Tengah malam Faris terbangun karena merasakan haus, Ia pun beranjak dari ranjang dan pergi ke dapur untuk mengambil air minum.
Faris terkejut saat melihat Bik Sri juga berada didapur.
"Belum tidur Bik?" tanya Faris.
"Ambil minum Den."
"Ohh sama." kata Faris mengambil sebotol air mineral di lemari es.
Saat Faris ingin meneguk air mineralnya, tak sengaja Ia melihat Bik Sri yang tengah menatap ke arahnya.
"Muka saya emang jelek kalau lagi bangun tidur Bik." celetuk Faris karena Ia merasa Bik Sri tengah menatap wajahnya yang mungkin terlihat seperti muka bantal.
"Bukan karena itu Den, Bibik tadi ngeliat Aden lagi ciuman sama Nona."
Seketika Faris menyemburkan air yang baru saja Ia minum.
"Jangan bercanda Bik!"
"Saya serius Den."
Seketika wajah Faris terlihat pucat mendengar pengakuan Bik Sri.
"Sebenarnya saya dan Mbak Vanes tadi hanya-"
"Bibik ngerti kok Den, cuma Bibik pesen satu hal aja sama Aden, tolong jangan sakitin Nona ya Den, selama ini Nona sudah banyak menderita karena Tuan, Bibik cuma nggak mau Nona semakin sedih kalau sampai merasakan hal yang sama dengan Aden."
Faris tersenyum padahal tadinya Ia ketakutan setengah mati, kini Ia merasa lega seolah sudah mendapatkan restu dari Bik Sri.
"Sebelumnya saya belum pernah jatuh cinta pada siapapun, hanya Mbak Vanes yang membuat saya seperti ini meskipun Faris tahu ini salah, Faris hanya..." Rasanya Faris tak sanggup untuk berkata kata lagi.
"Bibik ngerti Den, Bibik percaya Aden ini pria baik pasti bisa menjaga Nona dengan baik."
Faris kembali tersenyum, melihat Bik Sri mengingatkannya pada Ibunya dikampung halaman. Ia jadi rindu dan akhirnya memeluk Bik Sri.
"Sudah, Bibik mau tidur dulu." pamit Bik Sri yang langsung diangguki oleh Faris.
Selesai minum, Faris kembali ke kamarnya untuk tidur lagi. Sebelum memejamkan matanya, Faris kembali tersenyum mengingat ciuman pertamanya yang Ia berikan pada Vanes. Faris masih ingat manisnya bibir Vanes.
Faris cukup sadar apa yang dia lakukan itu salah namun Ia juga tidak bisa menahan diri lagi untuk tidak meluapkan perasaannya pada Vanes.
Faris hanya berharap segalanya berjalan baik dimasa depan.
Saat pagi tiba, Faris, Rizal dan Vanes sarapan roti bakar buatan Bik Sri.
Disela sela sarapan, mereka dikejutkan suara Rizal yang batuk.
Rizal pikir Vanes akan memberikan perhatian untuknya namun ternyata, bukan Vanes malah Faris yang terlihat khawatir.
"Mas Rizal nggak apa apa?"
Rizal menggelengkan kepalanya.
"Mas Rizal keliatan pucat banget, yakin nggak apa apa?"
Rizal menatap ke arah Vanes yang acuh, "Sedikit pusing, mau masuk angin kayaknya."
"Mau dikerokin mas?" tawar Faris.
"Kamu yang ngerokin?"
Faris mengangguk, "Mau aku apa Bik Sri?" tawar Faris lagi.
Rizal terlihat sangat kesal karena Vanes benar benar tak merespon dirinya. Vanes malah beranjak dari duduknya dan pergi meninggalkan meja makan.
"Nggak usah biar nanti diurusin sama Mira aja!" kata Rizal lalu keluar lebih dulu tanpa berpamitan dengan Vanes.
Faris menatap bengong ke arah pungung Rizal yamg berjalan keluar rumah lebih dulu. Karena tak mau tertinggal, Ia akhirnya ikut beranjak.
"Aku berangkat dulu ya mbak." pamit Faris tersenyum manis sambil mengedipkan matanya.
Vanes tertawa melihat kedipan mata Faris, Ia lantas mengangguk dan mengatakan, "Hati hati ya."
Kini Faris sudah berada didalam mobil bersama Rizal dimana pak Seto segera melajukan mobilnya saat Faris sudah masuk ke dalam.
"Istri macam apa, ngeliat suaminya sakit aja nggak digubris!" omel Rizal.
Faris menatap Rizal keheranan, Ia bingung dengan ucapan Rizal yang seolah menyalahkan Vanes padahal mereka saja tidak dekat.
"Mas Rizal sama Mbak Vanes kan memang suami istri tapi nggak dekat." celetuk Faris.
Mata Rizal melotot menatap Faris, "Meskipun gitu biasanya dia tetap perhatian sama aku, lah ini aneh ngrespon aja enggak!"
Faris tersenyum geli, "Ohh minta diperhatiin, jangan jangan Mas Rizal udah sayang." goda Faris membuat Rizal naik pitam.
"Sekali lagi kamu ngomong kayak gitu, tak suruh jalan kaki sampai ke kantor kamu Ris!" omel Rizal dengan nada marah membuat Faris menghentikan tawanya.
"Siap Bang, aku tutup mulut sekarang." kata Faris mengunci bibirnya dengan gerakan tangan.
Sesampainya dikantor, Rizal keluar lebih dulu dan berjalan masuk kantor tanpa menunggu Faris.
"Kenapa sekarang mas Rizal sensitif sekali kalau menyangkut masalah Mbak Vanes." heran Faris.
"Mungkin Tuan sudah mulai jatuh cinta sama istrinya Den." celetuk Pak Seto yang mendengar ucapan Faris.
Faris tak menjawab, hanya diam dan mencerna ucapan Pak Seto, "Mungkinkah benar? Mungkinkah Mas Rizal sudah jatuh cinta dengan Mbak Vanes? Kalau seperti itu aku bagaimana? Harus senang atau sedih?" batin Faris.
Faris sudah keluar dari mobil, seperti biasa Ia langsung melihat wajah manis Nisa yang menunggunya.
"Selamat pagi Pak Faris ganteng." sapa Nisa.
"Ck, dasar perayu!"
Nisa tertawa, "Pak ucapin selamat ulang tahun dong hari ini saya ulang tahun lho."
"Selamat ulang tahun Nis, semoga cepet dapet pacar biar nggak godain saya trus!" kata Faris yang lagi lagi disambut tawa Nisa.
"Pacarannya sama Bapak aja ya?"
Faris melongo, menatap Nisa tak percaya, "Jangan sama saya Nis, saya ini cowok miskin. Cari cowok yang kaya biar kamu nggak harus kerja."
Nisa memanyunkan bibirnya, "Patah hati nih ditolak."
Faris tertawa, Ia sempat mengelus kepala Nisa sebelum akhirnya berjalan lebih dulu meninggalkan Nisa.
Sementara itu, Rizal memasuki ruangannya, sudah ada Mira disana tengah medi pedi kuku jarinya.
Mira juga terlihat tak mengubris Rizal seolah masih marah tentang semalam dimana Ia menolak Mira.
"Aku sakit." keluh Rizal.
"Kalau begitu istirahat." balas Mira santai.
"Temani!" ajak Rizal.
Mira memutar bola matanya malas, Ia mengambil minyak angin dan yang receh untuk mengeroki Rizal.
"Setelah ini ada meeting penting pembahasan proyek." kata Mira disela sela Ia mengeroki Rizal.
"Aku benar benar sedang lelah dan pusing." keluh Rizal.
"Memang kemana semalam hingga seperti ini? dugem? Party?"
Rizal langsung berbalik menatap Mira kesal, "Apa kau benar benar tidak mempercayaiku?"
"Aku hanya bertanya kenapa harus marah." balas Mira santai.
"Benar benar menyebalkan, kau sama saja dengan Vanes."ucap Rizal langsung beranjak dari ranjang dan memakai kembali kemejanya.
Mira sangat terkejut dengan ucapan Rizal, Ia menahan tangan Rizal yang akan pergi, "Kenapa kau membandingkan aku dengan istrimu? Kau sudah jatuh cinta dengan istrimu?"
Rizal tak mengubris ucapan Mira, Ia melepaskan tangannya lalu pergi meninggalkan Mira.
Mira menatap punggung Rizal tak percaya, apa yang Ia takutkan selama ini benar benar terjadi.
Rizal jatuh cinta dengan istri sahnya dan mungkin akan mencampakannya.
Bersambung....
Jangan lupa like vote dan komen yaaa
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 246 Episodes
Comments
Fifid Dwi Ariyani
trusdabar
2024-03-31
0
Nendah Wenda
cepetan satu tahun nya thor biar vanes bahagia dan Rizal menyesal
2023-10-19
0
Mimik Pribadi
Kamu udh kecolongan 2x Rizal,,,
Selingkuhanmu sdh berhbngn intim dngn Nathan,kamu gk tau kaan,lalu istrimu sendiri mulai berbunga2 dngn adik iparmu,siapkah hati kamu nntnya akan hancurr Rizal???
2023-06-25
2