TERGODA IPAR
Faris mencium kedua tangan orangtuanya, Asih dan Slamet yang sudah berjuang untuk biaya kuliah Faris selama 4 tahun.
Kini Faris menghadiahkan toga wisuda dengan gelar kehormatan atau cumlaude.
Hasil yang sangat membanggakan, Faris berikan untuk kedua orangtuanya.
"Setelah ini Faris mau bekerja, Bapak sama Ibu gantian istirahat dirumah." Kata Faris.
Slamet tersenyum, merasa bangga dengan putra semata wayangnya yang begitu menyayanggi dirinya dan istrinya, "Nggak perlu buru buru, kamu istirahat dulu aja nggak apa apa. Bapak masih bisa kerja."
Asih menyahuti, "Bener kata bapak kamu, istirahat dulu jangan buru buru."
Faris menggelengkan kepalanya, "Faris udah dapat pandangan pekerjaan. Diajak Mas Rizal ke kota buat ngurus perusahaan mas Rizal."
"Rizal anaknya Budhe Tantri?" Tanya Asih.
Faris mengangguk, "Iya Bu, perusahaannya gede dan Mas Rizal juga mau ngasih bayaran gede kalau aku mau kerja disana."
"Kalau kamu kerja dikota, kamu butuh modal buat cari kosan sama makan selama sebulan, nanti Bapak carikan modalnya dulu buat kerja kamu." Kata Slamet.
Faris menggelengkan kepalanya, "Nggak perlu pak, Mas Rizal malah minta aku buat tinggal dirumahnya sementara sampai aku dapat gaji, nanti kalau sudah dapat gaji aku bisa cari kosan." Ungkap Faris.
"Tapi si Rizal itu udah punya istri lho, memang nggak apa apa kalau kamu tinggal disana?" Tanya Asih terlihat khawatir.
"Mungkin nggak apa apa Bu, nanti Faris juga bisa bantuin kerjaan rumah mereka kan." Kata Faris yang akhirnya disetujui oleh kedua orangtuanya.
Dan benar saja, selang beberapa hari setelah wisuda, Rizal menjemput Faris ke kampung untuk diajak ke kota.
"Nggak enak nih masa dijemput sendiri sama bosnya." Canda Faris membuat Rizal tertawa.
"Apa sih kamu, nggak usah ngeledek deh." Balas Rizal.
Setelah packing dan mempersiapkan banyak hal, Faris bersiap untuk berangkat menggunakan mobil Rizal.
"Nitip Faris yang nak Rizal," kata Asih pada Rizal.
"Tenang saja bulek, Rizal bakal awasi si Faris biar nggak kena pergaulan bebas disana." Kata Rizal menyakinkan.
Asih tersenyum lega, kini Ia dan suaminya bisa melepaskan Faris untuk bekerja dikota dengan penuh keikhlasan.
"Kita doakan saja si Faris sukses disana." Kata Slamet sambil mengelus bahu Asih.
Asih mengangguk setuju, "Iya pak, mungkin ini jalan untuk kesuksesan Faris."
Sementara itu Faris dan Rizal sudah hampir setengah perjalanan ke kota. Mereka harus menempuh 4 jam lamanya untuk sampai ke kota dan tak terasa sudah 2 jam mereka berada dimobil, bercerita tentang banyak hal.
"Makan dulu Ris." Ajak Rizal yang sudah menghentikan mobilnya direst area.
Tanpa protes, Faris mengiyakan ajakan Rizal karena tak enak jika harus menolak.
Keduanya makan disalah satu foodcourt yang ada direst area. Faris tampak memilih menu yang paling murah meskipun menurutnya itu sangat mahal.
Harga soto ayam dikampusnya dulu hanya 5ribu tapi disini harga soto ayam 15ribu, benar benar membuat geleng kepala.
"Kok soto? Kenapa nggak pesen nasi ikan apa ayam gitu biar kenyang." Kata Rizal.
"Nggak mas, ini juga sudah kenyang kok."
Rizal akhirnya mengangguk dan memberikan pesanan pada pelayan.
"Ada sesuatu yang mau aku minta sama kamu." Kata Rizal.
Faris mengerutkan keningnya, "Apa itu mas?"
"Nanti kalau kamu tinggal sama aku, apapun yang kamu lihat dan menurut kamu itu aneh, jangan katakan sama orang orang termasuk keluarga besar kita." Pinta Rizal.
Faris merasa aneh dengan permintaan Rizal namun Ia mengerakan tangan didepan bibirnya memberi kode jika Ia akan menutup rapat bibirnya. Tidak akan memberitahu siapapun tentang apa yang Ia lihat nanti.
Rizal tersenyum lalu menepuk bahu Faris, "Kamu memang bisa diandalkan."
Selesai makan, keduanya melanjutkan perjalanan. Tepat pukul 10 malam mereka sampai dirumah Rizal.
Seorang wanita paruh baya terlihat membukakan pintu untuk mereka, "Ini namanya Bik Sri, dia yang membantu mengurus rumah ini." Kata Rizal.
"Selamat datang Aden, kalau butuh apa apa langsung bilang sama saya aja." Kata Bik Sri.
"Makasih Bik." Balas Faris dengan sopan.
"Kamarnya sudah disiapin kan Bi? Tolong anterin ke kamarnya ya?" Pinta Rizal yang langsung diangguki Bik Sri.
"Mari Aden."
Faris menyeret kopernya, memasuki rumah mewah Rizal yang membuatnya kagum.
"Aku harus lebih sukses biar bisa renovasi rumah Bapak jadi kayak gini." Batin Faris.
"Ini Den kamarnya." Kata Bik Sri membuka satu kamar dilantai bawah dan kamar itu terlihat mewah.
"Ini bener kamar buat saya Bik?" Tanya Faris terlihat tak percaya.
"Bener aden, gimana apa kurang bagus? Mau diganti dulu warna dindingnya?"
Faris menggelengkan kepalanya, "Enggak gitu, kenapa kamarnya bagus sekali."
Bik Sri tersenyum, "Tuan Rizal yang sudah mempersiapkan kamar ini."
"Tapi ini terlalu bagus."
"Nggak apa apa den, sudah tidak ada kamar lain. Jadi tempati saja."
Faris mengangguk, langsung masuk ke kamarnya dan berbaring diranjang yang sangat empuk.
"Gila ternyata seenak ini jadi orang kaya." Gumam Faris.
Bik Sri mengikuti Faris masuk ke kamar, "kamar saya ada disamping pojok, kalau mau sesuatu jangan sungkan bilang sama saya Den."
Faris mengangguk, "Dapurnya sebelah mana Bik? Soalnya kadang tengah malam saya bangun untuk minum." Kata Faris.
"Dapurnya didepan kamar saya Den. Tinggal lurus saja pasti sampai kamar saya."
Faris kembali mengangguk, "Terima kasih banyak Bik."
Setelah Bik Sri keluar, giliran Rizal yang memasuki kamarnya.
"Gimana? Nyaman nggak sama kamarnya?" Tanya Rizal.
"Nyaman mas, kamarnya bagus banget. Kasurnya juga empuk lagi."
Rizal tersenyum, "Syukur deh kalau kamu suka, kalau laper cari makanan ke dapur aja."
Faris mengangguk mengerti.
"Sekarang istirahat, kalau bisa besok pagi langsung ikut ke kantor ya." Pinta Rizal.
"Siap mas, udah sangat siap banget." Ucap Faris.
Rizal tersenyum dan langsung keluar dari kamar Faris, memberi waktu istirahat untuk Faris.
Faris terlalu senang hingga tak terasa kantuknya menyerang dan terlelap namun hanya beberapa jam saja sebelum akhirnya tidurnya terusik karena haus ditengah malam.
Sudah menjadi kebiasaan Faris, bangun ditengah malam karena merasa tenggorokannya kering.
Faris keluar dari kamarnya, sesuai dengan intruksi dari Bik Sri, Ia akhirnya menemukan dapur dirumah mewah Rizal.
Faris mengambil sebotol air mineral untuk dibawa ke kamarnya.
Saat berjalan menuju kamar, Faris berpapasan dengan gadis cantik yang sangat Ia ingat jika itu adalah Vanessa istri dari sepupunya Rizal.
Faris tersenyum, menyapa kakak iparnya itu meskipun sedikit canggung karena Faris pernah bertemu namun hanya sekali, itupun dipesta pernikahan Rizal waktu itu.
"Nggak bisa tidur?" Tanya Vanes.
Faris menggelengkan kepalanya, "Enggak kok mbak, cuma haus."
"Oh." Balas Vanes lalu berjalan melewati Faris.
Bodohnya Faris tidak langsung memasuki kamarnya, Ia malah berbalik untuk memandangi Vanes yang memakai piyama pendek.
"Sangat cantik."
Bersambung..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 246 Episodes
Comments
Fifid Dwi Ariyani
trussehat
2024-03-31
0
kimraina
Begini rupanya yg disebut laki-laki itu makhluk visual ya
2023-09-05
0
Uthie
Keep 👍
2023-08-04
0