Rizal dibuat gelimpugan karena Mira marah padanya dan kali ini mungkin tidak akan mudah memaafkannya karena dirinya sangat keterlaluan membuat Mira jatuh ke lantai disaat sedang berada dipuncak rangsangan.
Mira berdiri lalu menutup kembali kancing bajunya, matanya menatap ke arah Rizal yang masih berdiri ditempatnya dan saat Rizal mendekat, Mira berjalan mundur.
"Jangan mendekat. Untuk hari ini jangan menyentuhku!" ucap Mira lalu keluar dari ruangan.
Rizal mengacak rambutnya frustasi, "Bodoh, dasar bodoh, lihatlah apa yang sudah kau lakukan! Bisa bisanya kau melihat wajah Vanes saat bersama Mira, dasar bodoh!" umpat Rizal lalu membanting berkas yang ada dimejanya.
"Sial, kenapa hari ini gadis itu sangat mengangguku! Aku tidak bisa diperlakukan seperti ini, aku harus membuatnya jatuh cinta padaku agar dia menuruti semua ucapanku dan tidak lagi berani membentak ku seperti semalam." gumam Rizal lalu tersenyum puas, "Vanes...Vanes... Kau pikir bisa menghindar dari pesonaku? Tidak, tidak akan semudah itu!" Ucap Rizal penuh percaya diri.
Dan diluar, Mira terlihat berbalik menatap pintu ruangan dimana masih tertutup, Tidak ada Rizal yang berusaha mengejar dan menahannya membuat Mira semakin memanyunkan bibirnya.
Mira yang saat ini tengah badmood, naik ke atas rooftop untuk menenangkan diri dan siapa sangka disana ada Nathan, salah satu karyawan dan juga teman sekolah Mira.
"Tumben nih Nyonya disini?" cibir Nathan.
"Nggak usah ngajakin bercanda, gue lagi nggak mood!" sentak Mira.
Nathan tertawa, "Lagi ngambek?"
Mira mencoba tak mengubris ucapan Nathan, Ia sibuk melihat pemandangan kota dari tempat paling atas digedung perusahaan.
Tanpa disadari Mira, Nathan memperhatikan Mira dari samping.
"Lo tu cantik Mir." ungkap Nathan, pria paling tampan dikantor itu.
Mira menatap Nathan aneh, "Itu udah jelas karena gue cewek!"
Nathan kembali tertawa, "Enggak gitu maksud gue, Lo tu cantik tapi kenapa harus jadi duri didalam rumah tangga orang."
Mira menatap tajam Nathan, Ia tak suka Nathan ikut campur urusannya, "Diem dan pergi!"
Nathan menggelengkan kepalanya, "Gue udah disini lebih dulu jadi kalau Lo nggak nyaman baiknya Lo yang pergi." kata Nathan santai.
Mira tak lagi menatap Nathan, Ia kembali menatap ke arah kota. Keduanya diam sejenak sebelum akhirnya Nathan kembali berbicara dan kali ini ucapan Nathan membuat Mira benar benar terkejut.
"Gue cinta sama Lo Mir."
Mira kembali menatap Nathan tak percaya, kali ini Mira tidak berniat bertahan disini lebih lama. Ia beranjak dari sana namun sayang, Nathan menghalangi jalan Mira.
"Minggir!"
"Enggak akan." kata Nathan masih berdiri didepan Mira.
"Lo gila ya? Gue aduin sama Rizal biar Lo dipecat!" ancam Mira.
"Lo sebegitu cintanya sama suami orang Mir sampai menutup hati seperti itu? Apa Lo yakin bakal nikah sama Pak Rizal? Apa Lo yakin Pak Rizal nggak jatuh cinta sama istrinya? Meskipun mereka nikah dijodohin tapi mereka tinggal serumah, sering bertemu, bagaimana jika-"
Plakk... Mira menampar pipi Nathan.
Nathan tidak emosi saat pipinya ditampar, Ia malah tersenyum, "Nggak apa apa Mir, gue bilang gini karena khawatir Lo bakal dibuang suatu saat nanti. Tapi kalau memang itu terjadi, jangan khawatir Mir, Lo datang aja ke gue. Dengan senang hati gue bakal nerima Lo apa adanya." kata Nathan membuat Mira kembali ingin menampar pipi Nathan namun Nathan menahan tangan Mira, menarik Mira ke pojokan dan mencium bibir Mira.
Awalnya Mira memberontak namun karena tenaga Nathan lebih kuat, Ia akhirnya menikmati ciuman Nathan.
"Brengsek!" umpat Mira kembali ingin menampar Nathan dan kali ini Nathan mempersilahkan Mira melakukannya.
"Bibir Lo masih manis meskipun bekas suami orang." kata Nathan dengan senyuman tipis.
Mira tak mengubris ucapan Nathan, Ia memilih pergi sebelum Nathan kembali menciumnya. Mira keluar kantor untuk membeli es kopi dikafe yang tak jauh dari gedung kantor.
Saat tengah menikmati es kopi dan sepotong dessert, pikiran Mira melayang mengingat ucapan Nathan yang mengatakan jika sampai Rizal jatuh cinta pada istrinya.
Seketika tangan Mira bergetar, jantungnya berdenyut nyeri.
"Bagaimana jika itu terjadi? Apa aku akan dibuang?" batin Mira bertengkar dengan pikirannya sendiri.
Mira menggelengkan kepalanya, mencoba meyakinkan dirinya, "Tidak, itu tidak akan terjadi. Rizal tidak mungkin meninggalkanku."
Mira kembali menyeruput kopinya, Ia benar benar harus menenangkan diri namun tetap saja pikirannya gelisah apalagi Rizal tak mengejarnya saat dia keluar dan tak mencoba untuk mencarinya.
Mira akhirnya meninggalkan kopi dan dessert yang belum Ia habiskan. Mira ingin kembali ke kantor untuk menanyakan pada Rizal jika hati Rizal masih untuknya.
Mira membuka pintu ruangan, Ia melihat Rizal sibuk menatap layar laptopnya namun sedetik kemudian mata Rizal beralih menatap dirinya lalu tersenyum.
"Apa kau sudah mencintai istrimu?" tanya Mira tidak ingin basa basi.
Rizal beranjak dari duduknya, mencoba mendekati Mira, "Apa yang kau katakan itu sayang, aku hanya mencintaimu."
"Lalu kenapa kau mendorongku tadi? Kenapa kau tidak mengejarku saat aku pergi?"
Rizal menghela nafas panjang, "Maafkan aku sayang, aku sedang banyak pikiran. Ku mohon mengertilah." pinta Rizal lalu merengkuh tubuh gadis itu.
"Apa aku kurang mengerti dirimu? Aku bahkan rela menjadi duri dalam rumah tanggamu hingga dicemooh banyak orang!"
"Katakan siapa yang berani mengejekmu? Aku akan menghajarnya sekarang!"
Mira hanya diam, Ia tak mengadukan tentang Nathan pada Rizal. Entah mengapa Mira tidak ingin melakukannya.
Mira melepaskan diri dari pelukan Rizal, "Aku ingin kembali bekerja." ucapnya lalu duduk dikursinya.
"Apa kau ingin makan siang diluar? Hmm?" tawar Rizal sambil mengelus kelapa Mira.
"Tidak, aku hanya nanti malam kita menginap dikantor."
"lagi?" Rizal terlihat keberatan.
"Jadi kau menolak?"
Rizal tampak diam, Ia sedang tidak ingin menginap dikantor karena Ia penasaran dengan sikap Vanes yang berubah. Rizal hanya ingin tahu siapa yang sudah membuat Vanes mengabaikannya seperti itu.
"Kau benar benar menolak?" sinis Mira, "jadi mungkin benar jika kau sudah jatuh cinta pada istrimu!"
Rizal menggelengkan kepalanya, "Tidak sayang, tidak seperti itu. Kemarin Ayah mertua dan Ibuku datang jadi aku hanya takut mereka-"
"Kalau begitu pulanglah." potong Mira.
Rizal tersenyum, "Terima kasih sayang, kau benar benar yang terbaik." ucap Rizal lalu mencium pipi Mira.
Mendadak wajah Mira berubah pucat, apa yang Ia takutkan selama ini sepertinya sudah mulai terjadi.
Rizal jatuh cinta pada Vanes.
Jam pulang yang ditunggu semua karyawan sudah datang.
Rizal bersiap untuk pulang, tak lupa Ia mengecup kening Mira sebelum pulang.
Rizal memasuki mobilnya, tak berapa lama Faris datang dan terkejut menatap ke arahnya.
"Mas Rizal pulang?"
Rizal tersenyum, "Ya aku pulang, apa kamu kecewa dan berharap aku tidak pulang?"
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 246 Episodes
Comments
Fifid Dwi Ariyani
tryssabar
2024-03-31
0
Nendah Wenda
ia gitu RIS biar tau rasa tuh rizal
2023-10-19
0
Mimik Pribadi
Hati2 lho Ris klo sikapmu seperti itu bisa2 Rizal mencurigaimu,,,,
2023-06-25
1