"Sial sekali aku harus mencuci ini juga. Awas saja kamu Manda, aku akan membuatmu menyesal sudah merayuku malam itu," kata Abi sembari mengelap meja makan.
"Aku seorang Abimana Dipta, harus mengurusi dapur seperti ini? Jika tidak karena aku ini tidak bisa makan sembarangan, aku tidak akan melakukan ini. Mana kemarin aku sudah tidak sarapan dan itu menyiksaku seharian." Abimana terus saja berkicau layaknya burung yang memamerkan performanya.
Pucuk dicinta ulam pun tiba. Amanda mengetuk pintu depan. Ia berdiri di sana dengan penampilan polosnya. Bedanya, saat ini tidak ada ekspresi di wajahnya.
Abimana melemparkan lap di atas meja dengan kasar. Ia begitu menggebu-gebu bahkan hanya untuk menilik siapa yang berada di balik pintu. Kaki jenjangnya melangkah lebar, tanpa mengintip ia langsung membuka pintu begitu saja.
Sorot matanya menjadi semakin tajam saat melihat kedatangan Amanda. Tatapan yang menyiratkan kebencian padahal seharusnya Amandalah yang melakukan tindakan demikian. Akan tetapi justru Abimana yang melakukan itu.
"Kamu?" tanya Abi dengan sorot matanya yang begitu tajam.
"Iya saya. Tenang saja saya datang ke sini hanya karena memenuhi perintah ibu saya. Saya menggantikan ibu sampai beliau sembuh. Ini juga adalah perintah Nyonya Cla."
"Banyak omong kamu!" tukas Kei dengan memutar badannya dan berbalik pergi.
Pagi itu dia sedang membuat sarapan berupa oatmeal, tapi karena kedatangan Amanda, maka napsu makannya tiba-tiba menghilang. Tiba-tiba saja dia merasa kenyang dan memutuskan untuk pergi tanpa sarapan.
Amanda tengah memasak ketika Kei berangkat bahkan tanpa menyentuh masakan Amanda. Amanda pun tidak mau ambil pusing. Dia langsung membuang apa yang Abi buat ke dalam tong sampah.
"Meski aku lapar, aku tidak akan memakan makanan dari rumah ini atau pun memakan hasil masakanmu Abimana Dipta. Seumur hidup aku tidak akan pernah melupakannya. Kamu yang datang, kamu juga yang menuduhku menggodamu. Itu sangat keterlaluan. Aku sama sekali tidak seperti apa yang kamu tuduhkan."
Bersamaan dengan Amanda yang membuang oatmeal tadi. Pada saat itu juga Abi kembali masuk ke dalam rumah karena ponselnya tertinggal. Abi geram saat melihat Amanda buang oatmeal tadi. Padahal Abi kira Amanda akan memakannya.
"Astaga ... sok sekali kamu ya rupanya. Bekerja di rumah majikan dan berani-beraninya buang makanan baru? Oh aku perlu melakukan tindakan tegas dan aku akan menghukummu!" sembur
"Silahkan! Aku tidak takut. Hukum saja, aku akan menggunakan itu sebagai kesempatan untuk berhenti dari pekerjaan ini dan dengan begitu maka upaya pengembalian hutang itu dengan memotong gaji pun akan selesai karena Tuan sendiri yang membatalkan.
Abimana menggenggam tangannya sampai buku-buku tangannya memutih. Dia sudah terlalu kesal. Ia lalu menggebrak meja makan.
"Apa maksudmu? Maksudnya kamu mengancamku begitu?" tandas Abi dengan mendekati Amanda.
"Sial! Dia kenapa bersikap seperti ini? Seharusnya saat ini aku sedang trauma dan meratapi hilangnya keperawanan ku. tapi kenapa aku merasa bila dia ini sebenarnya baik. Hanya saja, Abimana hanya menunjukkan sisi jahatnya saja." pikir Amanda.
"Satu bulan kamu bekerja di sini dan kamu hanya boleh memakai dapur kotor tanpa bumbu. Soal bumbunya kamu cari sendiri!" ucap Abimana.
"Oke, aku tidak akan menyentuh makananmu. Aku masih bisa makan dengan uangku sendiri. Kamu pikir aku akan merengek?" sembur Amanda balik. Dia menatap remeh majikannya.
...----------------...
Satu hari, dua hari, Abi betah tidak pulang ke rumah. Dia tidur di kantor dan membiarkan pembantunya itu menguasai seisi rumah. Namun di malam ke 3, Novan membuka suara.
"Heran gue, sebenarnya bini Lo tu Manda apa Clarissa. Kenapa Lo ogah balik ke rumah cuman gara-gara di rumah ada Amanda? Hei ... Amanda itu maid, dia babu Lo, jongos Lo! Enggak capek apa Lo tidur di sofa? Gue rasa besok Lo harus ganti sofa. Sofa Lo ini udah mulai bau apek karena lo tidurin Mulu," ucap Novan dengan entengnya.
"Astaga iya, aku ini pemilik rumah. Kenapa jadi tidak mau pulang cuman gara-gara ada pembantu sialan itu?" batin Abimana.
"Gue bakalan pulang kok malem ini. Kemarin karena memang ada kerjaan aja. Kita banyak proyek kan? Lo enak cuman masarin, gue yang ngatur dan buat sama tim Sampek botak pala!" keluh Abimana.
Novan tertawa terbahak-bahak. "Aneh, ya jelas harus lo yang mikirin nih perusahaan mau berkembang apa bangkrut. Kalau gue mah santai, gu cuman sekretaris biasa sob."
"Dasar!" umpat Abimana yang kemudian mengambil tas dan jasnya. Ia menentengnya dan berjalan meninggalkan ruangan.
"Nah gitu dong balik. Kalau soal wanita jangan Lo pikirin bener-bener. Mereka itu cuman perhiasan dunia, bukan pemilik dunia. Kita pemainnya, jadi santai aja. Gue juga kalau jadi elu mending gue tinggal selingkuh aja tuh si Clarissa. Keterlaluan sama laki. Lo itu kurang apa coba?"
"Udah deh, jangan bumbuin gue lagi. Gue enggak mau mikirin dia dulu. Udah biasa kan hubungan kita kayak gini. Bertengkar, musuhan dan pergi. Setelahnya baikan lagi. Hemh, ritme yang sama terus menerus. Gua sayang sama dia, kita menikah atas dasar cinta tapi gue enggak nyangka kalau semakin ke sini ternyata bini gue pengidap NPD," ujar Abimana.
"What? Serius Lo? Mending Lo tinggalin deh. Gue saranin Lo pergi aja, dunia ini luas. Cari perempuan lain. Pengidap NPD itu enggak ada obat. Itu penyakit keturunan. Suka pamer, narsistik dan tidak mau kalah. Satu lagi, tidak ada empati. Mending Lo cek dulu deh, dia mau sama Lo itu karena beneran cinta, atau cuman simbiosis mutualisme?"
"Maksud Lo Van?" tanya Abimana dengan menghentikan langkahnya. Ia menatap serius teman baiknya.
"Maksud gue, dibelakang lo dia gimana? Orang dengan gangguan NPD itu pada umumnya tidak bisa setia dan hanya menyukai inang yang banyak uangnya. Siapa yang tahu kalau di belakang Lo ternyata dia ada gadun," cetus Novan yang membuat Abimana berpikir.
"Bisa jadi, ini ada kemungkinannya. Dari yang kuperhatikan, dia itu selalu tampil berlebihan untuk setiap acara. Atau jangan-jangan hanya untuk memikat pria yang lebih kaya dariku?" pikir Abimana.
Abimana pulang dan dia sampai di rumah larut malam. Ia menghela napasnya dalam-dalam saat ia tiba di rumah, rumah itu dalam keadaan bersih dan tertata rapi. Maniknya menangkap satu benda yang semula sudah ia rubah posisinya sekarang kembali seperti sedia kala. Sebuah foto pernikahan dengan sepasang pengantin yang tersenyum lebar.
"Ah foto ini. Padahal aku sudah menaruhnya di gudang. Kenapa Manda memindahkannya ke mari?" gumamnya sebelum memasuki kamar.
Saat itu Amanda yang mendengar suara pergerakan segera mengintip dari dapur. Dia takut bila yang datang itu adalah maling. Ia mengusap dada setelah memastikan bahwa yang masuk adalah majikannya.
"Hampir aku pukul kepalanya. Ku kira maling. Ngapain pulang sih? Udah bagus enggak pulang," desisnya kesal sembari merem*s gagang sapu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 39 Episodes
Comments
my love
semangat up y banyak y Thor😀😀
2023-05-11
0