Amanda pulang dalam keadaan kacau. Ia langsung masuk ke dalam kamar mandi setelah sampai di rumahnya. Saat itu sang ibu yang sedang berada di kamarnya pun sampai tidak tahu kalau putrinya sudah pulang.
Amanda menangis tanpa suara, tangisan terdalam dari relung kalbu. Tangisan kehilangan akan sesuatu yang sangat berharga. Sesuatu yang begitu ia jaga dan ia khususkan bagi orang tercinta nantinya.
"Bagaimana bisa aku kehilangan itu dalam semalam dan Bapak Abi yang kukenal baik dan santun ternyata dia. Dia tega merebutnya dariku. Aku harus bagaimana?" gumam Amanda pelan.
"Manda! Kamu sudah pulang Nak? Bagaimana pekerjaannya, lancar?" tanya bibik Ninik dari balik pintu. Terdengar dia sedang sibuk membuat masakan meski kaki dan lengannya cedera.
"Iya Bu, aku sudah pulang. Semuanya baik-baik saja kok, lancar." Amanda menjawabnya dengan menahan tangisnya sebisa mungkin. Dia tidak mau ibunya yang seorang janda itu akan kesusahan karena masalahnya.
"Pak Abi pulang?" tanya bibik Ninik dengan maksud ingin memastikan bahwa majikannya pulang malam itu.
Mendengar nama itu disebut, hati Amanda kembali mencelos. Ia merasakan sakit yang amat sangat namun tidak terlihat. Hanya mamanya saja sudah mampu membuatnya kembali ke malam kelam itu.
"Pulang Bu, pulang kok. Tadi aku melihat mobilnya ada dan sepatutnya di samping pintu," jawab Amanda yang jelas-jelas itu berbohong.
Amanda mana sempat memerhatikan sepatu dan mobil di bagasi. Matanya terlalu sibuk mengeluarkan bulir beningnya. Otaknya terlalu sibuk memikirkan obat apa yang bisa ia gunakan untuk melunturkan benih yang terlanjur masuk ke dalam rahimnya.
"Ya sudah, nanti kamu ke sana lagi ya. Ibu akan istirahat dulu. Kaki ibu masih belum sembuh benar. Nanti hanya masak dan setrika baju Bapak saja, sore sudah bisa pulang kok. Kamu mau kan Nak?" tanya bibik Ninik.
Amanda semakin tergugu mana kala dia menyadari, dia akan kembali lagi ke tempat mengerikan yang menyimpan dan mengabadikan kenangan buruk itu. Hatinya hancur, keadaan seolah memaksakannya untuk terus berada di sekitar Abimana yang telah merampas mahkotanya. Kilasan semalam kembali, di mana Abi melakukannya tanpa ampun bahkan tidak menggubris tangisan Amanda.
"Iya Bu!" sahut Amanda yang setelahnya tubuhnya luruh dan lemas. Ia tidak memiliki tenaga selain untuk menangis. Berkali-kali juga ia memukuli perutnya sendiri berharap cairan putih kental itu akan gugur seluruhnya tanpa ada yang menempel satu pun.
Bibik Ninik kembali tidur setelah ia meminum obatnya. Amanda yang baru selesai dengan tangisnya hanya bisa menatap sang ibu yang meringkuk seorang diri sembari menahan rasa sakitnya. Ibu yang selama ini berjuang sendirian dalam menghidupinya.
Tanpa terasa, air matanya kembali jatuh berderai. Amanda menyekanya dan pergi begitu saja. Dia tidak mau berlama-lama dalam kesedihan.
...----------------...
"Ayolah Manda, kamu harus kuat! Ini bukan apa-apa, ini sudah jamannya. Bahkan tanpa ikatan juga bukan sesuatu yang dianggap berdosa. Aku harus menerima ini dan menjalani hidupku seolah tidak ada apa-apa yang terjadi," pungkas Amanda seorang diri.
"Mbak minta obat buat melunturkan spe*ma yang terlanjur masuk," pinta Amanda dengan polosnya lantaran dia tidak tahu na dari obat itu.
Apoteker pun menatapnya aneh. Amanda seperti orang linglung kala itu. Tatapannya kosong dan wajahnya pucat.
Setelah mendapatkannya, Amanda langsung meminumnya. Harganya sangatlah mahal bagi Amanda. Di mana harga dari obat itu adalah sama dengan gamis ibu-ibu masa kini.
"Seharusnya setelah ini tidak akan ada masalah lagi," kata Amanda menguatkan dirinya sendiri.
Semalaman ia menangis, dan semalaman juga ia mengutuk, memukuli perutnya, dan juga terus menjambak rambutnya sendiri. Amanda tertekan oleh keadaan. Sesuatu yang berharga hilang namun dia tidak bisa menuntut pertanggungjawaban.
"Apa yang harus aku lakukan besok Ibu belum sembuh dan aku masih harus menggantikannya. Apa bisa aku kembali bertemu dengan Pak Abi?" Amanda menanyakan kesanggupan dan kesiapannya.
---***---
"Nak, pagi ini kamu ke rumah Pak Abi ya. Kamu buatkan dia sarapan. Dia itu tidak bisa makan makanan sembarangan. Bu, Clarissa sedang tidak ada di rumah. Tolong bantu ibu ya Nak. Buatkan juga makan malamnya dan simpan di lemari pendingin. Buatkan sup saja, dia suka makanan berkuah saat malam," ujar bik Ninik kepada putrinya.
Mendengar permintaan sang ibu yang begitu panjang membuat Amanda hanya bisa mengangguk tanpa menolak. Tidak ada bantahan atau pun penolakan. Dia tidak sanggup mengatakan apa yang sudah terjadi dan begitu melukai jiwanya.
"Demimu ibu aku masih mau bertemu dengannya. Aku bersumpah, bila bukan karena mu tidak akan aku mau bertemu dengan lelaki jahanam itu!" kata hati Amanda.
"Ya sudah, kalau begitu Amanda segera ke sana saj ya Bu. Assalamualaikum," pamit Amanda tanpa menatap lama wajah sang ibu. Ia hanya mencium tangan snag ibu dan menundukkan wajahnya.
"Ada apa anak itu, apa dia sakit atau kelelahan? Dari tadi dia hanya menunduk dan sedikit bicara," gumam Bik Ninik setelah mengamati gelagat aneh putrinya.
"Kakak apa sakit Bu? Dia diam saja setelah pulang dari rumah Pak Abi," cetus adik Amanda yaitu Aska, anak usia 10 tahun yang masih duduk di bangku SD.
"Mungkin saja Aska, sudah sana kamu juga bersiap untuk berangkat sekolah," putus bik Ninik.
---***---
Amanda telah sampai di kediaman Abimana. Ia mendongak menatap pagar yang menjulang tinggi. Dia kembali menitikkan air mata saat kilasan malam yang menyakitkan itu datang kembali.
Amanda sangat ingat bagaimana Abi melakukan apa yang ia sukai itu dan seolah menjadi tuli. Dia seolah tak bisa mendengar jerit tangis dan permohonan Amanda untuk lepas. Dia terus saja melakukannya bahkan tidak hanya satu kali namun berkali-kali.
Apa yang Abi lakukan terhadap Amanda itu begitu keras dan brutal hingga tubuh gadis itu mempunyai banyak jejak berupa lebam kebiruan. Amanda mengingat bagaimana Abimana membungkamnya dan terus saja melakukan hentakan demi hentakan tanpa ampun. Kenangan buruk itu membuat Isak tangis Amanda kembali.
"Aku harus profesional. Ada dua kehidupan yang harus aku tanggung. Ibu dan adikku. Tanpa pekerjaan dari Bapak Abi, mereka akan makan apa? Sedangkan aku juga belum tahu ibu bisa pulih lagi atau tidak," gumam Amanda dengan melangkahkan kakinya perlahan memasuki rumah mewah tersebut.
Amanda masuk melalui pintu belakang. Ia masuk langsung ke dapur kotor dan langsung membuatkan menu sarapan pagi. Yang dia tahu majikannya itu begitu menyukai nasi goreng di pagi hari.
Abimana, tiba-tiba saja keluar dari dapur bersih dan melemparkan sebuah seprai putih beserta dengan kasur tipisnya. Amanda terperanjat saat melihatnya. Ia sampai mengusap dadanya.
"Heh! Kamu kenapa ada di rumahku lagi?" desis Abi dengan memelankan suaranya seperti orang yang sedang gemas.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 39 Episodes
Comments
Ririn Mutiarini
Koq aq jd gemes ya baca ulang uda hampir setahun baca lg tp awal baca ga pernah komentar krn asik pgn nyelesaikan dan tertarik dgn alur ceritanya /Shy/
2024-04-28
0
my love
up yg banyak dong Thor .. semangat ,👍🏻👍🏻
2023-05-08
1