Faris meletakan botol air mineral dimeja kamarnya. Ia lantas memukul kepalanya karena merasa sudah kurang ajar.
Tidak seharusnya Faris memandangi Kakak Iparnya dengan perasaan suka seperti tadi meskipun Faris merasa jika Vanes adalah tipenya.
Cantik, putih, langsing dan juga seksi. Sungguh membuat pikiran Faris menjadi liar.
"Jika Mas Rizal tahu, mungkin aku dibunuh saat ini juga!" gumam Faris lalu tertawa.
Setelah meneguk habis sebotol air mineral, Faris kembali berbaring diranjang tak lupa Ia memasang alarm diponselnya agar tidak terlambat bangun karena Ia harus mulai bekerja besok pagi.
Faris kembali memejamkan mata, 1 menit 2 menit hingga 30 menit Faris belum bisa memejamkan matanya.
Pikirannya melayang membayangkan tentang Vanes, sungguh membuat Faris gila. Baru saja sehari disini Ia sudah tertarik dengan kakak iparnya sendiri.
"Jangan bodoh Ris, ingatlah tujuan mu kesini untuk mencari uang bukan malah tergoda dengan istri orang!" omel Faris pada dirinya sendiri.
Setelah memaksakan diri, akhirnya Fariz bisa terlelap tidur hingga alarm ponselnya berbunyi menandakan jika hari sudah pagi.
Selesai mandi, Faris memakai setelan kemeja yang dibelikan oleh orantuanya kemarin.
"Baju ini tanda restu Bapak dan Ibu, semoga kamu pulang membawa kesuksesan."
Ucapan dari Bapaknya yang teringat jelas dipikiran Faris.
Dia bertekad harus sukses agar bisa membahagiakan orangtua yang menunggunya dikampung.
Selesai bersiap, Faris membuka pintu dan terkejut melihat Bik Sri berdiri didepan kamarnya.
"Eh kirain Aden belum bangun. Baru mau saya bangunin." kata Bik Sri.
"Faris pasang alarm jadi bisa bangun tepat waktu." ungkap Faris.
"Ya sudah Den, sekarang mari ke meja makan. Tuan dan Nyonya sudah siap untuk sarapan bersama."
Faris mengangguk, mengikuti langkah kaki Bik Sri menuju meja makan dimana sudah ada Rizal dan Vanes disana.
"Gimana? Bisa tidur nyenyak?" tanya Rizal saat Faris sudah duduk.
"Bisa mas." balas Faris, matanya tak sengaja menatap Vanes yang sedang mengoles selai pada roti.
"Sarapan dulu, abis ini kita berangkat." kata Rizal bersamaan dengan Vanes yang meletakan setangkap roti berisi selai coklat ke dalam piring Faris.
"Kalau nggak kenyang sarapan roti nanti bisa nambah nasi." kata Vanes.
"Eng enggak kok Mbak, roti sama susu sudah kenyang." kata Faris terdengar gugup.
"Santai aja Ris kalau disini. Mau makan atau masak sendiri nggak apa apa nggak usah sungkan." kata Rizal sambil tertawa.
"Iya mas." Faris mulai menikmati roti buatan Vanes yang entah mengapa rasanya sangat enak. Entah memang enak atau dirinya yang tidak pernah makan roti karena jika dikampung, Roti memang dikenal dengan makanan mewah dan hanya orang berduit yang bisa makan roti seperti ini.
Selesai sarapan, Rizal mengajak Faris berangkat. Yang membuat Faris merasa aneh, selama dimeja makan Rizal dan Vanes sama sekali tidak bicara. Entah mungkin memang kebiasaan mereka seperti itu tapi keanehan semakin terasa saat berangkat, Rizal sama sekali tidak berpamitan dengan Vanes, sikap keduanya sama sama dingin.
Rizal meninggalkan Vanes begitu saja padahal Vanes masih duduk dan menikmati sarapannya.
"Berangkat dulu ya mbak." ucap Faris pada Vanes. Meskipun Rizal tak berpamitan bukan berarti Faris ikut tak berpamitan juga, Faris tetep menjaga kesopanannya.
Vanes tidak menjawab, hanya mengangguk saja.
Faris segera menyusul Rizal yang sudah lebih dulu memasuki mobil.
Rizal terlihat asyik memainkan ponselnya dan Faris juga tak berani menganggu apalagi menanyakan perihal Rizal dan Vanes yang saling diam, tidak... Itu bukan urusan Faris.
"Mungkin mereka sedang bertengkar." batin Faris.
Sesampainya dikantor, Faris sudah disambut oleh karyawan lain. sepertinya Rizal sengaja memberitahu karyawan disana sebelum Ia datang untuk bersikap baik agar Faris betah bekerja disana namun hal seperti itu malah membuat Faris menjadi canggung.
"Ku dengar kau lulus dengan gelar kehormatan jadi aku sudah menyiapkan bagian khusus untukmu." kata Rizal membuka pintu ruangan dimana ada banyak komputer disana, dari komputer biasa hingga yang paling canggih, Faris sudah bisa mengenali.
"Aku menjadikanmu Manager IT, bidang ini cocok untukmu karena kau juga lulusan itu." kata Rizal membuat Faris melongo tak percaya.
"Mas, aku baru mau kerja dan langsung dikasih kepercayaan jadi manager? Apa ini nggak berlebihan?"
Rizal menggelengkan kepalanya, "Aku memberikan mu bagian ini karena aku percaya kau pasti mampu."
"Ta tapi mas, harusnya aku jadi karyawan biasa dulu agar bisa-"
"No, jangan protes lagi." potong Rizal "Nisaaa..." teriak Rizal dan sedetik kemudian, gadis cantik nan seksi datang menghampiri Rizal dan Faris.
"Iya pak, saya siap menerima tugas." kata Nisa, karyawan yang baru saja dipanggil Faris.
"Mulai sekarang kamu jadi asistennya Faris. Tugas kamu membantu Faris kalau Faris masih bingung dengan Visi dan Misi perusahaan kita." kata Rizal.
"Siap pak,"
Rizal menepuk bahu Faris, "Kalau ada apa apa kamu bisa tanyakan sama Nisa atau bisa saya aku, oke."
"Baik mas eh pak terimakasih." balas Faris canggung.
Rizal tertawa, "Mas aja nggak apa apa, nggak usah panggil pak,"
Faris menggelengkan kepalanya, "Mas kalau lagi dirumah dan Pak kalau lagi dikantor."
Rizal mengangguk, "Apapun asal kamu merasa nyaman."
Setelah perkenalan singkat dengan beberapa karyawan lama. Rizal pergi keruangannya begitu juga dengan Faris yang sudah berada diruangannya bersama Nisa.
"Untuk hari pertama, kita kerjakan ini ya mas." kata Nisa memberikan Faris satu dokumen tebal, "Dipelajari dulu saja mas, kalau ada yang tidak paham bisa tanya ke saya." kata Nisa lagi.
"Terimakasih ya sudah membantu saya."
Nisa mengangguk, "Santai saja mas, sudah bagian dari pekerjaan saya." kata Nisa.
Faris mulai mempelajari dokumen pemberian Nisa sementara Nisa duduk di meja tak jauh dari meja Faris. keduanya satu ruangan.
Setelah mempelajari dokumen, Faris mulai paham tentang pekerjaan yang harus Ia lakukan.
"Wah sudah bener ini mas, gila baru sebentar aja sudah bisa mengerjakan bagian paling sulit kayak gini." puji Nisa setelah Faris meminta Nisa untuk mengecek hasil kerjanya.
"Jangan puji saya berlebihan kayak gitu, nanti saya jadi sombong." kata Faris memperingatkan.
Nisa tersenyum geli, "Udah ganteng, pinter lagi bener bener idaman." celetuk Nisa.
Jika biasanya pria yang merayu gadis kini malah gadis yang merayu pria.
Faris tersipu malu saat Nisa mengatakan jika dirinya idaman.
"Padahal si Nisa juga cantik banget, bisa bisanya dia godain gue kayak gitu." batin Faris.
Nisa mencetak hasil kerja Faris, "Coba pak Rizal dikasih lihat ini mas, kalau Pak Rizal setuju kita bisa ganti konsep kantor jadi seperti ini." kata Nisa.
Faris mengangguk, Ia akhirnya pergi keruangan Rizal untuk memperlihatkan hasil kerjanya.
Faris mengetuk pintu namun tidak ada sahutan dari dalam, Ia akhirnya memutuskan untuk membuka sendiri pintu ruangan yang tidak dikunci itu.
Seketika Faris menjatuhkan dokumen yang Ia bawa setelah melihat apa yang terjadi diruangan itu.
Rizal tengah memangku seorang gadis cantik nan seksi dan mereka berciuman.
Gila ini sungguh gila.
Bersambung...
Jangan lupa like vote dab komen yaaa
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 246 Episodes
Comments
σƈα
waw waw
2025-03-09
0
Fifid Dwi Ariyani
trussabar
2024-03-31
0
Nendah Wenda
aduh seru Thor
2023-10-18
0