***
"Sudah dibilang saya manusia biasa. Bukan manusia purba! Apa itu manusia purba? Saya juga tidak tahu," balasnya ketus juga.
Tak mau kalah, Ana makin tambah jutek. "Kok kamu nyolot, siapa suruh penampilanmu aneh begitu! Tinggi besar seperti tarzan," ujarnya.
"Dari dulu saya memang seperti ini. Kamu juga aneh. Kecil dan berisik," jawab Naki logis disertai nada ejekkan.
"Eh, malah ngatain aku ya? Dasar manusia purba jelek. Gak pake celana!" sungut Ana.
Naki melengos malas. Hal itu membuat Ana terdiam seraya memasang wajah tidak nyaman.
"Tidak. Aku Nggak boleh galak-galak sama dia. Sekarang cuma dia satu-satunya orang yang bisa aku tanya," batin perempuan itu.
"Jadi kamu adalah penduduk yang tinggal di tempat ini?"
"Iya." Naki menoleh lagi. Karena suara Ana melembut, Naki pun kembali memasang ekspresi teduh.
"Bisakah kamu menolongku? Bantu aku keluar dari tempat aneh ini, aku ingin pulang!"
Langsung saja Ana meminta bantuan tanpa basa-basi agar urusannya cepat selesai. Dan tentunya tidak berhadapan dengan orang aneh seperti Naki.
Naki malah menunduk dengan wajah sedih. "Maaf, saya tidak bisa menolongmu. Saya juga sama sepertimu. Saya terdampar di tempat ini sendirian sejak umur delapan tahun, dan tidak pernah bisa keluar sampai saya jadi sebesar ini."
"Hah?"
"Kamu seriusan! Tolong jangan membohongiku. Kamu tidak sedang bercanda, 'kan?" Ana mulai panik. Keringat sebesar biji jagung berjatuhan dari sekujur tubuhnya.
"Saya serius. Untuk apa saya membohongimu?"
"Ya Tuhan. Kesialan macam apa yang sedang menimpa hidupku?" Ana berteriak frustrasi. Ia sungguh bingung sejadi-jadinya.
Ana mencoba tidak percaya pada Naki. Namun, melihat tampangnya yang seperti perjaka lumutan membuat Ana yakin bahwa pria itu juga sama-sama terjebak seperti Ana.
"Aku harus keluar dari sini bagaimanapun caranya! Aku tidak mau tinggal di hutan belantara seperti ini!"
Ana memaksa tubuh lemahnya untuk berdiri. Ia berpegangan pada tembok kayu untuk menopang tubuh lemahnya.
Naki yang melihat tingkah histeris Ana mencoba menghalau. "Tubuhmu masih lemah, mau ke mana? Di sini banyak sekali hewan buas. Mereka pasti akan memakanmu jika kamu pergi sendirian," ujar lelaki itu.
Ana menepis tangan Naki sebelum sempat pria itu menyentuhnya. "Kemana kek, yang jelas tidak di sini. Aku akan mencari jalan keluar biar bisa pulang."
"Kamu masih sakit, setidaknya istirahatlah dulu sampai besok pagi," larang Naki sambil menghadang di depan Ana agar gadis itu tidak kabur.
Ana menatap Naki dengan penuh kebencian. "Jangan pura-pura baik padaku. Kamu pikir aku tidak tahu apa yang ada di balik otak licikmu. Kamu bisa saja menjahatiku dengan mudah," tandas Ana penuh penekanan.
Naki merasa bingung. Ia tidak mengerti arah bicara Ana yang terlalu berat. Padahal Naki hanya ingin menolong Ana. Tidak bermaksud menyakiti atau apa lah yang gadis itu maksud.
"Tapi malam hari sangat berbahaya. Saya tidak yakin kamu bisa bertahan dalam keadaan seperti ini di luar sana." Naki berkata sambil memandangi tubuh mungil Ana yang tampak ringkih tak berdaya. Tubuh sekecil itu, baru berjalan satu langkah saja pasti sudah dikunyah macan, pikir Naki.
"Di sini juga aku tidak yakin bisa bertahan. Bagaimana kalau kamu memakanku?"
"Makan?" Naki memandangi tubuh Ana dari ujung kaki ke ujung kepala. Tentunya hal itu membuat Ana bereaksi ketakutan.
"Jangan macam-macam ya? Ngapain kamu memandangku seperti itu?"
Naki menggeleng polos. "Sepertinya kamu bukan mahluk yang enak untuk dimakan. Kamu cerewet," ujar anak itu.
Ana mendelik, tetapi ia tidak mau mempermasalahkan ucapan Naki.
Persetan dengan ucapan lelaki itu. Ana benar-bener tidak peduli sama sekali. Yang ia pikirkan saat ini hanyalah jalan pulang agar ia bisa kembali ke tempat Asal.
"Minggir, jangan menghalangi atau mendekatiku!" bentak Ana galak.
Naki membuang napasnya kasar. Pada akhirnya ia lebih milih mengalah. Membiarkan Ana pergi sesuai keinginannya.
"Ya sudah, silakan pergi jika itu keinginanmu." Naki menyingkir dari hadapan Ana. Mata hitamnya memandang Ana dengan teduh dan berat.
Sebenarnya dia jenis manusia seperti apa? Kenapa selalu marah-marah? Padahal saya sudah berbuat baik padanya, batin Naki lagi.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 77 Episodes
Comments
Novie Yanti
kocak naki /Chuckle/
2024-06-13
0
Sunarty Narty
oalah beneran Tarzan,tp yg ini bisa ngomong.tarzan yg d teve2 kan dr bayi ya jd gak bisa ngomong,tp besar bgt ya tinggi nya sampe 2 meter lbh
2023-07-27
0
Ney Maniez
🥺🥺🤗🤗
2023-06-10
0