harus aku siapkan?"

"Tidak. Kau siapkan seperti biasanya saja" Bright pun hanya mengangguk.

...****************...

Mile mengumpulkan beberapa orangnya, setelah mendengar laporan Mew.

"Aku akan mengirim kalian langsung ke desa Khon di kerajaan Traipipattanapong. Cari orang-orang yang mendapatkan gejala yang sudah aku jelaskan tadi"

"Baik" Ucap semua orang serentak. Semuanya pun bubar untuk segera bersiap-siap.

"Mew aku percayakan padamu" Ucap Mile.

"Iya phi aku akan lakukan yang terbaik. Kalau begitu aku harus membantu yang lainnya" Ucap Mew pamit.

"Mew tunggu. Apa raja Gulf akan datang ke desa itu?"

"Ya dia pasti akan datang. Ada apa?"

"Tidak. Baiklah hati-hati" Mew sedikit bingung tapi ia pun pergi.

...****************...

Gulf keluar dari istananya bersama Bright.

"Yang mulia" Panggil seseorang. Gulf menghentikan kudanya, ia menatap tidak suka orang yang mendekatinya.

"Apa yang anda lakukan diluar istana?"

"Apa aku harus melapor pada anak kecil sepertimu?" Ucap Gulf, ia pun tidak menghiraukan First.

"First kenapa kau ada disini? Kau tidak menghadiri kelasmu?" Tanya Bright.

"Aku meminta izin untuk datang kesini. Ada yang harus aku bicarakan dengan yang mulia Gulf" Ucap First.

"Maaf, tapi sepertinya yang mulia sedang tidak ingin menemuimu"

"Bright!" Panggil Gulf.

"Nanti akan aku beri tahu jika yang mulia sudah kembali" Ucap Bright buru-buru menyusul Gulf. First hanya menatap kepergian Gulf, ia kesal karena di abaikan.

...****************...

Sebuah buku besar langsung melayang menuju First yang hanya terdiam, hingga buku itu mengenai kepalanya. Dalam hati ia ingin menghajarnya tapi apa daya jika dihadapannya sekarang adalah ayahnya.

"Untuk apa kau kesini jika tanpa hasil?! Setidaknya kau ikuti dia!" Teriak Weir. First hanya terdiam.

"Dasar anak bodoh tidak berguna! Pergi dari hadapanku sekarang" First pun pergi dari ruang kerja ayahnya dengan raut wajah yang kesal.

Weir mengatur nafasnya kesal, hingga seorang pelayan datang.

"Tuan seseorang menunggu anda di ruang bawah tanah?" Weir mengangguk dan langsung pergi.

...****************...

First keluar dari kamarnya, ia berencana untuk keluar menunggu Gulf kembali. Langkahnya terhenti ketika melihat ayahnya berjalan dengan cepat, ia yang penasaran pun mengikutinya diam-diam.

Mengikutinya menuju ruang bawah tanah, First baru mengetahui jika dirumahnya terdapat ruang bawah tanah. Ia yang semakin penasaran terus mengikuti ayahnya, hingga ia melihat seseorang yang tengah menunggu ayahnya. Tidak jelas orang itu siapa, tapi ayahnya terlihat sangat sopan pada orang itu. Sedikit kesal karena ia tidak bisa mendengar pembicaraan keduanya, ingin mendekat pun ia tidak bisa dan hanya mengamati dari kejauhan.

Terpopuler

Comments

Herdianti Putri

Herdianti Putri

semangat

2023-07-08

1

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!